Candi Jabung adalah sebuah candi pada zaman Kerajaan Majapahit yang berlokasi di Desa Jabung, Kecamatan Paiton, Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur. Candi ini berada di tengah pemukiman warga. Candi Jabung berada di lahan seluas 20.042 m2. Lahan tersebut terdiri dari Candi Jabung dan taman yang disertai beberapa fasilitas untuk pengunjung.Â
Di seberang Candi jabung terdapat tempat administrasi pengunjung dan di arah barat daya Candi Jabung terdapat Candi Menara Sudut. Candi Menara Sudut diperkirakan sebagai pelengkap bangunan induk Candi Jabung.
Candi Jabung memiliki tinggi sekitar 16,20 meter, lebar 9,60 meter, Panjang 13,13 meter dan berdiri di sebidang tanah seluas 35x40 meter. Memang terbilang bukan candi yang megah tetapi memiliki struktur yang menarik. Candi ini terdiri dari empat bagian yaitu batur, kaki, tubuh, dan atap. Pada bagian tubuh berbentuk silinder segi delapan.Â
Sedangkan bagian atapnya dagoda (Stupa) sudah runtuh dan diperkirakan terdapat motif relief sulur-suluran. Di bilik candi terdapat arca beserta ukiran tahun candi ini dibuat yaitu pada 1267 C (Saka) atau 1359 Masehi. Candi Jabung juda memilik motif relief yang unik.Â
Relief pada candi ini melambangkan kisah sehari-hari seperti bentuk orang dan singa. Pada bagian tubuh candi juga terdapat relief wanita menaiki ikan. Menurut kepercayaan Hindu, relief tersebut merupakan penggambaran dari Sri Tanjung.Â
Relief tersebut juga ditemukan di beberapa candi yaitu Candi Penataran di Blitar, Candi Surowono di Kediri, dan Candi Bajang Ratu di Mojokerto. Selain relief, kesamaan yang lain ditemukan pada batu bata yang digunakan yaitu batu bata merah.
Dalam sejarahnya, Raja Hayam Wuruk berkelana menuju daerah timur. Ia berjeda di sebuah desa yang bernama Kelayu untuk mengadakan upacara persembahan atau biasa disebut nyekar.Â
Di desa ini berdiri sebuah bangunan bercorak Buddha yang dianggap suci oleh warga. Bangunan tersebut adalah Candi Jabung tapi dahulu dikenal dengan nama Sugata Prasista. Hal ini dikisahkan dalam sebuah kitab yang Bernama Negarakertagama. Kisah mengenai Candi Jabung dilanjutkan dalam kitab berjudul Pararaton.Â
Dikatakan bahwa Candi Jabung bergelar Bajrajina Paramitapura. Jika ditelaah, nama tersebut diambil dari bahasa Sansekerta, Bajra merujuk pada sebuah sebutan bagi seorang dewa dalam kepercayaan Buddha, Jina dalam kepercayaan Buddha melambangkan tiga dewa, Paramamita berarti ajaran Buddha Mahayana Tantra, sedangkan Pura berarti sebagai bangunan candi.Â
Sederhananya, bangunan ini dimaknai sebagai perwujudan kepada tiga dewa dalam ajaran Buddha. Lalu, seiring berjalan waktu masyarakat menyebut ini Candi Jabung karena candi ini terletak di kawasan yang terdapat banyak Pohon Jabung.
Candi Jabung dipugar pertama kali pada tahun 1983. Pemugaran ini diadakan oleh Proyek Pemugaran dan Pemeliharaan Peninggalan Sejarah dan Purbakala Jawa Timur. Proyek ini dipimpin oleh Drs. R. Prajoga Kartamihardja serta delapan anggota timnya. Candi Jabung selesai dipugar pada tahun 1987 dan diresmikan oleh Dirjen Kebudayaan yaitu Prof. DR. Haryati Soebadio pada 5 November 1987.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H