Padahal, debat adalah momen yang seharusnya memberi ruang bagi setiap kandidat untuk membuktikan kedalaman pemikiran mereka, untuk menggali lebih dalam tentang permasalahan yang dihadapi daerah ini.Â
Di saat-saat seperti ini, waktu yang terbatas malah memperburuk kualitas diskusi yang ada, membuatnya semakin jauh dari harapan untuk menghasilkan pemikiran yang menggugah atau solusi yang memadai.
Bukan hanya itu, debat ini gagal menjadi alat edukasi politik yang seharusnya bisa membuka wawasan masyarakat tentang bagaimana seorang calon memandang permasalahan dan bagaimana mereka merencanakan solusi.Â
Sebagai warga negara yang terlibat dalam proses demokrasi, masyarakat Kerinci berhak mendapat penjelasan yang lebih jelas tentang bagaimana pemimpin yang mereka pilih akan menangani isu-isu krusial seperti kemiskinan, ketimpangan sosial, atau rendahnya kualitas pendidikan dan kesehatan.
 Namun, yang terlihat justru adalah debat yang lebih banyak membahas hal-hal yang sudah usang tanpa memberikan jawaban yang memadai.
Pada titik ini, kita harus bertanya pada diri sendiri: Apa gunanya sebuah debat jika hanya berfungsi sebagai panggung untuk pertunjukan politik tanpa menawarkan ide yang segar atau solusi yang aplikatif? Jika yang diharapkan hanya janji-janji kosong yang terulang tanpa konkretisasi, apakah kita masih bisa percaya bahwa proses politik ini benar-benar untuk kepentingan rakyat?
Para calon harus mampu mengedepankan mengedepankan visi dan misi yang jelas Agar Pilkada Kerinci 2024 tidak sekadar menjadi ajang kontestasi politik yang kosong, para calon harus mampu menghadirkan visi yang lebih berani dan jauh ke depan.Â
Mereka harus mampu menawarkan kebijakan yang benar-benar revolusioner dan sesuai dengan kebutuhan zaman. Jika tidak, kita akan terus terjebak dalam rutinitas politik yang tak membawa perubahan nyata bagi masyarakat Kerinci.Â
Dalam hal ini, debat ini menunjukkan bahwa kita berada dalam sebuah dilema: semakin maju teknologi dan informasi, semakin mudah bagi politikus untuk bersembunyi di balik kata-kata manis, tanpa harus memberikan bukti nyata tentang kemampuan mereka. Dan pada akhirnya, kita sebagai masyarakat yang akan membayar harga dari kebuntuan ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H