Seiring perkembangan zaman segala sesuatu telah dilumuri dengan kecanggihan teknologi yang terus berkembangan dengan segala pembaharuan yang sangat canggih. Namun dibalik teknologi yang canggih tentunya terdapat berbagai tantangan yang lebih sulit daripada sebelumnya karena rata-rata patokan bagi generasi Z ini sebagian besar dipengaruhi oleh media.Â
Hal ini tentunya yang lebih handal untuk mengoperasikan, menjalankan serta beradaptasi dengan mudah yaitu oleh generasi Z dan seperti yang kita ketahui bahwa di berbagai media sosial terdapat berbagai post video maupun foto dari para calon presiden tahun 2024 dengan tujuan membangun personal branding yang baik agar dapat memikat hati masyarakat. Berdasarkan contoh yang telah dipaparkan di atas bahwa menunjukan budaya politik yang dilakukan dengan salah satunya menggunakan media sosial.
Budaya politik ini seperti pada pembahasan diatas tidak akan terlepas dari internet dan media sosial dengan pengoperasian yang handal dalam mengikuti perkembangan teknologi ini dan dapat menggeser media konvensional karena sudah terlalu nyaman dengan membaca berita melalui gadget. Gatara & Said (2007) pada saat ini budaya politik di Indonesia merupakan validitas yang fundamental dan paling kuat dalam sistem politik. Budaya politik sendiri merupakan perilaku masyarakat dalam kehidupan bernegara, kebijakan negara, adat istiadat dan seluruh standar yang dianut oleh setiap masyarakat dan dialami setiap hari. Bagi kaum Generasi Z sebagai pemilih pemula yang baru memberikan suara mereka untuk pemilihan umum ini.Â
Tentunya sasaran utama para calon presiden mengarah pada kaum generasi Z dengan membangun personal branding yang baik melalui sosial media seperti tiktok, instagram dan twitter. Salah satu calon presiden yaitu Bapak Ganjar Pranowo yang sangat aktif dalam bersosial media dan gaul dalam bersosial, hal ini menjadi salah satu pemikat bagi anak-anak muda karena Bapak Ganjar ramah dan sangat humoris dan ini adalah salah satu budaya politik dengan membangun citra sebaik mungkin agar dapat menang dalam pemilihan calon presiden tahun 2024.
Tantangan baru bagi generasi Z dalam budaya politik adalah kepekaan yang kurang mengenai budaya politik yang ada Di indonesia. Seperti contoh di atas mengenai calon presiden 2024 yang lebih aktif di sosial media tentunya itu yang akan dikenal oleh masyarakat dengan menampilkan realisasi kerja dan membantu masyarakat dalam berbagai bidang. Namun seperti yang kita ketahui bahwa melalui sosial media banyak hal yang diatur sedemikian rupa agar terlihat calon presiden mempunyai personal branding yang baik dan menjadi salah satu kunci untuk memikat generasi Z yang sangat peka terhadap teknologi.Â
Dengan komunikasi yang dilakukan oleh kedua belah pihak antara politisi dengan masyarakat melalui media sosial akan membangun rasa percaya masyarakat generasi Z bahwa yang ditampilkan di sosial media adalah nyata dan direalisasikan dengan baik adanya. Generasi Z memiliki sifat yang cepat bosan dengan metode ceramah apalagi dengan pembahasan politik, maka dari itu budaya politik yang diciptakan melalui teknologi yang canggih yaitu dengan media sosial. Hal yang menjadi ironisnya adalah calon presiden yang kurang membangun personal branding di media sosial mungkin tingkat elektabilitas nya akan jauh lebih rendah dengan yang membangun personal branding di media sosial.
