Mohon tunggu...
Ewia Putri
Ewia Putri Mohon Tunggu... Penulis - seorang aktivis kemanusiaan konsen terahadap persoalan ekonomi, perempuan dan kemanusiaan

saya merupakan anak pertama dari 2 bersaudara, saya tamatan s2 magister ilmu ekonomi di universitas jambi, sekarang sedang senang2 menjadi pengamat dan penulis.

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Pilihan

Sinisme: Merusak Kesejahteraan Jiwa

17 Desember 2024   15:22 Diperbarui: 17 Desember 2024   15:22 19
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Penghargaan dan Pengakuan

Manusia adalah makhluk sosial yang unik. Sejak lahir, kita membawa hasrat mendalam untuk diperhatikan, diakui, dan dihargai oleh sesama. Penghargaan dan pengakuan bukanlah sekadar keinginan, melainkan kebutuhan psikologis yang fundamental bagi perkembangan dan kesejahteraan individu. Namun, dalam perjalanan hidupnya, ada fenomena yang seringkali menghalangi kita untuk meraih kebutuhan ini, yaitu sinisme.

Sinisme: Rasa Dengki dan Kekurangan

Sinisme adalah wujud nyata dari rasa dengki terhadap pencapaian orang lain. Ini adalah perasaan negatif yang muncul ketika seseorang merasa bahwa mereka tidak mendapatkan penghargaan dan pengakuan yang seharusnya mereka terima dari lingkungan sekitarnya. Sinisme cenderung mengapungkan kelemahan orang lain demi mempertahankan citra diri yang salah. Bagi seorang yang hatinya lemah, menutupi kekurangan adalah prioritas, bahkan jika itu berarti menyalahkan orang lain.

Mengapa Sinisme Muncul?

Sinisme tidak muncul begitu saja. Ini adalah respons terhadap perasaan ketidakpuasan diri. Orang yang merasa tidak dihargai atau merasa kurang dari orang lain cenderung mengembangkan sikap sinis. Mereka mungkin merasa bahwa dengan merendahkan orang lain, mereka dapat merasa lebih baik tentang diri mereka sendiri. Namun, ini adalah penutupan diri yang tidak produktif dan merugikan.

Sinisme menimbulkan keburukan 

Terlebih lagi, meskipun sinisme terkadang bisa menghasilkan tindakan positif, seperti kritik konstruktif, kebaikan yang dibangun di atas dasar sinis seringkali rapuh. Ini seperti membangun gedung bertingkat tinggi dengan pondasi dari pasir basah. Pada akhirnya, akan ada ketidakstabilan dan kerapuhan yang mengancam untuk meruntuhkan konstruksi tersebut.

Kekayaan Hati 

Sebaliknya, menghargai sesama manusia adalah kunci menuju kekayaan hati yang sejati. Ketika kita mampu memberikan penghargaan dan pengakuan kepada orang lain, kita tidak hanya membantu mereka merasa dihargai, tetapi juga membuktikan kekayaan hati kita sendiri. Kepedulian, empati, dan sikap positif akan merajut hubungan yang kuat dan membangun fondasi yang kokoh bagi pertumbuhan pribadi dan hubungan yang harmonis.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun