Transisi energi adalah upaya mengurangi atau mengalihkan penggunaan energi fosil menjadi nonfosil untuk menekan dampak perubahan iklim dan efek rumah kaca yang menyelimuti atmosfir bumi.
Jumat, 26 November 2022, saya dan teman-teman dari Ecoblogger Squad berkesempatan diskusi online bersama Mas Fariz Panghegar. Beliau adalah manajer riset di Traction Energy Asia, sebuah organisasi beranggotakan para ahli dari berbagai ilmu pengetahuan yang fokus pada isu transisi energi menuju energi terbarukan.
Organisasi ini bekerja sama untuk mengidentifikasi, memetakan, memahami, dan menyusun strategi untuk membuka kunci yang menghambat transformasi ekonomi rendah karbon, khususnya di Indonesia.
Mas Fariz menjelaskan bahwa bencana lingkungan paling sering terjadi di Indonesia akibat gas rumah kaca. Nah, gas rumah kaca ini menyebabkan naiknya kumpulan polusi yang menyelimuti atmosfer bumi, meningkatkan suhu permukaan bumi atau global warming dan menyebabkan perubahan cuaca secara luas dalam jangka panjang atau lebih dikenal dengan sebutan perubahan iklim.
Perubahan iklim inilah yang menyebabkan terjadinya berbagai bencana lingkungan di negara kita selama ini. Kabar baiknya adalah kita punya banyak energi terbarukan, mulai dari matahari, angin, air, dan hidrogen untuk menggantikan bahan bakar fosil dan memerangi dampak pemanasan global yang memicu perubahan iklim.
Sayang sekali transisi energi sampai hari ini masih berjalan lambat. Saya pikir kita semua setuju bahwa transisi energi di Indonesia terkesan jalan di tempat. Masalah utamanya adalah kita punya teknologinya, tetapi belum ada pemimpin negara yang berani mengeksekusi secara keseluruhan.
Pemimpin-pemimpin kita saat ini masih terlalu lamban mengambil tindakan. Mereka kesannya resisten terhadap isu perubahan iklim.
Baca Juga :Â Konservasi Energi Listrik sebagai Upaya Efisiensi Energi dan Pemerataan Pasokan Listrik
Contoh nyata adalah pemerintah di satu sisi mendukung pembangunan proyek-proyek energi terbarukan, seperti pembangkit listrik tenaga bayu (PLTB) Tolo di Kabupaten Jeneponto, Sulawesi Selatan. Akan tetapi, pemerintah di sisi lain masih mengembangkan pembangkit listrik berbahan baku batubara bahkan menambah kapasitasnya di beberapa daerah, seperti PLTU Cilacap.