Sebagai bukti bahwa buku ini sebagai karya orisinalitas H. Agus Wahidin, S.Pd., M.Si, bisa dibuktikan dengan cara mengunjungi mesin pencarian google. Di sana kita tinggal ketik kata kunci Strategi Komplementer 7 Pembelajaran, maka yang keluar pada urutan pertama dan seterusnya hanya ada nama Kadisdik Sumedang, H. Agus Wahidin, S.Pd., M.Si. Pun, bila kata kunci tadi dimasukan dalam mesin pencarian Youtube. Hasilnya sama saja, tidak ada karya orang lain yang serupa.
Dan tentu saja, bukti lain paling menguatkan bahwa karya tulis Agus ini benar-benar orisinal, yaitu mendapat pengakuan resmi dan surat pencatatan ciptaan dari Kementerian Hukum dan HAM RI.
Mendapat Apresiasi Kaum Cendikiawan
Buku Strategi Komplementer 7 Metode Pembelajaran Holistik Integratif yang terlahir dengan menggunakan teknik menulis kolaboratif ini langsung dibanjiri pujian. Tak hanya datang dari unsur Muspida Kabupaten Sumedang, melainkan datang juga dari Kemendikbud Ristek, dan kaum cendikiawan. Sebut saja, Rektor Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), Prof. Dr. M. Solehuddin, M.Pd., MA, dan Ketua Ikatan Cendikiawan Muslim Indonesia (ICMI) Jawa Barat, Prof. Dr. H. Moch. Najib. ,M.Ag.
Mereka rata-rata menyambut baik, dan menaruh harapan besar bahwa buku Strategi Komplementer 7 Metode Pembelajaran Holistik Integratif bisa menjadi oase ditengah-tengah masa darurat Covid-19 dan seterusnya.
Sementara, Ketua LSM Transfaransi Sumedang (Tandang), yang juga pernah berpengalaman menjadi salah satu anggota Dewan Pendidikan Kabupaten Sumedang, Yus Yudistira, sangat menyambut baik dengan terbitnya buku Strategi Komplementer 7 Metode pembelajaran Holistik Integratif. Hal ini menurutnya bisa menjadi angin segar bagi para guru guna meningkatkan kemampuannya di tengah tantangan global, apalagi terganggu oleh adanya pandemi Covid-19, saya rasa sudah sepatutnya para guru dituntut mampu meningkatkan kualitasnya dengan cara menjadi guru yang adaptif, inspiratif dan inovatif. Jika ini terwujud, sudah barang tentu bakal bermuara positif pada peningkatan mutu pendidikan serta kualitas intelektual para peserta didiknya, beber Yus.
Yus juga berharap, ide dan gagasan cerdas Agus ini tidak hanya menjadi macan kertas di atas meja atau dalam rak perpustakaan. Tapi, harus dibaca, dipelajari dengan seksama, untuk kemudian dipraktikan.
Saya harap, para guru, khususnya yang berada di Lingkungan Disdik Sumedang memiliki pemikiran serta pemahaman serupa dengan Kadisdiknya. Ayo, sudah saatnya para guru melakukan perubahan ke arah yang lebih baik, pungkasnya.***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H