Mohon tunggu...
Mamuth
Mamuth Mohon Tunggu... Full Time Blogger - teman bagi jiwa-jiwa yang bersahabat

kali, pagi, dan mentari

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Megawati, Penulis Naskah dan Sutradara Drama Konoha

10 Februari 2024   15:20 Diperbarui: 10 Februari 2024   15:21 99
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

(musik pembuka: Master of Puppets oleh Metallica)

Drama Konoha sudah dimulai beberapa saat setelah digulingkannya orde baru. Era reformasi  memberikan ruang seluas-luasnya bagi lahirnya banyak partai politik. Beberapa diantaranya kemudian menjelma menjadi kerajaan-kerajaan kecil di dalam negara republik. Para pendiri partai  berperan sebagai pemilik sekaligus penguasa atas partai yang dibentuknya. Setiap lima tahun sekali, masing-masing parpol menyelenggarakan kongres atau munas partai, dengan salah satu agendanya yakni melaksanakan pemilihan ketua umum. Namun dalam faktanya, hanya sebatas formalitas saja. Toh pada hasilnya, petahana yang merupakan motor parpol akan kembali terpilih. Bahkan seringkali secara aklamasi. Bisa dibilang, rezim telah terjadi di tubuh beberapa parpol.

Sebut saja Surya Paloh bagi Nasdem, Prabowo di Gerindra, Hary Tanoesoebdijo pada Perindo, dan Megawati Putri Soekarno dengan PDI Perjuangannya.

Bukan mustahil bila di masa depan kepemimpinan partai-partai politik tersebut akan jatuh pada anak cucu pendirinya, seperti yang telah terjadi pada partai Demokrat. Dalam hal ini kita bisa melihat, partai-partai politik itu sebagai aset atau perusahaan keluarga.

Dari beberapa tokoh yang dituliskan di atas, yang memiliki kiprah panjang dalam perpolitikan tanah air, dan paling menonjol sehingga layak untuk disoroti, ialah Megawati. Tentu saja bukan Megawati Hangestri yang gambarnya dicuplik di muka, melainkan Megawati putri proklamator yang menjadi ketum PDIP.

Megawati sudah mencuri perhatian sejak mulai terjun ke pentas politik di masa orde baru. Bergabungnya Megawati dengan PDI dan pencalonannya sebagai anggota dewan memunculkan kehawatiran bagi penguasa saat itu, hingga melahirkan peristiwa kuda tuli. Tidak heran, setelah Soeharto tumbang, Nama Megawati semakin melambung. Dicalonkan (atau mencalonkan diri?) sebagai presiden, dan terpilih menjadi wakil presiden bagi KH. Abdurrahman Wahid. Lalu lewat upaya pemakzulan, Megawati berhasil menggeser GusDur di kursi presiden.

Meski sesudah masa jabatannya habis, Megawati tidak terpilih kembali menjadi presiden, tapi ia masih memainkan peranan penting dalam politik negeri ini. Bahkan sampai hari ini, termasuk dalam pemilihan presiden yang akan dihelat beberapa hari ke depan.

Kalah bersaing dengan Susilo Bambang Yudhoyono (yang terpilih untuk dua periode), sebetulnya Mega masih punya kesempatan untuk bersaing dalam kontestasi berikutnya. Namun ia lebih tertarik untuk bertahta di belakang layar. Pada pemilu 2014, Mega memilih mengusung Jokowi sebagai calon presiden, mantan walikota solo yang mencuri perhatian publik dengan memenangkan pemilihan Gubernur DKI.

Tentu ada beberapa pertimbangan bagi Mega dalam mengusung Pak Joko. Pengalaman pastinya menjadi pelajaran paling berharga. Walau partainya meraih suara terbesar pada pemilu 1999, Megawati masih kalah dari Gusdur yang perolehan suara partainya lebih kecil. Begitupula di pilpres tahun 2004, Megawati juga tidak bisa mengungguli SBY (dan terpilih kembali pada 2009) yang tidak lain merupakan mantan anak buahnya. Mungkin kekalahan-kekalahan ini membuat Mega berpikir bahwa dia sebenarnya tidak dikehendaki oleh mayoritas publik

Di samping rentetan kekalahan itu, yang menjadi pertimbangan bagi Megawati bahwa Joko Widodo merupakan sosok pekerja keras dan berkarakter penurut. Keberhasilannya memenangkan pemilihan Gubernur DKI dengan gaya blusukanya, menarik simpatik seantero negeri. Kans untuk memenangkan Presiden sangat terbuka lebar. Lantas dengan pembawaan Jokowi yang manut, membuat Megawati  leluasa untuk mengendalikannya. Seandainya Pak Joko terpilih, Ibu Mega masih bisa berkuasa dari balik dinding.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun