Hai readers! Kali ini saya akan membahas apa itu Introvert dan Extrovert. Mungkin beberapa dari kita lebih memilih baring atau nyantai dirumah dalam berlibur sementara yang lainnya lebih ingin menjadi pusat perhatian bagi semua orang. Dalam perspektif science manakah yang lebih baik? Introvert atau Extrovert?
Asal mula Introvert dan Extrovert
Sebelum itu, saya akan menyingkat Introvert dan Extrovert yang menjadi I/E.
Pada tahun 1920, seorang pyschologist terkenal Carl Jung menciptakan sebuah istilah baru yakni "Introvert" dan "Extrovert" dalam karyanya tahun 1920-an, Psychologist Typen. Dalam modelnya, perbedaan kepribadian berasal dari energy. Dimana orang Extrovert merasa semangat ketika bersosialisasi daripada seorang Introvert yang lebih ketimbang terbebani. Yang berarti seorang Introvert lebih suka sendiri ketimbang Extrovert yang lebih suka bersosialisasi
Gairah Kortikal (Kecepatan dan Jumlah aktifitas dalam otak)
Beberapa dekade yang lalu, seorang pyschologist German Hans Eysenck memiliki basis teori tentang I/E. Menurut teori Hans Eysenck, tingkah laku seorang Introvert dan Extrovert dikarenakan oleh gairah kortikal. Dibanding dengan Extrovert, Introvert tentu saja memiliki gairah kortikal yang sangat tinggi, dan lebih banyak memproses informasi per detiknya.
Ini berarti, pada dasarnya. apabila kita menaruh Introverts di lingkungan dengan banyak rangsangan, seperti restoran yang ramai, mereka akan cepat kewalahan dan terbebani. Sebaliknya, Extrovert yang memiliki rangsangan yang minimal, mereka lebih mencari lingkungan yang sangat menstimulasi agar menambah gairah mereka
Kembali pada tahun 1999, ilmuwan mengukur aliran darah otak dari Introvert dan Extrovert dengan positron emission tomography (PET). Mereka nemeukan bahwa Introvert memiliki lebih banyak aliran darah pada lobus frontal dan thalamus anterior - dimana pada daerah otak ini terlibat dengan mengingat peristiwa, membuat rencana, dan menyelesaikan masalah. Extrovert, memiliki aliran darah lebih banyak pada dibagian daerah otak yang terlibat dengan tafsiran sensorik data, termasuk anterior cingulate gyrus, lobus temporal dan thalaus posterior.
Seperti yang dipercaya oleh Jung, bahwa perhatian sebuah Extrovert lebih fokus diluar dan perhatian Introvert lebih fokus didalam.
Penelitian juga mengatakan bahwa aktifitas neuronal pada otak Introvert lebih tinggi daripada Extrovert terkait dengan learning, motor control, vigilance control dan korteks premotor mereka memproses rangsangan eksternal lebih cepat.
Mana yang lebih baik? Introvert atau Extrovert?
Tidak ada yang lebih baik/lebih bagus. Semuanya sama-sama bagus. Inilah yang membentuk kepribadian kita serta menjadi diri kita sendiri. Tidak perlu memaksakan diri untuk menyesuaikan kepribadian kita di lingkungan masyarakat. "Be who you are" baik itu Introvert dan Extrovert, tentu saja memiliki kelebihan serta kekurangan masing-masing. Jadi tak perlulah kita mengatakan bahwa Introvert lebih bagus atau Extrovert lebih bagus. Ingat! Kamu adalah KAMU :)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H