Mohon tunggu...
ezaridha rizkia
ezaridha rizkia Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

membaca

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pemerataan Transportasi Umum Berbasis Rel di Indonesia untuk Mengurangi Polusi Serta Kemacetan

21 Agustus 2023   22:58 Diperbarui: 22 Agustus 2023   00:18 72
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Nama: Eza Ridha Rizkia

NIM: 177231069

Fakultas: Ilmu Sosial dan Ilmu politik

Program Studi: Ilmu Informasi dan Perpustakaan'23


Wilayah kota Surabaya yang terus meluas menimbulkan berbagai macam permassalahan yang kompleks di dalam kehidupan masyarakat kota sekarang ini. Mulai dari massalah-massalah yang kecil hingga massalah yang besar sekalipun selalu ada dalam perkembangan setiap kota-kota besar. Massalah yang kecil seperti kedisiplinan diri sedangkan massalah yang besar seperti massalah transportasi.

Namun, ironisnya kemacetan juga sering kali disebabkan oleh ulah transportasi umum, misalnya mikrolet atau bus yang berhenti di sembarang tempat untuk menurunkan atau mencari penumpang sehingga membuat orang yang berkendara di belakangnya harus mengurangi kecepatan atau ikut berhenti di belakangnya yang kemudian menimbulkan antrian panjang kendaraan atau pengguna jalan lainnya. Meskipun demikian tidak dapat dipungkiri lagi kalau masyarakat di kota-kota besar sangat membutuhkan alat transportasi umum tersebut untuk memperlancar rutinitas mereka sehari-hari agar berjalan dengan lancar dengan sebagai mana mestinya

Pemerataan transportasi umum berbasis rel di Indonesia untuk mengurangi polusi serta kemacetan adalah salah satu solusi yang mungkin dapat kita pertimbangkan kedepannya . Pemerataan transportasi umum berbasis rel, seperti kereta api atau kereta cepat , memiliki potensi untuk mengurangi kemacetan dan meringankan beban lalu lintas di jalan raya. Namun, ada beberapa alasan yang mungkin dapat kita pertimbangkan :
1. Biaya Awal yang Besar: membangun sistem transportasi umum berbasis rel membutuhkan investasi/biaya awal yang besar. Proses ini melibatkan pembangunan jalur rel, stasiun, peralatan, dan sarana pendukung lainnya. Beberapa orang mungkin merasa ada beberapa hal yang lebih penting untuk di selesaikan/dipikirkan dibanding dengan pembangungan sistem rel ini.
2. Dampak Sosial dan Lingkungan: Proyek infrastruktur besar seperti sistem rel bisa memiliki dampak sosial dan lingkungan yang perlu kita pikirkan karena dampaknya bisa lebih besar dari apa yang kita rencanakan.Pembangunan lahan, relokasi penduduk, dan dampak lingkungan seperti perubahan lahan dan polusi bisa menjadi isu yang sangat serius. Orang-orang yang tinggal di sekitar area pembangunan ini mungkin akan merasakan dampak tersebut secara negatif.
Selain itu rasanya tidak perlu mengatasi macet namun dampak sosial dan lingkungan yang akan datang.
3. Kemungkinan Penyalahgunaan Anggaran/Korupsi: Proyek-proyek infrastruktur besar sering kali rawan terhadap penyalahgunaan anggaran dan korupsi. Kekhawatiran tentang penggunaan anggaran yang disalah gunakan menjadi faktor penambah kekhawatiran masyarakat terkait proyek sistem rel ini.
4. Pergantian Presiden dan Kabinet: Kekhawatiran selanjutnya berkaitan dengan sistem pemerintahan kita yang selalu berganti setiap 5 tahun.Pembangunan proyek ini tentu saja harus dilakukan dalam jangka yang panjang.Pergantian kepala negara beserta kabinetnya bisa saja membuat proyek ini tidak dibangun sesuai dengan rencana awal hingga membuat proyek ini hanya dibangun di awal saja dan menjadi tidak efisien.
5. Lahan Yang Tersedia: Selain ketersediaan lahan terbatas,masalah pembebasan lahan pun harus kita pertimbangkan karena butuh biaya yang sangat besar.
6. Keterlambatan Kereta: Kereta yang sering tidak tepat waktu menjadi pertimbangan bagi masyarakat Indonesia.Keterlambatan kereta bisa menjadi masalah yang besar dan masalah ini dari dulu hingga sekarang menjadi masalah yang bisa dibilang belum tuntas.
7. Harga yang Cukup Mahal: Harga tiket yang relatif mahal bisa menjadi kendala bagi pelajar atau masyarakat yang memiliki penghasilan rendah.Bukan hanya itu harga yang relatif mahal pun bisa membuat proyek ini sulit untuk balik modal/untung.

sumber:
https://media.neliti.com/media/publications/250749-penanggulangan-kemacetan-dan-kebutuhan-a-2e8639d4.pdf
https://www.kompasiana.com/amp/andhikadharmawan2212/64e369c318333e46fb315da2/pemerataan-transportasi-umum-berbasi-rel-di-indonesia-untuk-mengurangi-polusi-serta-kemacetan

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun