Di era saat ini, banyak kasus penyimpangan sosial yang dilakukan oleh remaja seperti halnya seks bebas hingga berdampak pada kehamilan yang tidak diharapkan atau disebut "Married By Accident (MBA)". Kejadian tersebut membuat kondisi fisik, sosial, dan psikologis anak berubah yang juga akan berpengaruh pada masa depan mereka kelak.Â
Dari segi ilmu sosiologi, perilaku anak merupakan hasil dari sosialisasi atau kondisi tertentu di dalam keluarganya. Perilaku anak merupakan cerminan dari bagaimana kondisi dalam keluarga dan bagaimana orang tua mendidiknya.Â
Saat di luar rumah, anak akan membawa hasil dari sosialisasi orang tua yang kemudian terinternalisasi membentuk suatu tindakan yang akan anak lakukan di luar rumah.Â
Bahkan lingkungan di luar rumah dapat dijadikan pelampiasan anak saat anak di rumah tidak merasa nyaman dan kurang disosialisasikan pengetahuan nilai dan norma.Â
Seks bebas menjadi suatu momok bagi orang tua dan mereka takut akan terjadi pada anaknya, tetapi mereka juga tidak berusaha memberikan pengetahuan mengenai pendidikan seksual kepada anak-anak mereka karena jika ada kata "seksual" maka akan menjadi tabu sehingga pendidikan seksual tabu untuk diberikan kepada anak.Â
Padahal sebaliknya, pendidikan seksual menjadi sangat penting bagi anak-anak agar mereka memahami otoritas tubuh agar tidak melakukan perilaku seksual yang menyimpang bahkan mengantisipasi agar tidak menjadi korban pelecehan seksual. Selain itu, pendidikan seksual juga dapat membentuk pola berpikir, pola perasaan, dan pola sikap dalam kaitannya dengan memanajemen otoritas tubuh.Â
Pendidikan seksual dapat membantu anak dalam penguatan identitas jenis kelaminnya dan juga peran atas jenis kelaminnya. Sosialisasi ini juga sangat penting dalam mencegah perilaku menyimpang seperti Lesbian Gay Biseksual Transgender (LGBT) atau ketertarikan dengan sesama jenis (homoseksual). Pendidikan seksual dapat menanamkan perilaku heteroseksual dan menciptakan orientasi seksual yang baik.
Pendidikan seksual penting untuk menjawab rasa penasaran anak di rumah. Jika anak tidak mendapatkan informasi mengenai apa yang membuatnya penasaran, maka anak akan cenderung mencari sendiri dengan jangkauan yang luas dan mudah seperti di internet.Â
Padahal jika anak mencari informasi sendiri melalui internet, orang tua tidak bisa mengontrol dan tidak dapat mengetahui apa saja yang telah diakses oleh anak-anak mereka. Mereka akan mendapatkan informasi melalui situs pornografi.
Pornografi dapat mendorong anak untuk semakin penasaran dengan apa yang dilihatnya untuk dipraktekkan sehingga anak akan terdorong untuk melakukan seks bebas dengan lawan jenisnya untuk mempraktekkan apa yang telah ia lihat di situs pornografi. Maka dari itulah, pendidikan seksual menjadi sangat penting bagi anak-anak agar mencegah anak dari menonton pornografi.Â
Jadi, jika anak bertanya kepada orang tua mengenai suatu hal yang membuat anak menjadi penasaran, apapun itu pertanyaannya, maka orang tua harus bisa menjawab rasa penasaran dari anak agar anak tidak mencari jawaban melalui sumber yang lain, entah dari internet (pornografi) ataupun dari orang lain yang ingin menjurumuskan anak untuk membenarkan yang seharusnya salah dan dilarang.Â
Pendidikan seksual, alangkah idealnya, harus menyesuaikan dengan umur anak yang juga mempengaruhi pola pikir anak di saat usia tertentu. Berikut merupakan tahapan pendidikan seksual sesuai umur pada anak:
Pada usia 1-3 tahun:
- Anak diajarkan mengenai konsep perbedaan jenis kelamin antara laki-laki (penis) dan perempuan (vagina)
- Toilet training sekaligus mengajarkan kebersihan organ intim
Pada usia 4-5 tahun:
- Mengenalkan fungsi organ reproduksi
- Memberikan pemahaman mengenai otoritas tubuh, dan menganjarkan anak untuk menjaga alat kelaminnya agar tidak boleh disentuh oleh orang lain kecuali dirinya sendiri di waktu dan tempat yang tepat
- Mulai memberikan pemahaman mengenai pembagian peran gender antara laki-laki dan perempuan
Pada usia 6-12 tahun:
- Memberikan informasi tentang pubertas antara laki-laki (mimpi basah) dan perempuan (menstruasi) sekaligus memberikan arahan untuk persiapan anak menuju pubertas agar tetap tenang nantinya saat mengalami perubahan-perubahan yang ada pada fisiknya
- Mengajarkan tentang nilai dan norma sosial untuk mencegah perlakuan menyimpang pada anak
- Memberikan pemahaman mengenai hubungan anak dengan lingkungan sosial termasuk pada teman sebayanya dan memberikan pemahaman mengenai hubungan pertemanan yang sehat dengan lawan jenis
- Memberikan pemahaman mengenai penyakit menular seksual
Dengan pendidikan seksual bagi anak sedari dini, maka anak akan terbiasa dengan hal-hal  yang diajarkan sedari dini untuk mencegah perilaku yang menyimpang saat menginjak masa remaja atau menjadi korban dari pelecehan seksual. Seiring dengan bertambahnya umur anak, maka ia dapat menyadari akan pentingnya menjaga otoritas tubuhnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H