Dan, duri, dewasa. Aku sudah memikirkan ke mana akan kubentuk kata-kata ini. Menjadi bentuk yang sempurna inginku. Namun selalu saja, farasa-frasa itu terhenti di tengah jalan. Berbeda dengan satu sajak yang akan kulemparkan padamu.
Dan duriduri itu terus kian tumbuh di dalam kegelapan hatimu. Dia seolah memanjakanmu. Namun sesungguhnya dia mengiris-iris jiwa sucimu. Hingga kau buta dengan cahaya kebajikan.
Ah tuh kan, dewasanya belum. Lantas aku memutar otak lagi. Kian memeras. Ah capek. Lelah aku. Aku beralih bercakap-cakap ria. Kenapa berbeda ya rasanya antara menuliskan suatu imaji dalam tulisan dengan berbicara. Ditambah dengan banyak yang salah ketik karena kecepatan jemari rupanya tak sebanding dengan kecepatan otak berpikir.
Ah, entahlah. Aku melaju saja dengan semua keluh kesah ini. Bila aku berhenti, semakin aku akan terbenam dalam block hole mind.
Ah lupa , dewasa itu ada di jiwa kita bukan terletak pada umur kita. Lihat saja. Sehrusnya para sineas sinetron mampu membuat kedewasaan yang sesungguhnya karena mereka intelek bukan? Sekolah tinggi-tinggi sampai tak mampu dijangkau pohon manggaku.
Aku lapar. Lihat semua pikiranku bergerak seiring fungsi perut. Hehe
Baiklah akan kuajak kau menuju otakku. Yang kan kau temui dalam otakku dalah sebuah labirin sekumpulan otot bergerak. Yah ada Ruffi di situ dengan keyakinanya dia kan menjadi raja bajak laut.
Kau tanya aku? Tentu saja aku juga akan menjadi bajak laut, di hatimu lah. Merayu.com
Sekumpulan dewasa berdebat siapakah yang paling hebat.
“Aku,” jawab hati.
“Aku lebih hebat,” Ginjal menimpali.
“Tentu saja aku, “ sahut paru-paru tak mau kalah.
Jantung cuma tersenyum. “Dan tanpaku kalian galau.” Katanya lembut. “Bila kuberhenti berdetak, kalian semua juga akan ikut berhenti. Heart always understanding.” Tambahnya.
Semua terpana. Hidup mereka tergantung pada jantung.
banyaknya angka usia, tak kan menyihir bahwa kau dewasa. Namun gelar dewasa akan tersemat secara implisit.
catatan : baca saja yang dicetak miring. yah karena saya sudah kehabisan kata. mungkin ada yang mau nyumbang?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H