Mohon tunggu...
Eyok Elabrorii
Eyok Elabrorii Mohon Tunggu... Penulis - penulis fiksi

Penulis yang mencintai blues dan air mineral.

Selanjutnya

Tutup

Diary

Keriau

11 September 2021   21:50 Diperbarui: 11 September 2021   21:53 147
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Yang,

Keadaanku memburuk. Aku tidak pernah menulis cerita hingga tuntas bekalangan ini. Setiap aku menyelesaikan satu-dua paragraf, cerita-cerita itu pasti tidak bisa kulanjutkan. Dulu, kamu pernah berkata bahwa ceritaku selalu menarik dan membuatmu ingin selalu membaca ceritaku yang lain. Seperti ketika kamu usai membaca cerita persoalan seorang perempuan gila di suatu kampung yang waktu itu naik cetak di surat kabar kota kita. Katamu, membacanya seperti menonton drama paforitmu. Tapi yang paling kamu suka adalah cerita yang aku tulis tentang kamu. Membuat aku selalu ingin menangis, selalu begitu komentarmu yang kemudian kamu lanjutkan, cerita-cerita persoalan aku, persoalan kita selalu kamu tulis tidak bahagia di akhir cerita. Tapi kamu bilang selalu suka membacanya, selalu begitu jawabku.

Yang,

Keadaanku memburuk. Seusai wisuda, aku melakukan apa-apa yang kamu sarankan kepadaku dulu. Aku melamar kerja, berkali-kali hingga aku hampir putus asa. Hingga pada akhirnya sebuah media menerimaku sebagai wartawan. Siang-malam aku menemui orang baru. Orang-orang penting itu, para penjahat itu, si pelaku pelecehan itu, korban-korban tabrak lari, mereka yang pulang dari ibu kota sebagai idola, dan sebagainya, dan sebagainya. Tapi itu tak berlangsung lama, lima bulan saja. Redaktur mengatakan tulisanku belum pantas untuk terus naik cetak. Lalu sejak saat itu sembari mencari kantor baru, aku melibatkan diri pada proyek-proyek seni. Dan jika kamu menemuiku di saat-saat itu, kamu pasti tidak mengenaliku. Aku berbeda sekali. Tubuhku semakin kurus, rambutku gondrong tak terurus, kulitku berwarna sawo busuk, dan kumis menutupi bagian atas bibirku.

Yang,

Kemudian aku bertemu seseorang. Dia sangat berbeda dengan kamu. Jika kau sangat kaku untuk sekadar memulai obrolan, dia malah selalu lebih dahulu memberi kabar. Jika kamu tak suka keramaian, dia malah sering sekali mengajakku cfdan. Jika kamu tak pernah mau menelpon hingga larut malam, dia malah rela mendengar hembusan nafasku hingga fajar. Jika kamu selalu cemas akan kemalaman saat kita liburan, dia malah menawarkan diri menemaniku di kontrakan. Dia sangat berbeda denganmu. Jika kamu sanggup berkali-kali mengatakan mencintai aku, dia malah berkali-kali mengatakan hanya butuh teman.

Yang,

Walaupun aku tak pernah menemukan celah di hatinya, dia membuat aku seperti ketika masih ada kamu: merawat diri, memikirkan tujuan hidup, dan tahu cara agar tidak kesepian. Karena itulah Yang, aku mendaftar beasiswa. Dia tidak menanggapi apa-apa ketika aku menceritakan hal ini kepadanya. Malahan dia tertawa, memasang earplate, dan tidur begitu saja. Begitulah caranya aku dan dia menghabiskan malam terakhir. Aku tidak pernah menghubunginya lagi. Kau pasti tahu alasanku, benar, aku tidak suka rencana baikku diabaikan begitu saja oleh orang yang aku anggap berharga.

Lalu aku bertemu dengan seseorang lagi. Yang ini bertingkah sangat manis kepadaku. Jika kamu masih ingat bagaimana tingkahmu selepas kita berpelukan di pantai waktu itu, pastilah kamu akan bisa membayangkan tingkah manisnya itu. Aku memacarinya pada hari kedua aku mengenalnya. Dia sangat mencintaiku, katanya. Tapi hubunganku dengan dia tak lama, kurang satu bulan saja. Alasannya sepele, aku tak bisa menghadiri pernikahan kakaknya. Baginya, hal itu tidaklah sepele jika menyebut bagaimana dia meluangkan waktunya untukku: dia berkali-kali tidak istirahat selepas kuliah demi menemaniku mencari kerja, dia pernah tidak pulang tiga hari lantaran mengawasi oprasi adikku di rumah sakit, dia selalu lebih memilih duduk di kedai kopi denganku setiap malam minggu daripada pulang libur dengan tenang di rumah. Aku tak sepadan, dia menghilang perlahan.

Yang,

Keadaanku memburuk. Rambutku semakin rontok saja. Dokter menambah dosis obatku. Katanya, permasalahan yang ada di otakku disebabkan oleh fikiran yang tidak terkendali. Psikeater yang aku datangi juga menyarankan agar aku melupakan kejadian itu. Tentu aku menceritakan hal itu kepadanya. Katanya, jika terus disimpan, kejadian tiga tahun lalu itu bisa membuat jantungku tidak dapat berfungsi normal. Kamu, tentu boleh menyalahkan aku juga mengenai keadaanku saat ini, sebab kamu tahu bahwa semasa masih dalam pengawasanmu aku hampir benar-benar sembuh. Hanya saja, seperti cerita-cerita yang aku tulis belakangan ini, cerita aku dan kamu juga tidak bisa berlanjut.

Yang,

Sebagai penghibur, sepertinya sebentar lagi aku akan menyusulmu. Sepertinya cerita ini sudah cukup panjang aku keluhkan di sini. Di atas nisanmu. Sebagai penutup, aku kangen kamu.

Sangat.

Lombok, 2021

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun