Jika beberapa waktu lalu anda browsing ke Youtube atau menonton channel SCTV kalian pasti tidak kenal sinetron
GGS. Sinetron yang menceritakan cinta seorang anak remaja dengan lelaki yang ternyata itu Vampir. Sudah menjadi
rahasia umum jalan cerita itu ada pada film Twilight Saga.
Bayangkan jika sinetron itu masuk IMDB, sudah pasti banyak hujatan. Bahkan sampai ada tuntutan dari produser Twilight
Saga
Tidak hanya GGS, contoh juga seperti film Garuda Superhero yang tidak perlu ditatap lama-lama kalian sudah tidak asing lagi
dengan Batman ciptaan DC-Comic. Yang plus-nya karena sudah menggunakan teknologi CGI namun settingngan kotanya seperti
kota di New York di AS.
Padahal belum tentu settingan kota di New York itu bagus bagi banyak orang. Karena desain bukan hanya diciptakan untuk membuat
kota itu Indah namun yang paling penting adalah kesejahteraan dan kenyamanan penduduknya.
Kembali lagi ke Plagiat dari Plagiat level 5 sampai tingkat dewa. Salah satu penyebabnya adalah merasa buatan orang dan pemikiran
orang lebih bagus dari pemikiran anak bangsa. Satu lagi hanya memikirkan pundi-pundi uang yang datang. JIka anda tahu hukum alam untuk
mendapatkan pundi-pundi uang adalah film itu bermanfaat bagi manusia, bangsa, negara, dan dunia, juga prinsip membuat film salah satunya
adalah menciptakan dunia sendiri dari otak pembuat film itu yang membuat penonton memasuki dunia itu
Anak-anak dan generasi tahun 90 pasti sudah tahu serial Mr.Bean, pada awal tayang perdananya di Inggris sendiri tidak diterima namun banyak
disukai di seluruh dunia, bahkan akhirnya anak-anak negerinya sendiri.
Jadi, pada intinya jika karya yang pertama dibuat gagal jangan pernah putus asa. Karena gagal itu artinya belajar. Dan, belajar itu dilakukan
seumur hidup dari lahir sampai ke liang lahat. Kembali, ke sifat inferior karya orang luar negeri lebih bagus dari karya dalam negeri. Pembuat
film luar negeri itu juga manusia sama seperti kita, jika orang luar negeri bisa kenapa kita tidak?.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H