Mohon tunggu...
'eyyasy Kariem
'eyyasy Kariem Mohon Tunggu... -

mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

MANUFER MILITER UMAR BIN AL KHATTAB RA

8 Februari 2011   15:04 Diperbarui: 26 Juni 2015   08:47 9926
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

p { margin-bottom: 0.08in; }



  1. PENDAHULUAN

Khalifah Umar bin al Khattab ra memulai masa pemerintahannya dengan serangkaian penaklukaan yang sebelumnya telah dirintis oleh Abu Bakar ra, Umar bin al Khattab ra berhasil menyelesaikan semua tanggung jawab itu dengan amat gemilang. Berkat rahmat Allah ta’ala serta dukungan para negarawan Islam pada saat itu, Umar bin al Khattab berhasil membangun Negara yang amat luas dalam waktu yang relative singkat jika dibandingkan dengan waktu yang sebelumnya dibutuhkan oleh para kaisar dan penguasa untuk meluaskan kekuasaan mereka

Namun demikian, misi dan cara yang dilakukan oleh khalifah Umar bin al Khattab jauh berbeda dengan tujuan para peguasa tersebut. Umar bin al Khattab ra menegakkan Negara yang dipimpinnya diatas dasar yang kokoh berupa keimanan kepada Allah ta’ala dan penegakan keadilan yang didukung pula oleh rasa cinta yang tulus, akhlak yang baik, dan tradisi Arab yang luhur. Jadi, wajar saja jika sejarah menulis nama Umar bin al Khattab sebagai seorang penakluk paling besar dalam sejarah manusia. Sebab, semua penaklukan yang dilakukan oleh Umar bin al Khattab selalu memberikan dampak yang positif bagi bangsa-bangsa yang mendiami wilayah taklukannya.

Bagi Umar bin al Khattab ra, penaklukan adalah semata-mata upaya untuk meninggikan kalimat Allah ta’ala taala dan demi menggenapi janji Allah ta’ala taala kepada orang-orang beriman, yaitu mereka akan menjadi pewaris bumi. Selain itu, Umar bin al Khattab ra memang memiliki tekad yang amat kuat untuk membebaskan umat manusia dari kekejaman para penguasa Persia dan Romawi dibarengi dengan menyampaikan risalah tentang keesaan Allah ta’ala kepada bangsa-bangsa yang ada. Allah ta’ala taala berfirman:

هُوَ الَّذِي أَرْسَلَ رَسُولَهُ بِالْهُدَى وَدِينِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّينِ كُلِّهِ وَلَوْ كَرِهَ الْمُشْرِكُونَ

Artinya: “Dialah yang telah mengutus RasulNya (dengan membawa) petunjuk (Al-Qur'an) dan agama yang benar untuk dimenangkanNya atas segala agama, walaupun orang-orang musyrikin tidak menyukai.”(QS. at Taubah: 33)

Suatu ketika, datanglah seorang lelaki kepada Umar bin al Khattab dan berkata: “Wahai Amirul Mukminin, bawalah diriku untuk berjihad!” mendengar itu, Umar bin al Khattab pun berkata kepada seorang lelaki lain: “Ajaklah ia masuk ke baitul mal dan biarkan dia mengambil apapun sekehendak hatinya!” maka lelaki itu pun masuk ke baitul mal yang ternyata di dalamnya banyak terdapat emas dan perak, Lelaki itu berkata: “Aku sama sekali tidak membutuhkan hal ini, yang kubutuhkan hanya bekal dan kuda tunggangan!” maka lelaki itupun dibawa menghadap Umar bin al Khattab. Setelah dikabari ikhwal ucapan lelaki tersebut, Umar bin al Khattab langsung meminta bawahannya agar memberikan bekal dan kuda tunggangan kepada lelaki tersebut. Lantas Umar bin al Khattab sendiri yang menuntun lelaki itu atas kudanya. Setelah berada di atas kuda, lelaki itu pun melangkahkan kudanya seraya menengadahkan tangan memuji Allah ta’ala atas apa yang dianugerahkan kepadanya. Dan Umar bin al Khattab terus mengikuti lelaki itu sambil berharap agar ia juga di doakan olehnya. Setelah doa itu, dia kembali berdoa dengan berucap: “Ya Allah ta’ala, limpakanlah kebaikan kepada Umar bin al Khattab!”

Itulah khalifah Umar bin al Khattab al Faruq, dia sangat cerdas dan tahu cara memilih orang yang tepat sebagai pasukannya, yang mengutamakan harta dari din Allah ta’ala, Umar bin al Khattab selalu memberikan wasiat terbaik dan menjaga setiap perkara terpuji untuk disampaikan kepada semua panglima peranganya. Ini bertujuan agar mereka terus menghidupkan hakikat keimanan yang selalu ia sampaikan kepada mereka. Suatu ketika Umar bin al Khattab pernah berkata: “Demi dzat yang telah mengutus Muhammad dengan kebenaran, seandainya ada seekor onta saja yang binasa sia-sia di tepian sungai Eufrat, aku khawatir karena hal itu semua keluarga al Khattab di mintai pertanggung jawaban oleh Allah ta’ala.”

Pada zaman jahiliyah, orang-orang Arab begitu takut terhadap bangsa Persia dan Romawi, mereka selalu tunduk kepada kedua bangsa yang memiliki dua kerajaan sebagai kaki tangannya: bangsa Lakhmi yang menjadi kaki tangan Persia, dan bangsa Ghassan yang menjadi kaki tangan Romawi untuk menguasai syam. Bangsa Arab selalu mengagungkan mereka, menyebut mereka dengan sebutan raja, dan para pujangga Arab juga banyak yang mengubah judul syair-syair untuk memuji mereka

Sebelum terjadinya berbagai macam penaklukan Islam, sejarah mencatat berbagai perang yang berkobar dimana-mana yang dilakukan oleh bangsa Sumeria, Babylon, para Firaun, bangsa Yunani, Romawi, Persia, dan bangsa-bangsa lainnya. Setelah masa penaklukan Islam berlalu, sejarah kembali mencatat berkobarnya perang dimana-mana yang dilakukan oleh Jenghis Khan, Hulagu Khan, Timur Leng, dan penjajahan kaum salib sejak zaman pertengahan hingga sekarang ini. Semua peperangan tersebut jelas tidak pernah terjadi melainkan hanya untuk mengejar ambisi jangka pendek dan sebagai bentuk penindasan yang busuk. Semua peperangan itu tentu saja berbeda dengan penaklukan oleh umat Islam yang dilakukan untuk membebaskan umat manusia dari perbudakan dan mengubahnya menjadi penghambaan kepada Allah ta’ala semata



  1. PENAKLUKAN-PENAKLUKAN UMAR BIN AL KAHATTAB RA

Pada masa kekhalifahan Umar bin al Khattab, wilayah kekuasaan Islam berkembang sangat pesat, banyak wilayah-wilayah yang ditaklukkan pada masa kekhilafahan Umar bin al Khattab ra ini

Karena cukup banyaknya penaklukan pada masa kholifah Umar bin al Khattab, maka akan kami paparkan manufer kemiliteran khalifah Umar bin al Khattab sesuai urutan tahunnya:



  • Tahun 14 hijriyah:



  1. Penaklukan Damaskus


  2. Penaklukan Himsh


  3. Penaklukan Baklabakka


  4. Bashrah


  5. Ablah



  • Tahun 15 hijriyah:



  1. Yordania


  2. Thabariyyah


  3. Perang Yarmuk


  4. Perang Qadisiyah



  • Tahun 16 hijriyah:



  1. Penaklukan al Mada’in


  2. Penaklukan al Ahwaz


  3. Perang Jalula’


  4. Pembukaan Baitul Maqdis


  5. Pembukaan Qinnasrin


  6. Pembukaan Saruj


  7. Penaklukan Halb


  8. Penaklukan Anthakiyah


  9. Penaklukan Manbaj


  10. Penaklukan Qarqaisya’



  • Tahun 17 hijriyah:



  1. Penaklukan Ahwaz



  • Tahun 18 hijriyah:



  1. Penaklukan Jundisabur


  2. Penaklukan Halwan


  3. Penaklukan Raha’


  4. Penaklukan Simsath


  5. Penaklukan Haran Nasibhin


  6. Penaklukan Maosul



  • Tahun 20 hijriyah:



  1. Penaklukan Mesir


  2. Penaklukan Tustar


  3. Pengusiran orang-orang yahudi dari Khaibar dan Najran



  • Tahun 21 hijriyah:



  1. Penaklukan Iskandariyah


  2. Penaklukan Nahawand


  3. Penaklukan Barqah



  • Tahun 22 hijriyah:



  1. Penaklukan Azerbaijan


  2. Penaklukan kota Daynawar


  3. Penaklukan kota Mabdzan


  4. Penaklukan kota Hamdzan


  5. Penaklukan kota Tripoli


  6. Penaklukan kota Ray


  7. Penaklukan kota Askar


  8. Penaklukan kota Qaumas



  • Tahun 23 hijriyah:



  1. Pembukaan kota Karman


  2. Pembukaan kota Sajistan


  3. Pembukaan Makran


  4. Pembukaan Asfahan



  1. DI ANTARA PENAKLUKAN-PENAKLUKAN BESAR YANG TERJADI PADA MASA KHALIFAH UMAR BIN AL KHATTAB RA:



  1. Penaklukan Damaskus

Damaskus merupakan kota yang amat istimewa dengan permukaan tanahnya yang hijau, tanamannya subur, kebun-kebunnya yang banyak menghasilkan buah, airnya yang jernih, dan berbagai keindahan lainnya, pasukan Islam berhasil menaklukkan kota ini di bawah pimpinan Abu Ubaidah Amir bin Jarrah, Khalid bin Walid, Amr bin al Ash, Syurahbil bin Hasanah, dan Yazid bin abi Sufyan ra. Sebelum kota ini ditaklukan, telah terjadi serangkaian pertempuran antara pasukan Islam dan pasukan Romawi di gerbang-gerbang kota.

Ketika itu pertempuran terjadi begitu sengit, pasukan penakluk terus berusaha memasuki gerbang kota, sementara itu, disekeliling Damaskus juga terjadi pertempuran antara pasukan peyerang dan pasukan yang bertahan. Lalu orang-orang Romawi berusaha meminta perlindungan kepada penguasa Tuma seraya berkata: “Apakah kami harus berdamai dengan orang-orang Islam, atau engkau akan memberi jalan keluar untuk kami?” lalu penguasa Tuma pun berjanji untuk memerangi pasukan Islam.

Dia menyiagakan pasukan di depan pintu-pintu gerbang untuk menyergap pasukan Islam, mereka bergerak menyerang pada malam hari, tapi pasukan Islam sanggup bertahan sehingga terjadilah pertempuran besar-besaran di seluruh pintu gerbang, pertempuran di gerbang Tuma menjadi peperangan paling dahsyat ketika itu, sangat banyak pasukan Romawi yang terbunuh sehingga yang masih hidup terpaksa mundur meninggalkan ribuan teman-teman mereka yang telah tewas.

Setelah dilakukan pengepungan selama tujuh puluh hari, akhirnya Khalid bin Walid bisa menyeberangi parit menggunakan sampan. Pasukan Islam naik ke benteng musuh dengan menggunakan rantai yang dilempar lalu disangkutkan ke atas benteng. Selain itu mereka mengaitkan beberapa buhul tali untuk digunakan seluruh pasukan Islam menaiki benteng. Setelah pasukan Islam berhasil naik ke atas benteng, mereka turun membuka pintu gerbang ke sebelah timur dengan mudah. Sesaat kemudian, pertempuran pun kembali pecah

Ketika pasukan Romawi yang berada di dekat gerbang al Jabiyah mengetahui peristiwa di gerbang timur, mereka segera mengirim utusan untuk menemui Abu Ubaidah, mereka menawarkan akan menyerahkan Damaskus dengan cara damai, Abu Ubaidah menerima tawaran itu tanpa mengetahui apa yang sedang dilakukan Kholid bin Walid di gerbang timur. Setelah dilakukan penyerahan, Abu Ubaidah pun masuk ke dalam kota, di tengah kota dekat gereja Maria, beberapa orang pasukan Khalid bertemu dengan utusan Abu Ubaidah yang telah menerima penyerahan kota dari tangan musuh. Setelah Abu Ubaidah menaklukkan kota lewat jalan damai, pasukan Islam pun menguasai seluruh Damaskus.



  1. Penaklukan Mada’in

Ketika Sa’ad mengumuman pemberangkatan pasukan ke al Mada’in ia berkata kepada pasukannya: “Ucapkanlah nastainu billahi wa natawakkalu alaihi hasbunallah ta’ala wa ni’mal wakil la haula wala quwwata illa billahil aliyyil adzim

Ketika pasukan Islam sampai di dekat kota al Mada’in, pasukan Persia segera mengangkat perahu dan rakit dari sungai Tigris, kemudian mereka membakar semua jembatan yang terhubung ke kota bagian timur. Namun ternyata Sa’ad berhasil menggunakan perahu-perahu yang baru dibuat oleh penduduk setempat yang kemudian dia gunakan bersama pasukannya untuk mencapai al Mada’in. Setelah banyak musuh yang terbunuh dan pasukan Islam semakin mendekati al Mada’in, sebagian besar pasukan musuh melarikan diri dan masih ada sebagian mereka yang terus bertempur untuk mempertahankan al Mada’in.

Kala itu pasukan Islam harus menghadapi perlawanan sengit selama beberapa waktu. Akhirnya pihak musuh menyerah setelah tak mampu bertahan mengadapi kepungan pasukan Islam di sekeliling kota al Mada’in

Dengan penyerahan diri tersebut, maka takluklah salah satu kota terpenting di Persia. Penaklukan al Mada’in ini menjadi titik tolak penaklukan yang di lakukan pasukan Islam terhadap kota-kota Persia lainnya.



  1. Penaklukan Baitul Maqdis

Dari al Jabiyah, khalifah Umar bin al Khattab ra lalu bergerak menuju Baitul Maqdis untuk melakukan perjanjian damai dengan kaum nashrani. Kala itu Umar bin al Khattab ra mengajukan syarat agar semua elemen kekuasaan Romawi segera meninggalkan Baitul Maqdis dalam waktu tiga hari, sebelum Umar bin al Khattab masuk ke Masjidil Aqsa lewat pintu yang dimasuki Rasulullah saw pada malam isra’. Umar bin al Khattab ra lalu melakukan shalat tahiyatul masjid yang dilanjutkan dengan shalat subuh bersama umat Islam lainnya.

Pada rakaat pertama Umar bin al Khattab membaca surah shad yang di dalamnya terdapat ayat sajdah, dan pada rakaat kedua Umar bin al Khattab memaca surah al Isra’, seusai shalat Umar bin al Khattab bertanya kepada Ka’ab bin al Ahbar tentang letak Shakhrah, dan Ka’ab bin Ahbar lalu langsung menunjukkan batu istimewa itu. Umar bin al Khattab ra bertanya demikian karena telah terjadi pertikaian panjang dan amat sengit antara kaum yahudi dan nashrani, setiap kali kaum yahudi menang, kaum nashrani berusaha menghilangkan tempat Shakhrah itu dengan menjadikannya sebagai tempat pembuangan sampah. Bahkan amat lazim bagi kaum perempuan nashrani membuang pembalut mereka ke tempat tersebut. Semua tindakan itu dilakukan oleh kaum nashrani karena shakhrah merupakan kiblat bagi kaum yahudi, sementara itu bagian yang digunakan oleh kaum nashrani sebagai tempat pembuangan sampah adalah dari tempat shakhrah sampai mihrab Dawud.

Jadi pada saat itu Umar bin al Khattab memang tidak dapat mengetahui letak Shakhrah karena batu istimewa itu telah tertimbun sampah dan kotoran, Umar bin al Khattab lalu memerintahkan orang-orang yang berasal dari Yordania untuk membersihkan semua kotoran dan sampah yang menimbun Shakhrah

Dari shakhrah, Umar bin al Khattab melangkahkan kakinya menuju gereja Makam Suci yang ditemani oleh Patriak agung Sefronius. Ketika Umar bin al Khattab sedang berbincang-bincang mengenai perjanjian damai dengan Sefronius, datanglah waktu shalat, Umar bin al Khattab pun langsung bertanya kepada patriak agung agar menunjukkan tempat yang bisa digunakan untuk shalat, serta merta Sefronius mengizinkan Umar bin al Khattab untuk mengerjakan shalat di dalam gereja itu, namun Umar bin al Khattab menolak hal itu seraya mengatakan bahwa jika dirinya shalat di dalam gereja bersejarah itu, ia khawatir akan memberi legitimasi kepada umat Islam untuk mengubah gereja tersebut menjadi masjid hanya karena alasan bahwa Umar bin al Khattab pernah shalat di dalamnya

Kekhawatiran inilah yang juga membuat Umar bin al Khattab selalu menolak melaksanakan shalat di semua gereja lainnya, sehingga kaum nashrani pada saat itu benar-benar yakin bahwa Umar bin al Khattab dan umat Islam pasti menepati semua opsi perjanjian damai yang mereka lakukan dengan kaum nashrani. Kemudian Umar bin al Khattab melanjutkan perjalanannya dengan Sefronius menuju ke gereja tempat kelahiran yesus di Bethlehem, lagi-lagi tiba waktu shalat ketika ia berada di gereja tersebut, Umar bin al Khattab pun langsung mengerjakan shalat di tempat tersebut, namun seusai shalat, kekhawatiran Umar bin al Khattab kembali muncul, ia lalu menambahkan point dalam perjanjian damai untuk tidak mengubah gereja kelahirn yesus menjadi masjid hanya karena ia mengerjakan sholat di dalam gereja tersebut

Menurut Dr. Muhammad Sayyid Wakil, tindakan Umar bin al Khattab yang bersedia sholat di dalam gereja tempat kelahiran yesus namun menolak melakukan shalat di gereja Makam Suci dan gereja Konstantin adalah untuk menunjukkan kepada dunia bahwa bagi umat Islam, seluruh muka bumi adalah masjid, selain itu untuk menghilangkan kesan yang mungkin muncul dalam hati Sefronius bahwa Umar bin al Khattab membenci gereja karena sesuatu yang tidak ia utarakan

Penaklukan Elia terjadi pada bulan Rabi’ul Akhir tahun 16 H. akan tetapi al Baladzuri berpendapat bahwa perisiwa penting itu terjadi pada tahun 17 H. sementara itu mayoritas ahli sejarah justru sering menempatkan peristiwa penaklukan Elia dalam rangkaian kejadian penting yang terjadi tahun 15 H. di al Quds khalifah Umar bin al Khattab tinggal selama sepuluh hari, Umar bin al Khattab menggunakan waku tersebu untuk menghapus kekuatan bersenjata atas wilayah al Quds seperti yang lazim dilakukan terhadap daerah yang telah melakukan perjanjian damai dengan kaum muslimin, Umar bin al Khattab juga membagi wilayah kekuasaannya untuk mempermudah jalannya pemerintahan, sekaligus menunjuk penguasa bagi tiap-tiap daerah tersebut. Setelah selesai melakukan semua itu, Umar bin al Khattab kembali ke Madinah.



  1. ALUR PENAKLUKAN YANG DILAKUKAN OLEH KHALIFAH UMAR BIN AL KHATTAB RA:

Ketika para pembangkang di dalam negeri telah dikikis habis oleh Khalifah Abu Bakar as Shiddiq ra dan era penaklukan militer telah dimulai, maka Umar bin al Khattab menganggap bahwa tugas utamanya adalah mensukseskan ekspedisi yang dirintis oleh pendahulunya. Belum sampai satu tahun menjadi khalifah, Umar bin al Khattab telah menorehkan tinta emas dalam sejarah perluasan wilayah kekuasaan Islam. Pada tahun 635 M, Damaskus, Ibu kota Syuriah telah ia tundukkan.

Setahun kemudian seluruh wilayah Syuriah jatuh ke tangan kaum muslimin, setelah pertempuran hebat di lembah Yarmuk di sebelah timur anak sungai Yordania. Keberhasilan pasukan Islam dalam penaklukan Syuriah di masa Khalifah Umar bin al Khattab tidak lepas dari rentetan penaklukan pada masa sebelumnya.

Khalifah Abu Bakar telah mengirim pasukan besar dibawah pimpinan Abu Ubaidah bin al Jarrah ke front Syuriah. Ketika pasukan itu terdesak, Abu Bakar memerintahkan Khalid bin al Walid yang sedang dikirim untuk memimpin pasukan ke front Irak, untuk membantu pasukan di Syuriah. Dengan gerakan cepat, Khalid bersama pasukannya menyeberangi gurun pasir luas ke arah Syuriah. Ia bersama Abu Ubaidah mendesak pasukan Romawi. Dalam keadaan genting itu, wafatlah Abu Bakar as Shiddiq dan digantikan oleh Umar bin al Khattab. Khalifah Umar bin al Khattab mempunyai kebijaksanaan lain, Khalid yang dipercaya untuk memimpin pasukan di masa Abu Bakar, diberhentikan oleh Umar bin al Khattab dan diganti oleh Abu Ubaidah Ibn al Jarrah. Hal ini tidak diberitahukan kepada pasukan hingga perang selesai, dengan tujuan supaya tidak merusak konsentrasi pasukan dalam menghadapi musuh. Damaskus jatuh ke tangan kaum muslimin setelah dikepung selama tujuh hari. Pasukan Muslim yang dipimpin oleh Abu Ubaidah bin al jarrah melanjutkan penaklukannya ke Hamah, Qinisrun, Laziqiyah dan Aleppo. Surahbil dan ‘Amru bin al Ash bersama pasukannya meneruskan penaklukan Baysan dan Jerussalem di Palestina. Kota suci dan kiblat pertama bagi umat Islam itu dikepung oleh pasukan Muslim selama empat bulan. Akhirnya kota itu dapat ditaklukkan dengan syarat harus Khalifah Umar bin al Khattab sendiri yang menerima “kunci kota” itu dari Uskup Agung Sefronius, karena kekhawatiran mereka terhadap pasukan Muslim yang akan menghancurkan gereja-gereja.

Dari Syuriah, pasukan Islam melanjutkan langkahnya menuju Mesir dan meraih banyak kemenangan di wilayah Afrika Utara. Wilayah Mesir merupakan wilayah yang telah dikuasai oleh bangsa Romawi sejak tahun 30 SM. Dan menjadikan wilayah subur itu sebagai sumber pemasok gandum terpenting bagi Romawi. Berbagai macam pajak naik sehingga menimbulkan kekacauan di negeri yang pernah diperintah oleh firaun tersebut.

Amru bin al Ash meminta izin Khalifah Umar bin al Khattab untuk menyerang wilayah itu, tetapi Khalifah Umar bin al Khattab masih ragu-ragu karena pasukan Islam masih terpencar dibeberapa front pertempuran. Akhirnya, permintaan itu dikabulkan juga oleh Khalifah dengan mengirim 4000 tentara ke Mesir untuk membantu ekspedisi itu.

Tahun 18 H, pasukan muslimin mencapai kota Aris dan mendudukinya tanpa perlawanan Kemudian menundukkan Poelisium (Al-Farama), pelabuhan di pantai Laut Tengah yang merupakan pintu gerbang ke Mesir. Satu bulan kota itu dikepung oleh pasukan kaum muslimin dan dapat ditaklukkan pada tahun 19 H.

Satu demi satu kota-kota di Mesir ditaklukkan oleh pasukan muslimin. Kota Babylonia juga dapat ditundukkan pada tahun 20 H, setelah tujuh bulan terkepung. Iskandariah (ibu kota Mesir) dikepung selama empat bulan sebelum ditaklukkan oleh pasukan Islam di bawah pimpinan Ubaidah bin as Samit yang dikirim oleh Khalifah dari Madinah sebagai bantuan untuk pasukan Amru bin al Ash yang sudah berada di front peperangan Mesir. Cyrus menandatangani perjanjian damai dengan kaum muslimin. Dengan jatuhnya Iskandariah ini, maka sempurnalah penaklukan atas Mesir. Ibu kota negeri itu dipindahkan ke kota Fusthat yang dibangun oleh Amru bin al Ash pada tahun 20 H. Dengan Syuriah sebagai basis, gerak maju pasukan ke Armenia , Mesopotamia bagian utara, Georgia, dan Azerbaijan menjadi terbuka.

Demikian juga dengan serangan-serangan terhadap Asia Kecil yang dilakukan selama bertahun-tahun. Seperti halnya perang Yarmuk yang menentukan nasib Syuriah, perang Qadisiah pada tahun 637 M, menentukan masa depan Persia. Khalifah Umar bin al Khattab mengirim pasukan di bawah pimpinan Saad bin Abi Waqash untuk menundukkan kota itu. Kemenangan yang diraih di daerah itu membuka jalan bagi gerakan maju tentara Muslim ke dataran Eufrat dan Tigris. Setelah dikepung selama 2 bulan, Yazdagrid III, raja Persia melarikan diri. Pasukan Islam kemudian mengepung Nahawan dan menundukkan Ahwaz tahun 22 H.

Pada tahun itu pula, seluruh Persia sempurna berada dalam kekuasaan Islam, sesudah pertempuran sengit di Nahawan. Isfahan juga ditaklukan. Demikian juga dengan Jurjan (Georgia) dan Tabristan, Azerbaijan. Orang-orang Persia yang jumlahnya jauh lebih besar dari pada tentara Islam, yaitu 6 dibanding 1, menderita kerugian besar. Kaum muslimin menyebut sukses ini dengan “kemenangan dari segala kemenangan” (fathul futuh).(Nasution , 1985:58).

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa kekuasaan Islam pada masa itu meliputi Jazirah Arabia, Palestina, Syiria, Mesir dan sebagian besar Persia



  1. DI BALIK KESUKSESAN UMAR BIN AL KHATTAB RA

Setelah kita lihat betapa cepat dan pesat perluasan wilayah kekuasaan islam pada masa khalifah Umar bin al Khattab ra tersebut, setidaknya dapat kita simpulkan bahwa ada beberapa factor yang menjadi pemicuya:



  1. Tujuan utama Umar bin al Khattab ra dalam melakukan penaklukan adalah untuk menyebarkan dakwah tauhid, dan membantu kaum yang tertindas, sehingga tidak jarang penduduk tempat yang ditaklukkan malah membantu pasukan Islam


  2. Kepiawaian Umar bin al Khattab dalam mengatur strategi penaklukan, dan mengatur daerah yang telah ditaklukkan, yaitu jika menaklukkan suatu daerah, maka ia akan melucuti persenjataan daerah tersebut, Umar bin al Khattab juga berhasil menemukan satu system militer yang tidak pernah dilakukan siapapun pada saat itu. Ibnu Jarir menyatakan bahwa Umar mengirim surat kepada Sa’ad bin Abi Waqqas sesaat sebelum terjadinya pertempuran Qadisiyah yang isinya berbunyi, “Jika engkau sudah menerima suratku ini maka pecahlah pasukanmu menjadi satuan-saatuan yang lebih kecil. Jelaskan kepada mereka tentang tindakan itu, angkatlah pemimpin untuk tiap-tiap pasukan, berilah perintah pemimpin-pemimpin itu di depan semua pasukan, hormati mereka di depan anak buah mereka, dan serahkan panji-panji pasukan pada prajurit yang paling cepat memacu kudanya.”

Isi surat inilah yang diterapkan Khalid bin walid ketika menjadi panglima tunggal dalam perang Yarmuk terhadap pasukan Islam setelah terlebih dahulu bermusyawarah dengan para panglima pasukan penaklukna di Syam, pada saat itu Khalid memecah pasukannya menjadi 36 battalion, dan setiap battalion terdiri dari seribu orang prajurit.



  1. Kemuliaan hati, keluhuran akhlak, dan kebijaksanaan Umar bin al Khattab yang membuat musuh percaya dan kagum terhadapnya, sebab semua penaklukan yang dilakukan oleh Umar bin al Khattab selalu memberikan dampak yang positif bagi bangsa-bangsa yang mendiami wilayah taklukannya.


  2. Bukti kepiawaian Umar bin al Khattab dalam bidang strategi militer: Setelah pertempuran Nahawand, semua kawasan Persia siap ditaklukkan oleh pasukan Islam, mereka akan dengan mudah menaklukan daerah-daerah yang berada di sebelah timur sungai Tigris, apalagi setelah pasukan Islam berhasil menaklukkan Irak dan semua wilayah yang berada di sebelah selatan Teluk Arab, terlebih setelah kita tahu bahwa Khuzestan (al Ahwaz) telah ditaklukkan dan pemimpinnya, Hurmuzan mau memeluk Islam

Bidang militer: Pasukan Islam berhasil mendayagunakan kekuatan mereka, demi melanjutkan kemenangan yang telah dicapai, khalifah Umar bin al Khattab memutuskan untuk membagi pasukan menjadi beberapa kelompok pasukan yang lebih kecil, masing-masing kelompok dipimpin oleh seorang panglima menuju kawasan-kawasan dalam wilayah kerajaan Persia



  1. Pasukan yang dipilih oleh Umar bin al Khattab adalah pasukan yang benar-benar ikhlas dalam berjihad demi mendapatkan ridho Allah ta’ala

Peta Wilayah Kekuasaan Kekhalifahan Islam

p { margin-bottom: 0.08in; }

Adib al Jifary



  1. REFERENSI:



  1. Imam as Suyuthi, pent Samson Rahman, MA, Tarikh khulafa’, cetakan 7, Februari 2010, Pustaka al Kautsar, Jln Cipinang Muara Raya 63, Jakarta Timur 13420


  2. Sami bin Abdullah al Maghluts, pent Fuad Syaifuddin Nur, Atlas Agama Islam, cetakan 1, Agustus 2009, al Mahira, Jln Madrasah az Ziyadah no 21 Klender, Duren Sawit, Jakarta Timur 13470


  3. Islam Masa Khulafaur Rasyidin .pdf

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun