Mohon tunggu...
Imro'ah Ikarini
Imro'ah Ikarini Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

seorang wanita, seorang mahasiswa, seorang anak, yang nyambi jadi penulis. @Rien_Ka

Selanjutnya

Tutup

Money

Demi Ketahanan Pangan….

2 Februari 2014   14:57 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:14 36
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pangan adalah hal vital yang takkan pernah bisa terlepas dari kehidupan manusia. Indonesia adalah negara yang mencintai beras sebagai pangan pokok. Namun, harga beras kian melambung akibat kran impor yang terus dibuka. Jika hal tersebut tak dilakukan pun, negeri ini tak mampu memenuhi kebutuhan rakyatnya. Bagaimana bisa ketahanan pangan yang sedang digemakan akan terwujud jika tak ada usaha kecil yang dimulai?

Diversifikasi pangan merupakan salah satu hal yang dapat dilakukan untuk mewujudkan ketahanan pangan. Singkong dan jagung bukanlah hal yang buruk untuk dikonsumsi. Sayang sekali, ketika ada yang mengkonsumsi singkong dan jagung ada saja yang berfikir kalau itu buruk, rendah, tak layak bahkan terkesan kekurangan pangan. Padahal, kedua makanan tersebut bergizi, baik pula bagi tubuh walaupun harus terbiasa mengkonsumsinya. Salah jika ada yang berfikir buruk tentang kedua makanan tersebut. Makanan tersebut dapat menjadi penolong kita agar dapat mewujudkan ketahanan pangan. Bayangkan, jika kita terus menggantungkan diri pada beras negara lain, maka bisa saja negara itu mempermainkan kita sehingga mereka bisa menaikkan harga sesuai kehendak. Dan kita, seberapa pun harga beras maka tetap saja akan dibeli. Karena sudah sangat tergantung itulah kita jadi mudah dipermainkan.

Singkong dan jagung pernah menjadi makanan pokok di masa lalu, di masa penjajahan. Upaya demi upaya sudah dilakukan agar masyarakat mau mengkonsumsi mereka sebagai pengganti beras. Di Riau, bahkan telah diberlakukan aturan untuk ‘one day no rice’. Begitu pula di daerah kabupaten Sukoharjo, sudah ada yang memberlakukan aturan yang sama. Bahkan mereka berkumpul hanya untuk membuat dan mengadakan makan bersama dengan menu nasi tiwul setiap satu bulan sekali. Hal kecil seperti itu memang sudah selayaknya dilakukan. Dari hal kecillah kemudian akan menjadi kebiasaan. Tidak ada yang tidak mungkin. Begitu pula untuk mewujudkan Indonesia dengan ketahanan pangan.[WAO]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun