Ada-ada saja warga +62. Di tengah panasnya konflik internal PDI Perjuangan antara Ganjar Pranowo dan Puan Maharani serta pengikut setianya, ada cerita-cerita lucu yang berhasil mencairkan suasana.
Salah satunya adalah mie instan. Mie godok yang disantap Ganjar Pranowo tepat sehari setelah ia tak diundang dalam acara PDI Perjuangan menjadi sorotan.
Unggahan Ganjar makan mie instan di akun media sosialnya ramai diperbincangkan. Tak hanya warga biasa dan netijen yang mulia, pengamat politik sekaligus peneliti dari Lembaga Survei Indonesia, Burhanuddin Muhtadi juga mempersoalkannya. Menurut Burhanuddin, video pendek Ganjar makan mie instan penuh dengan makna.
Menggunakan ilmu cocoklogi, Burhanuddin menduga-duga bahwa itu adalah curahan hati dari Ganjar menananggapi isu tak sedap yang menimpanya. Apalagi caption yang digunakan, menambah dalam pesan yang ingin disampaikan.
Dalam unggahan video itu, nampak Ganjar makan mie instan dengan lahap. Mie instan di atas sebuah piring itu berwarna kuning, dengan banyak sayuran hijau di dalamnya. Uniknya, Ganjar tak menggunakan saos saat menyantapnya.
"Bengi-bengi kok pengen ngemi, kelingan jaman ngekos. Satu kurang, dua kebanyakan," tulis Ganjar dalam captionnya.
Burhanuddin mengatakan, unggahan Ganjar itu memiliki banyak makna. Ada simbol-simbol yang layak disematkan dalam unggahan sederhana itu. Warna-warna hidangan yang dimakan Ganjar menunjukkan kemungkinan Ganjar meninggalkan PDI Perjuangan, setelah mendapat perlakuan yang tidak menyenangkan. Warna-warni hidangan mie instan tanpa saos merah (PDI Perjuangan) menjadi simbolnya.
Mie instan warna kuning menggambarkan warna partai pohon beringin, Golkar. Bisa saja, Ganjar membuka peluang untuk dipinang oleh partai besutan Airlangga Hartarto itu. Ada juga sayuran hijau, dimana hijau sangat identik dengan dua partai Islam besar di Indonesia, PPP dan PKB. Bisa saja, itu kode bagi kedua partai tersebut untuk segera melakukan perbincangan.
Mungkin ini hanya ngepasi saja. Lagi-lagi, tafsir ini bias karena hanya menggunakan ilmu cocoklogi. Tapi karena Ganjar adalah orang Jawa, patut kita menduga bahwa itu memang kode yang diberikannya.
Kalau sudah seperti itu, maka ini adalah sinyal negatif bagi PDi Perjuangan. Bagaimana tidak, kader andalan yang telah ditempa sejak remaja, terancam memindahkan pelabuhan. Padahal, ibarat buah, Ganjar sudah matang di dahan. PDI Perjuangan sebenarnya sangat diuntungkan, karena tinggal memetik dan dimakan.
Kalau itu tak dilakukan, ya buah itu bisa jatuh lalu dipungut orang. Bukannya berakit-rakit ke hulu, berenang-renang ke tepian, tapi jadi sesal kemudian.
Desakan Ganjar pindah partai terus menggaung di jagad media sosial. Masyarakat awam dan pakar politik sudah meminta Ganjar berubah haluan. Kuncinya kini ada di Ganjar dan PDI Perjuangan. Skema mana yang akan jadi pilihan.
Waduh, sepertinya mau turun hujan. Saya sudahi tulisan ini, untuk mengangkat jemuran. Salam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H