Natalius Pigai menjabat sebagai Ketua Lembaga Studi Renaissance dari 1997 hingga 2000. Dalam kapasitas ini, ia aktif mempromosikan budaya Papua, termasuk Noken, yang merupakan tas rajut tradisional khas masyarakat Papua. Melalui buletin WOOKEBADA, ia berusaha menggali dan mengangkat nilai-nilai budaya Noken kepada publik. Pigai terlibat dalam berbagai kegiatan advokasi untuk meningkatkan kesadaran tentang pentingnya melestarikan Noken.
 Ia berupaya menjalin kerjasama dengan berbagai pihak, termasuk pemerintah dan organisasi internasional, untuk menggalang dukungan bagi pengakuan Noken di tingkat global. Usahanya yang panjang membuahkan hasil ketika Noken diusulkan untuk diakui sebagai warisan budaya dunia oleh UNESCO. Pada tahun 2002, Noken resmi diakui sebagai salah satu warisan budaya dunia dalam kategori Warisan Budaya Takbenda (Intangible Cultural Heritage), berkat upaya kolektif yang dipimpin oleh Natalius dan timnya.
 Natalius menyadari bahwa pengakuan ini tidak hanya penting untuk menghargai budaya Papua, tetapi juga untuk melindungi dan melestarikan kerajinan tangan yang semakin terancam. Ia menekankan perlunya pendidikan dan pelatihan bagi generasi muda agar keterampilan membuat Noken dapat diwariskan. Dengan adanya pengakuan Noken sebagai warisan budaya dunia oleh UNESCO tidak hanya meningkatkan kesadaran global tentang kekayaan budaya Papua, tetapi juga memberikan dorongan bagi masyarakat lokal untuk bangga dengan warisan mereka. Hal ini membuka peluang bagi pariwisata budaya dan ekonomi lokal, serta mendorong upaya pelestarian tradisi yang mungkin terancam punah.Â
Dengan perannya yang signifikan dalam pengakuan ini, Natalius Pigai menunjukkan dedikasinya terhadap pelestarian budaya dan hak-hak masyarakat adat Papua, menjadikannya sosok yang dihormati dalam dunia advokasi HAM dan budaya. Natalius Pigai adalah sosok yang membawa harapan baru bagi perlindungan hak asasi manusia di Indonesia. Dengan latar belakangnya sebagai aktivis dan pengalamannya di berbagai bidang, ia memiliki potensi untuk menciptakan perubahan positif. Dalam perannya sebagai Menteri HAM, ia tidak hanya akan menghadapi tantangan besar tetapi juga memiliki kesempatan untuk mewujudkan visi keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, terutama bagi mereka yang terpinggirkan. Melalui pendekatan kolaboratif dan komitmennya terhadap prinsip-prinsip HAM, Natalius Pigai siap menjadi suara bagi mereka yang tak terdengar.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H