Budaya politik ini secara tidak langsung menjadi suatu hal yang menjadi hukum yang harus direalisasikan oleh masyarakat negara Indonesia. Budaya politik juga merupakan sebuah aturan yang mengkomunikasi adanya perilaku-perilaku yang telah lumrah untuk dijalankan oleh masyarakat. Bagi generasi Z akan mudah termanipulasi oleh sosial media diakibatkan oleh perkembangan zaman dan berdampak pada budaya politik yang ada di negara kita. Hal ini akan menjadi budaya yang wajar untuk direalisasikan bahwa seseorang atau individu yang lebih aktif dalam media sosial itulah yang terbaik, tetapi kenyataannya tidak seperti itu maka dari itu.Â
Seperti yang kita ketahui juga bahwa dalam dunia politik budaya untuk saling meraih suara adalah suatu hal yang lumrah, namun tidak lumrah jika kebanyakan janji namun ketika terpilih tidak ada satupun janji yang terealisasikan. Maka dari itu generasi harus lebih peka dan berhati-hati akan budaya politik yang telah diciptakan sebelumnya, memang tidak salah membangun personal branding melalui sosial media tapi kita tentunya harus melihat kinerjanya selagi calon-calon presiden ini dalam masanya menjabat di pekerjaan sebelumnya.
Menurut Samovar, 2017 mengungkapan bahwa ada tiga asumsi konteks komunikasi yaitu komunikasi adalah aturan yang diatur, konteks menentukan aturan komunikasi yang sesuai dan aturan komunikasi bervariasi antar budaya. Dari ketiga asumsi yang diungkapkan oleh samovar jika dikaitkan dengan tantangan budaya politik bagi generasi Z, asumsi yang pertama adalah komunikasi adalah aturan yang diatur, dalam konteks budaya politik bagi generasi Z itu secara sadar maupun tidak sadar interaksi antara calon presiden dengan masyarakat ditentukan secara budaya, aturan tersebut menginformasikan kedua belah pihak mengenai perilaku komunikatif dalam keadaaan tertentu.Â
Dalam Konteks ini lebih mengarah kepada aturan verbal karena formalitas bahasa yang digunakan layak untuk dipilih sebagai calon presiden. Asumsi kedua adalah konteks menentukan aturan komunikasi, dalam asumsi yang kedua ini sesuai dengan topik pembahasan bahwa dalam budaya politik bagi generasi Z yaitu dengan mengoperasikan kecanggihan teknologi untuk dapat memikat hati para generasi Z seperti tiktok dan instagram dengan menggunakan lagu zaman sekarang tetapi isinya isu politik dan asumsi yang terakhir adalah aturan komunikasi bervariasi berbagai budaya. Dalam isu budaya politik bagi generasi z untuk mengomentari postingan yang di post oleh salah satu calon presiden tahun 2024 dapat berkomentar di kolom chat yang telah tersedia dalam aplikasi yang digunakan.
Kesimpulannya budaya politik bagi generasi Z tentunya dapat menimbulkan kepekaan bagi generasi ini tetapi butuh beberapa tahapan agar isu politik dan teknologi dapat menyatu sehingga dapat memikat hati para anak muda dan mencari solusi bagi tantangan budaya baru kelak dan dapat diselesaikan.
Dikarenakan generasi milenial dan Z sangat aktif dalam teknologi, maka Ganjar Pranowo sangat aktif dalam bersosial media untuk membaut masyarakat peka akan politik, tetapi kita sebagai warga negara tidak boleh termakan dengan apapun yang bermunculan disosial media mengenai isu politik dan harus disaring dahulu, manakah yang benar-benar menunjukan realisasi kerjanya dengan nyata ataupun mana yang tidak.
DAFTAR PUSTAKA
A, A. Gatara Said & Moh. Dukikiah Said. (2007). Sosiologi politik; Konsep dan Dinamika Perkembangan kajian. Bandung: Pustaka Setia
Samovar, L. A., Porter, R. E., Mcdaniel, E. R., Roy, C. S. (2017). Communication between cultures. Boston, Massachusetts: Cengage Learning
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H