Mohon tunggu...
Ewia Putri
Ewia Putri Mohon Tunggu... Penulis - seorang aktivis kemanusiaan konsen terahadap persoalan ekonomi, perempuan dan kemanusiaan

saya merupakan anak pertama dari 2 bersaudara, saya tamatan s2 magister ilmu ekonomi di universitas jambi, sekarang sedang senang2 menjadi pengamat dan penulis.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Berkurban: Lebih dari Sekadar Penyembelihan Hewan

16 Juni 2024   23:17 Diperbarui: 16 Juni 2024   23:24 196
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Berkurban: Lebih dari Sekadar Penyembelihan Hewan

Oleh : Ewia Putri

Ketika kita berbicara tentang kurban, banyak yang langsung mengaitkannya dengan penyembelihan hewan. Namun, sebenarnya kurban memiliki makna yang jauh lebih dalam. Kurban bukan hanya tentang hewan; ini adalah tentang ego, tentang kepemilikan, dan tentang pengorbanan perasaan.

Sebagaimana kisah Nabi Ibrahim AS yang menjadi teladan utama dalam ibadah kurban, kita diingatkan akan pengorbanan yang luar biasa. Nabi Ibrahim diperintahkan oleh Allah SWT untuk menyembelih putranya yang sangat dicintai, Ismail AS. Ini bukan hanya ujian fisik, tetapi juga ujian perasaan dan ego. Beliau harus menurunkan egonya dan merelakan kepemilikannya atas Ismail, demi cinta dan ketaatannya kepada Allah SWT.

Kurban Perasaan dan Kepemilikan

Dalam Al-Quran, Allah SWT berfirman:

"Sesungguhnya Aku hendak menjadikanmu pemimpin bagi seluruh manusia." Ibrahim berkata: "(Dan saya mohon juga) dari keturunanku." Allah berfirman: "Janji-Ku (ini) tidak mengenai orang yang zalim." (QS. Al-Baqarah: 124)

Ayat ini menggambarkan bagaimana Nabi Ibrahim diuji dan diberi tanggung jawab besar. Pengorbanan yang beliau lakukan bukan hanya simbolis, tetapi penuh makna spiritual yang dalam. Nabi Ibrahim mengorbankan perasaannya, bukan hanya untuk memenuhi perintah Allah, tetapi juga untuk menunjukkan bahwa segala sesuatu di dunia ini hanyalah titipan dari-Nya.

Begitu pula kita di Hari Raya Idul Adha ini, diingatkan kembali oleh sejarah dan kisah-kisah yang mengiringinya. Kita belajar bahwa kepemilikan sejati hanyalah milik Allah SWT. Segala sesuatu yang kita miliki di dunia ini, baik itu harta, teman, pasangan, anak, orang tua, rumah, atau kendaraan, semuanya adalah amanah dari Allah. Dalam hadits, Nabi Muhammad SAW bersabda:

"Tidaklah seorang Muslim menanam tanaman atau berkebun, lalu hasilnya dimakan oleh burung, manusia, atau hewan, melainkan itu menjadi sedekah baginya." (HR. Bukhari dan Muslim)

Memaknai Kurban dalam Kehidupan

Ketika kita memahami bahwa tidak ada yang benar-benar kita miliki, kita belajar untuk lebih ikhlas dan rendah hati. Hidup ini adalah tentang bagaimana kita menjalani amanah yang diberikan kepada kita dan bagaimana kita mempersiapkan diri untuk pertanggung jawaban di akhirat nanti.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun