Mohon tunggu...
Ewinda Adlina Hashifa
Ewinda Adlina Hashifa Mohon Tunggu... Freelancer - Let's sharing with me

Researcher, Freelance Writer, Travel Enthusiast

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Dilema Peran Perempuan Pekerja Migran

14 Januari 2020   14:44 Diperbarui: 14 Januari 2020   22:46 75
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Kedilemaan perempuan pekerja migran pada dasarnya disebabkan oleh tidak adanya relasi gender dalam rumah tangga sehingga perempuan pekerja migran seakan-akan harus berperan ganda dan semua peran di dalam rumah tangga hanya dijalankan oleh seorang istri. 

Pengaruh pada budaya patriarkhi sangat kuat jika tidak adanya relasi gender dalam rumah tangga, semua peran diberikan kepada istri sehingga wajar bila perempuan pekerja migran mengalami dilema peran.

Saat perempuan bekerja di luar negeri demi memenuhi kebutuhan rumah tangga, jika menerapkan relasi gender, suami dapat membantu peran istri di sektor domestik dan menggantikan peran istri. 

Dalam relasi gender, terdapat pertukaran peran yang berjalan sesuai dengan kesepakatan bersama antara suami dan istri. Jika perempuan atau seorang istri yang bekerja untuk menjadi tulang punggung keluarga dan memenuhi kebutuhan keluarga dengan menjadi pekerja migran di luar negeri, maka laki-laki mampu menjalankan peran di sektor domestik menggantikan peran istri yang bekerja di luar negeri. 

Dengan adanya pertukaran peran tersebut, keadaan rumah tangga akan berjalan dengan harmonis. Walaupun begitu, sebagai seorang ibu dan istri, perempuan tetap memiliki hasrat untuk dapat memberikan peran yang sesungguhnya dalam keluarga seperti sebagaimana mestinya. Maka akan sulit untuk menghilangkan dilema peran pada perempuan pekerja migran.

Relasi gender dan pertukaran peran memang menguntungkan bagi pihak suami dan istri agar dapat terwujudnya harmoni dalam keluarga. Tetapi untuk mewujudkan relasi gender tersebut perlu adanya kesepakatan bersama dan belum tentu berjalan mulus. 

Peran istri dan ibu bagi pekerja migran perempuan seketika hilang setelah ia bekerja di luar negeri. Hal tersebut membuat tingkat kenyamananpun dalam keluargapun juga berkurang. 

Salah satu cara untuk dapat mengurangi kedilemaan peran bagi pekerja migran perempuan yaitu dengan tetap berperan sebagai istri dan juga ibu melalui komunikasi yang intens dengan anggota keluarga walaupun komunikasi hanya melalui video call atau telfon. 

Tetapi tetap saja, kedilemaan peran pekerja migran perempuan tidak bisa sama sekali hilang karena mereka telah terkonstruksi mengenai kodratnya sebagai seorang perempuan dalam keluarganya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun