Mohon tunggu...
explore news
explore news Mohon Tunggu... Jurnalis - jurnalis

saya senang membaca, sehingga ingin selalu beraspirasi, lalu dituangkan dalam sebuah tulisan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Strategi Komplementer Pembelajaran

30 Juni 2022   16:22 Diperbarui: 30 Juni 2022   16:26 878
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Sejak awal Maret 2020, Indonesia dihadapkan pada masalah besar akibat mewabahnya pandemi Covid-19. Hampir semua aspek kehidupan mengalami kondisi mengkhawatirkan, termasuk dunia pendidikan.

Ya, karena wabah Covid-19, Pemerintah Pusat dipaksa harus mengeluarkan kebijakan ekstrim, salah satunya meliburkan kegiatan belajar mengajar (KBM) secara tatap muka. Hal ini dilakukan sebagai upaya pencegahan penularan virus corona atau covid 19.

Namun, akibatnya tentu berdampak besar pada perkembangan pendidikan anak. Pasalnya, mereka dituntut belajar mandiri atau belajar secara daring (dalam jaringan), yang tentu saja harus menggunakan perkakas baru, yakni berupa smartphone dan jaringan internet.

Sayang, mode pembelajaran daring ini tak berjalan optimal. Di lapangan begitu banyak kasus, dimana siswa mengalami kesulitan belajar. Pemicunya beragam. Sebut saja, tak semua siswa memiliki smartphone, dan tak semua siswa mengetahui banyak tentang penggunaan teknologi. Andaipun keduanya terpenuhi, jaringan internet kadang tak memadai.

Selain itu, kurangnya interaksi fisik antara guru dan siswa, mengakibatkan para peserta didik hanya diberikan tugas melalui whatsApp, Hasilnya memprihatinkan. Kebanyakan siswa kesulitan dalam mengerjakan tugas, lantaran tidak ada penjelasan-penjelasan awal dari guru tentang tugas yang dibebankan tersebut. Peserta didik hanya dituntut untuk mengerjakan tanpa mendapatkan penjelasan terlebih dahulu, sehingga tak sedikit siswa yang mengeluh dan tidak bersemangat lagi dalam mengerjakan tugas.

Kurangnya interaksi langsung antara guru dan siswa, otomatis berkurang pula internalisasi nilai-nilai karakter yang semestinya harus ditanamkan seorang guru ke dalam diri siswa, sehingga dikhawatirkan adanya degradasi moral pada anak atau siswa. Pasalnya, tugas seorang guru bukan hanya mengajar, mentrasferkan ilmu pengetahuan (pelajaran) saja, tetapi dituntut untuk mendidik (pembentukan akhlak dan karakter) siswa.

Intinya, dengan segala keterbatasan akibat Pandemi Covid-19 menyebabkan pendidikan kita kian tertinggal. Untuk itu dibutuhkan terobosan baru dan perubahan ekstreem guna melunasi hutang pendidikan yang tertinggal dan mampu memenuhi tantangan dalam proses belajar mengajar.

Rupanya, segala kendala dan tantangan tersebut di atas sangat difahami betul oleh Kepala Dinas Pendidikan (Kadisdik) Kabupaten Sumedang, H. Agus Wahidin, S.Pd., M.Si. Ia pun segera mencari solusi tepat dengan cara menulis buku yang diberi judul "Strategi Komplementer 7 Metode Pembelajaran Holistik Integratif".

Perlu diketahui, ide dan gagasan yang tertuang dalam buku tersebut di atas selaras dengan kurikulum Merdeka Belajar yang dirilis Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbud Ristek).

Harapan Agus, buku yang ditulisnya itu bisa dijadikan sebuah acuan bagi semua guru di Indonesia agar mampu menciptakan iklim belajar yang tidak memukul rata semua siswa. Lantaran, sesuai dengan judulnya, Komplementer mengandung arti saling mengisi. Yaitu, pendidikan yang mengintegrasikan segala aspek dan nilai-nilai dalam pendidikan. Misal, nilai moral, etis, religius, psikologis, filosofis, dan sosial dalam kesatuan yang dilakukan secara menyeluruh antara jiwa dan badan, serta aspek material dan aspek spiritual untuk memenuhi kebutuhan esensial anak.

Sementara, Holistik integratif berarti pemenuhan esensi belajar secara menyeluruh, dengan cara melibatkan semua sumber daya dan berbagai pihak yang ada pada situasi belajar-mengajar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun