Kalaulah namanya kerap muncul di lembaga survei calon presiden, itu karena masyarakat yang menilai kinerja Ganjar baik. Diantara elit politik lain, Ganjar dianggap masyarakat mampu menjadi pemimpin menggantikan Presiden Joko Widodo pada Pilpres 2024 nanti.
Ingat, ini karena harapan dan keinginan masyarakat. Bukan keinginan Ganjar!.
Bukankah berkali-kali, Ganjar ogah menanggapi hasil-hasil survei itu. Berulangkali ia ditanya soal hasil survei yang menempatkan namanya di urutan teratas, ia menanggapi dengan santai. Bahkan, ia terkesan tak tertarik membahas persoalan tersebut.
Sebagai kader PDIP, Ganjar paham betul mekanisme penunjukan calon kepala daerah atau calon presiden oleh PDIP. Semuanya merupakan hak preogratif ketua umumnya, Megawati Soekarnoputri. Jadi, ia tak begitu ambil pusing dengan hasil-hasil survei ini.
Lalu apa buktinya Ganjar ngebet jadi presiden?
Sikap PDIP pada Ganjar akhir-akhir ini menurut hemat penulis sudah kebablasan. Kalau memang Ganjar bukanlah calon yang diharapkan dan ada calon lain yang diusung PDIP pada Pilres 2024 nanti, kenapa harus bersikap seperti itu?
Secara tak langsung, ini justru bisa menjadi boomerang bagi PDIP. Dengan sikap seperti ini pada Ganjar, tidak menutup kemungkinan akan banyak orang yang benci pada PDIP. Saya katakan banyak, karena dibanding kader PDIP lain, hanya Ganjar yang disebut-sebut layak menjadi capres.
Para pendukung Ganjar dan masyarakat lain yang simpati dengan Ganjar, berpotensi memusuhi PDIP. Ketika Ganjar disingkirkan dan PDIP mengusung calon lainnya, akan banyak batu sandungan untuk memenangkannya.
Dan parahnya lagi, jika Ganjar yang telah disingkirkan PDIP itu dipinang oleh partai lain dan maju dalam Pilpres 2024 nanti, tak menutup kemungkinan ini akan menjadi akhir dari kejayaan PDIP. Bukan tidak mungkin kan, PDIP kalah karena calon yang diusung bukanlah orang yang diharapkan.
Menarik menantikan drama politik di tubuh partai tinggalan Soekarno ini. Mari kita seruput kopi untuk menyaksikan akhir pertunjukan pada Pilpres 2024 nanti.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H