Mohon tunggu...
FB. Segara
FB. Segara Mohon Tunggu... pegawai negeri -

a space and time wanderer ....

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Memetik Pelajaran Dari Bu Susi Pudjiastuti di Mata Najwa

25 Desember 2014   16:16 Diperbarui: 17 Juni 2015   14:28 388
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Gayanya ringan dan riang. Tawanya renyah dan lebar. Pelukan dan jabat tangannya erat dan hangat. Lihat saja bagaimana Bu Susi menyalami dan memeluk hangat tamu-tamu yang datang setelahnya di acara Mata Najwa, seperti Dahlan Iskan, Faisal Basri dan Tompi. Terlihat sekali Bu Susi merupakan pribadi yang hangat dan menyenangkan.

Ketika Bapak Dahlan Iskan bercanda dengan mengatakan bahwa dia bersedia datang ke acara Mata Najwa karena dua perempuan ini (maksudnya Bu Susi dan Najwa), Bu Susi tertawa lebar sambil tangannya memukul-mukul bahu Dahlan Iskan seolah-olah geregetan. Najwa menimpali dengan mengatakan kita berhasil bu ayok kita tos dulu. Dan mereka pun melakukan gerakan tos sambil tertawa lebar.

Kemudian ketika giliran Tompi menyanyi diatas panggung, Bu Susi terlihat menikmati lagu nya. Dia menggoyang2 kan bahu nya dan tangannya bergerak-gerak seperti joget. Hmm.. gaya anak muda yang sedang menikmati suasana yang ada. Mungkin sebagai bentuk penghargaan kepada si Penyanyi.

Itu lah sekelumit gaya Bu Susi Pudjiastuti yang seadanya, tanpa dibuat-buat. Tapi mari kita ambil pelajaran dari seorang menteri sekaligus pengusaha sukses yang tdak tamat SMA tersebut..

Najwa menyambut Bu Susi dengan penuh semangat. Susi disebutnya sebagai menteri yang paling terkenal di seantoro kabinet karena unik. Ketika dikonfimasi kepada Susi, jawaban Bu Susi... "iya.. mungkin karena saya tidak tamat SMA.... hahahaha" jawab bu Susi sambil tertawa lebar. Tidak terlihat dia sebagai pribadi yang rendah diri karena tidak sekolah. Sebaliknya dia menanggapi itu sebagai suatu rasa humor yang tinggi.

Di kesempatan lain Najwa bertanya, mengapa ibu Susi yang tidak tamat SMA tetapi begitu terlihat sangat mementingkan dunia pendidikan. Hal ini terasa kontradiktif dengan kenyataan bahwa Susi tidak menamatkan sekolah nya.

Jawaban Susi mengalir deras dan bernas, kurang lebih : "Saya menganggap pendidikan itu sangat penting. Sangat bagus untuk menjadi dosen, mahasiswa, professor. Saya tidak menamatkan sekolah bukan karena menganggap sekolah tidak penting... tapi karena pada saat itu... saya merasa I AM NOT SUITABLE FOR THE SCHOOL... jadi saya memutuskan untuk tidak melanjutkan. Pada saat itu bapak saya memberikan buku-buku bacaan seperti filsafat, sedikit politik,,, saya ikut kegiatan seperti mencetak kaos-kaos GOLPUT.."

Najwa mengejar dengan mengkonfirmasi apakah betul Susi dikeluarkan dari sekolah karena mengedarkan kaos Golput. Jawab Susi kurang lebih " "Bukan karena itu.. memang betul saya pernah diangkut ke Ciamis karena aktifitas itu.. yah.. itu waktu saya masih muda,,, saya ingin mengubah dunia..." jawab Susi sambil tertawa lebar. Najwa menimpali.. paling tidak bu Susi sudah mulai akan mengubah Indonesia...

Lantas pentingnya sekolah dijelaskan Susi sebagai berikut :"sekolah itu penting, karena jika tidak sekolah, KITA HARUS BEKERJA 3 KALI LEBIH KERAS dari orang normal... dan tidak semua orang bisa seperti itu, bisa sperti saya... yang bekerja dari subuh sampai tengah malam... saya pernah pindah ke Cirebon terpisah dari suami.. dan bekerja keras mengantar ikan dan daging kodok ke Jakarta,,, semua saya kerjakan sendiri dari mulai packing, pecahkan es batu, dan .. bla bla bla...." Jadi dengan bersekolah, hidup kita akan lebih mudah.. itu lah barangkali arti penting nya sekolah bagi Bu Susi.

Lalu seorang mahasiswa perempuan bertanya tentang bagaimana perasaan Bu Susi dicemooh karena tidak taat SMA. Jawaban Bu Susi :" Biasa saja.,,, saya tidak perlu merasa inferior karena saya tidak sekolah..blablabla"

Di waktu lain Bu Susi memberikan motivasi kepada para hadirin yang didominasi mahasiswa Universitas Syiah Kuala. "Sebagai orang-orang terpelajar seperti anda para mahasiswa, tentunya harus lebih sukses dari saya yang hanya tamatan SMP.... "Katanya disambut tepuk tangan riuh para hadirin.

Pada akhir acara, Bu Susi tak lupa menyentil kebiasaan masyarakat Aceh tetapi tetap dengan gayanya yang ringan."Orang Aceh ini menghabiskan 3 jam minum kopi di warung kopi. Coba para mahasiswa kurangi jam minum kopinya menjadi 1 jam saja ..." katanya sambil tertawa disambut tepuk tangan hadirin.

Disini terlihat Susi pribadi yang asertif. Dia menyampaikan apa yang menurut nya penting untuk disampaikan, meskipun kadang terasa "nyelekit" bagi yang mendengarkan. Mungkin kultur sebagai pengusaha membentuknya untuk terus menerus memperbaiki hal-hal yang dirasanya perlu diperbaiki.

Itu lah potret Susi Pudjiastuti, yang ia gambarkan sebagai "pribadi yang ingin mengerjakan semua nya sampai DONE, yang ingin mewujudkan apapun yang menjadi keinginan dan cita-citanya"

Susi adalah pribadi yang riang, ramah, hangat, asertif, get things done, dan ... yang 3 KALI BEKERJA LEBIH KERAS DARI ORANG NORMAL .... karena dia tak tamat bangku SMA.

Jakarta, di penghujung tahun

25 Desember 2014

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun