Mohon tunggu...
Mamuth
Mamuth Mohon Tunggu... Full Time Blogger - teman bagi jiwa-jiwa yang bersahabat

kali, pagi, dan mentari

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Membongkar Judi Bertopeng Agama

15 Agustus 2024   18:14 Diperbarui: 15 Agustus 2024   18:21 62
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
@x.com/m_nur_maulana

Bagi penyelenggara, perjudian merupakan salah satu cara meraih keuntungan besar dalam waktu singkat. Sedangkan bagi para pelaku, perjudian adalah keberuntungan. Namanya keberuntungan, hanya segelintir orang yang disebut pemenang yang bisa mendapat keuntungan dengan pengorbanan yang sedikit. Selebihnya, kebanyakan pelaku akan menelan kekalahan.

Namun begitu, perjudian selalu mampu menarik minat banyak kalangan. Tak peduli sopir taksi atau pegawai negeri. Pengangguran atau kuli bangunan. Semua bisa terjerumus dalam perjudian. Parahnya, besarnya hadiah yang dijanjikan bagi pemenang, membuat banyak orang addict berjudi. Sampai-sampai kehilangan segala yang dimilikinya. Apalagi ada beragam bentuk dan cara yang dilakukan penyelenggara untuk menyamarkannya.

Di warung-warung kecil penjual jajanan, bisa saja kita temukan unsur-unsur perjudian. Seperti jual kacang berhadiah rokok dan mi instan. Kacang-kacangan dikemas palstik kecil disusun rapi dan ditempelkan di selembar kertas tebal. Di dalamnya disertakan kupon. Lalu pada bagian atas lembar kertas tadi berderet macam-macam hadiah dengan mencantumkan sepotong kecil kertas bertuliskan angka. Pembeli akan mengambil bungkusan kacang, membuka kupon, dan mencocokan angka yang tertera dengan yang tercantum pada deretan hadiah. Tentu saja kebanyakan pembeli hanya mendapat kupon kosong tanpa tulisan serta beberapa butir kacang sebagai pelipur lara. 

Jarang sekali orang yang bisa berhenti. Kecenderungannya, satu kali orang melakukannya, selamanya ia akan ketagihan. Kegagalan demi kegagalan, kekalaham demi kekalahan, akan semakin menambah besar untuk terus melakukanya. Dan levelnya pun bisa terus meningkat. Mungkin awalnya orang cuma senang judi kacangan, namun seiring waktu bisa saja ia bermain dengan nominal yang lebih besar. Hingga ia bangkrut, benar-benar jatuh miskin semiskin-miskinnya.

Diantara yang paling tersamarkan, perjudian berbalut belanjalah yang paling terselubung. Apalagi bertopeng agama, seperti yang diiklankan oleh dai kondang Ustad Maulana: 

"Jama'aaaah...

mau dapat umroh gratis, ga?

mulai sekarang, BELANJA TERUS Di #*@^$^@*#"

Belanja berhadiah umroh. Yeah... Sangat menggiurkan.

Dari segi hukum mungkin saja tidak melanggar. Penyelenggara tidak bisa ditutntut di pengadilan. Namun secara moralitas, sang da'i sudah merusak mentalitas bangsa. Orang yang semestinya, membangun karakter yang baik, justru malah menhancurkan. Ustad itu secara harfiah ialah guru, dan sebagai guru ia bertanggungjawab mendorong jama'ah, yang menjadi muridnya, untuk hal-hal yang positif. Bukan menjerumuskan pada hal-hal negatif.

Perlu ditegaskan bahwa hal semacam ini mengandung unsur perjudian. Pertama adalah karena menawarkan keberuntungan. Ustad sebagai banting, eh, bintang iklan ini mendorong banyak orang yang ikut serta. Sementara, cuma segelintir orang yang akan mendapatkan hadiah. Kedua ialah menjerumuskan orang menjadi pecandu. Sebab dengan jelas Sang Da'i menganjurkan buat TERUS BERBELANJA.

Semakin sering orang berbelanja semakin besar peluang untuk mendapatkan hadiah. Sayangnya,  hadiah kursi umroh ini terbatas. Dari banyak orang yang sering berbelanja, tetap saja hanya secuil yang akan menjadi pemenang. Selebihnya akan menjadi pecundang. Di sinalah unsur perjudiannya. 

Apa salahnya orang berbelanja? Toh, seandainya tidak mendapat hadiah pun, orang sudah mendapatkan barang atas uang yang ia keluarkan? orang tidak kehilangan uang dan menderita kerugian? 

Pertanyaan macam ini bisa saja muncul dalam pikiran pembaca.

Seperti sudah penulis singgung, iklan ini sangat menggiurkan. Hadiahnya amat sangat menggiurkan. Di satu sisi, umroh merupakan ibadah yang begitu sakral, menunjungi tempat yang paling dianggap suci bagi umat islam: Mekah! Di lain sisi, umroh merupakan momentum paling bergengsi untuk menunjukan eksistensi. bukanlah sesuatu yang tabu, di era media sosial ini, Mekah sebagai spot paling wah untuk selfie. Begitulah kira-kira yang membuat motivasi orang semakin besar buat meraih hadiah Umroh. Adapun jalan untuk meraihnya dengan sering berbelanja, maka orang pun terdorong untuk terus menerus belanja. Apalagi yang menganjurkannya bergelar Ustad, Da'i kondang gitu loh!

Entah program belanja berhadiah Umroh ini hanya satu atau dua kali, atau akan selalu ada setiap tahun, jelas tujuannya menggiring supaya orang senang berbelanja. Kemudian orang dalam kecanduan berbelanja. Dan setelah menjadi shopaholic, orang tidak lagi membeli barang atas pertimbangan kebutuhan. Mereka akan membeli apapun yang belum mereka miliki. Tanpa berpikir mereka benar-benar akan menggunakannya. Tidak saja rugi dari segi materi, namun juga psikologisnya terganggu.

Melihat selintas di televisi, jama'ah ustad ini terdiri dari kaum perempuan, dan tentu mayoritas ibu rumah tangga. Bisa anda bayangkan, orang-orang yang tidak bekerja (karena hanya suami yang bekerja) hobinya berbelanja. Orang-orang yang tidak memiliki pengasilan, gemarnya menghamburkan uang. Bubar acara pengajian, mereka shopping di mall.

Ustad ini memang keren. Mampu menghancurkan mental bangsa yang memang dari dulu sudah jeblok. Padahal jika saja dia jeli, agama itu tidak melarang perjudian secara umum. Larangan yang tertera dalam Quran ialah Azlam, dalam pengertiannya :MENGUNDI nasib dengan anak panah.

Dengan mengiklankan belanja berhadiah bla bla bla, sebetulnya dia telah terlibat MENGUNDI nasib serta  mengajarkan jama'ah untuk berseberangan dengan Quran. Hebat, bukan?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun