Mohon tunggu...
Ezi Purnawan
Ezi Purnawan Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Mahasiswa Universitas Komputer Indonesia

suka mancing, mukbang, dan healing

Selanjutnya

Tutup

Politik

Profil Natalius Piagi: Sang Pejuang HAM dari Tanah Papua

23 Oktober 2024   21:28 Diperbarui: 24 Oktober 2024   01:33 58
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 Natalius Pigai, nama yang telah menjadi simbol perlawanan dan perjuangan hak asasi manusia (HAM) di Indonesia, khususnya di Papua. Lahir pada 25 Desember 1975 di Paniai, Papua Tengah, pendidikan sewaktu Sarjana Ilmu Pemerintahan (S.IP) dari Sekolah Tinggi Pembangunan Masyarakat Desa (STPMD) Yogyakarta pada tahun 1999, Natalius telah menorehkan catatan panjang sebagai aktivis HAM yang tak kenal lelah. Dengan latar belakang yang kuat dan pengalaman yang luas, ia sekarang dinobatkan sebagai Menteri HAM dalam kabinet Prabowo-Gibran 2024-2029. 

Mari kita telusuri lebih dalam tentang sosok inspiratif ini dan kekuatan yang ia bawa ke dalam posisi barunya. Natalius Pigai memiliki tubuh yang tegap dan kulit yang cerah, hasil dari lingkungan alam yang segarnya di Papua. Ukuran badannya sedang, dengan rambut hitam yang keriting dan mata biru ekspresif. Ia biasanya mengenakan pakaian tradisional Papua dengan sentuhan modern, menunjukkan identitasnya sebagai putra Papua yang bangga.

 Kepribadian Natalius Pigai sangat kompleks dan unik. Ia dikenal sebagai sosok yang keras hati dalam memperjuangkan hak-hak masyarakat Papua, tetapi juga memiliki sisi empatis yang mendalam. Ia mampu berbicara dengan nada yang hangat meski tema yang dibicarakannya sering kali sulit. Dedikasinya terhadap perjuangan HAM tidak pernah pudar, bahkan ketika ia menghadapi tantangan-tantangan yang berat. 

Pandangan hidup Natalius Pigai didominasi oleh keyakinan bahwa setiap individu memiliki hak untuk hidup dengan martabat dan bebas dari penindasan. Ia percaya bahwa perjuangan HAM bukan hanya tentang teori-teori akademis, tetapi tentang nyata membantu mereka yang membutuhkan. Dalam wawancara sebelumnya, ia menyatakan bahwa "sebagai seorang prajurit, bagaimana memenangkan pertarungan? Selain itu, tak pernah memikirkan apa yang saya dapatkan, tapi dihormati dan dihargai sebagai seorang petarung yang memenangkan pertarungan." 

Natalius Pigai bukan hanya seorang aktivis HAM, tetapi juga telah menjabat sebagai anggota Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) dari 2012 sampai 2017. Selama masa jabatannya, ia aktif menyuarakan isu-isu penting terkait hak-hak masyarakat Papua dan berbagai kelompok terpinggirkan di Indonesia. Di luar itu, ia juga pernah menjabat sebagai staf khusus Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi dari tahun 1999 hingga 2004. Selain itu, ia juga moderat dialog interaktif di TVRI dari tahun 2006 hingga 2008, membahas isu-isu politik dan pemerintahan. Natalius Pigai aktif dalam berbagai organisasi masyarakat sipil yang berfokus pada hak-hak kelompok terpinggirkan. Salah satunya adalah Yayasan Sejati yang fokus pada hak-hak kelompok terpinggir di Papua, Dayak, Sasak, dan Aceh antara tahun 1999 hingga 2002. Prestasinya yang paling menonjol adalah ketika ia berhasil menggalang dukungan global untuk mengakui Noken sebagai salah satu warisan budaya dunia oleh UNESCO di Paris pada tahun 2002 melalui buletin WOOKEBADA.

 Dalam kapasitas barunya sebagai Menteri HAM, Natalius Pigai berjanji untuk fokus pada perlindungan dan promosi nilai-nilai HAM di Indonesia. Ia akan memprioritaskan kebijakan yang berbasis pada data dan fakta untuk menangani pelanggaran HAM, terutama di Papua.

 Natalius Pigai sangat aktif dalam advokasi HAM. Ia sering kali melakukan kampanye langsung di lapangan untuk memperjuangkan hak-hak masyarakat Papua. Hal ini membuat ia lebih dekat dengan masalah-masalah nyata yang dihadapi komunitas lokal. Dalam beberapa kasus, Natalius Pigai harus menghadapi tantangan fisik maupun verbal dari pihak yang bertentangan dengan tujuannya. Namun, dedikasinya tak pernah pudar meskipun menghadapi situasi sulit. Salah satu kekuatan utama Natalius Pigai adalah kemampuan komunikasinya yang efektif. Ia mampu menyampaikan pesan penting kepada publik dengan cara yang mudah dipahami. 

Kemampuan ini dibuktikan saat ia moderat dialog interaktif di TVRI, membawa isu-isu kompleks ke dalam debat yang santai namun informatif. Selain itu, ia juga menggunakan media sosial untuk menyuarakan visi dan misinya. Akun Instagram @natalius_pigai digunakan untuk membagikan informasi tentang aktivismenya dan ajakan partisipasi masyarakat dalam perjuangan HAM. Berasal dari pedalaman Papua, Natalius Pigai memiliki latar belakang budaya yang kuat. Ia tumbuh dalam tradisi yang unik dan beragam, yang membentuk identitasnya sebagai putra Papua. Tradisi-tradisi ini tidak hanya mempengaruhi perilaku harian tapi juga pandangannya tentang keadaban dan kebersamaan.

Hal ini tercermin dalam usahanya untuk menggalang dukungan global untuk mengakui Noken sebagai salah satu warisan budaya dunia UNESCO. Usaha panjang ini bukti betapa besarnya dedikasinya terhadap budaya dan identitas Papua. Pandangan politik Natalius Pigai unik karena ia tidak hanya fokus pada teori-teori akademis tentang HAM, tetapi juga pada praktik-praktik yang bisa dilakukan hari ini. Ia percaya bahwa perjuangan HAM harus diwarnai dengan realpolitik agar bisa efektif. Contohnya, dalam posisinya baru sebagai Menteri HAM, ia berjanji untuk meminta anggaran Rp20 Triliun guna maksimalisasi pembangunan bidang HAM. Anggaran ini besar, tetapi ia percaya bahwa biaya ini pantas jika ingin benar-benar memecahkan masalah pelanggaran HAM di Indonesia. Istilah "pemenang pertarungan" yang sering diucapkan menunjukkan semangat juangnya yang tak kenal lelah. Meski sudah menorehkan banyak prestasi, ia masih terus maju dengan keyakinan bahwa ada banyak lagi yang bisa dicapai.

Natalius Pigai adalah contoh inspiratif bagi generasi muda yang ingin berkontribusi pada perjuangan HAM. Dengan kombinasi latar belakang budaya yang kuat, pengalaman profesional luas, dan kepribadian yang keras hati yang empatis, ia siap menghadapi tantangan-tantangan yang datangnya nanti. Di tengah era politis yang dinamis, Natalius Pigai menawarkan model kepemimpinan yang progresif dan inklusif. Ia bukan hanya seorang menteri biasa, tetapi simbol perlawanan dan perjuangan hak asasi manusia yang tak pernah mati. 

Melihat masa depan yang cerah dengan Natalius Pigai di helm Kementerian HAM, kita semua berharap bahwa visi dan misinya akan tercapai dengan cepat. Semoga dedikasinya terus menginspirasi generasi-generasi mendatang untuk terus berjuang demi kebebasan dan martabat manusia. Natalius Pigai memiliki peran penting dalam pengakuan Noken sebagai warisan budaya dunia oleh UNESCO. Berikut adalah rincian mengenai kontribusinya:

   Natalius Pigai menjabat sebagai Ketua Lembaga Studi Renaissance dari 1997 hingga 2000. Dalam kapasitas ini, ia aktif mempromosikan budaya Papua, termasuk Noken, yang merupakan tas rajut tradisional khas masyarakat Papua. Melalui buletin WOOKEBADA, ia berusaha menggali dan mengangkat nilai-nilai budaya Noken kepada publik. Pigai terlibat dalam berbagai kegiatan advokasi untuk meningkatkan kesadaran tentang pentingnya melestarikan Noken.

 Ia berupaya menjalin kerjasama dengan berbagai pihak, termasuk pemerintah dan organisasi internasional, untuk menggalang dukungan bagi pengakuan Noken di tingkat global. Usahanya yang panjang membuahkan hasil ketika Noken diusulkan untuk diakui sebagai warisan budaya dunia oleh UNESCO. Pada tahun 2002, Noken resmi diakui sebagai salah satu warisan budaya dunia dalam kategori Warisan Budaya Takbenda (Intangible Cultural Heritage), berkat upaya kolektif yang dipimpin oleh Natalius dan timnya.

  Natalius menyadari bahwa pengakuan ini tidak hanya penting untuk menghargai budaya Papua, tetapi juga untuk melindungi dan melestarikan kerajinan tangan yang semakin terancam. Ia menekankan perlunya pendidikan dan pelatihan bagi generasi muda agar keterampilan membuat Noken dapat diwariskan. Dengan adanya pengakuan Noken sebagai warisan budaya dunia oleh UNESCO tidak hanya meningkatkan kesadaran global tentang kekayaan budaya Papua, tetapi juga memberikan dorongan bagi masyarakat lokal untuk bangga dengan warisan mereka. Hal ini membuka peluang bagi pariwisata budaya dan ekonomi lokal, serta mendorong upaya pelestarian tradisi yang mungkin terancam punah. 

Dengan perannya yang signifikan dalam pengakuan ini, Natalius Pigai menunjukkan dedikasinya terhadap pelestarian budaya dan hak-hak masyarakat adat Papua, menjadikannya sosok yang dihormati dalam dunia advokasi HAM dan budaya. Natalius Pigai adalah sosok yang membawa harapan baru bagi perlindungan hak asasi manusia di Indonesia. Dengan latar belakangnya sebagai aktivis dan pengalamannya di berbagai bidang, ia memiliki potensi untuk menciptakan perubahan positif. Dalam perannya sebagai Menteri HAM, ia tidak hanya akan menghadapi tantangan besar tetapi juga memiliki kesempatan untuk mewujudkan visi keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, terutama bagi mereka yang terpinggirkan. Melalui pendekatan kolaboratif dan komitmennya terhadap prinsip-prinsip HAM, Natalius Pigai siap menjadi suara bagi mereka yang tak terdengar.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun