Mohon tunggu...
Evy Sofia
Evy Sofia Mohon Tunggu... -

seorang manusia biasa yang masih butuh banyak belajar dan ingin dapat berbagi ilmu bagi sesama... \r\n

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Berapa Banyak Buku Terbaca di 2016?

16 Januari 2017   12:48 Diperbarui: 16 Januari 2017   14:12 520
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sungguh pertanyaan itu membuat saya terhenyak. Iya ya, berapa banyak buku yang selesai saya baca selama tahun 2016? Saya pun mulai menghitung sambil nanar menatap deretan buku di rak yang masih tersegel plastik. Rasanya saya tak terlalu banyak membaca di sepanjang tahun 2016. Mungkin hanya sekitar 20-an buku yang berhasil saya khatamkan. Kemana saja saya selama ini?

Internet dan Minat Baca?

Masih termangu-mangu dengan temuan mengagetkan ini, saya pun menjadi semakin terkesima tatkala membaca postingan seorang kawan di media sosial. Dia mengemukakan sebuah pemikiran bahwa internet tidak efektif untuk meningkatkan minat baca.

Mereka yang sebelumnya memiliki stamina dan konsentrasi untuk membaca teks panjang, entah dalam wujud buku, entah risalah mendalam tentang satu perkara, kini tergerus daya tahannya akibat luapan tulisan pendek, artikel ringkas,  berita beberapa baris, komentar mini yang kadang bersifat efemeral, lebih sering dangkal. Luapan informasi menciptakan distraksi, memudarkan konsentrasi, dan akhirnya kemampuan membaca tulisan yang panjang meredup, kalau tidak lenyap sama sekali. 

Iya sih, selama 2016 saya lebih banyak membaca postingan tak terlalu panjang yang begitu mudah didapatkan di media sosial atau di situs lainnya. Hanya satu kali klik, dengan mudah saya mendapatkan berbagai pengetahuan dari internet. Apalagi jika itu adalah informasi yang berisi kejadian terkini, sungguh sayang apabila saya melewatkannya. Akibatnya saya merasa cukup tercerahkan dengan membaca tulisan-tulisan pendek tersebut dan mulai agak malas menyentuh buku, terlebih bila buku itu tebal halamannya. 

Tak hanya semakin tergantung pada bacaan dari internet, daya tahan saya untuk membaca naskah yang panjang juga mulai berkurang. Hal ini saya amati dari kecepatan yang saya capai dalam menyelesaikan satu buah buku. Jika dahulu saya mampu menyelesaikan novel The Da Vinci Code setebal 700-an halaman hanya dalam tempo 3 hari, namun untuk novel setebal 500an halaman saja, saya butuh waktu lebih dari seminggu. Betapa menyedihkannya...

Menumpuk Buku

Tak hanya ketergantungan pada informasi dari internet yang saya evaluasi, saya juga mulai melakukan introspeksi terhadap cara saya memperlakukan buku. Apakah selama tahun 2016 sering pergi ke toko buku? Jawabannya iya. Jika ke toko buku, apakah selalu membeli buku? jawabannya pun iya juga. Tak afdol rasanya pergi ke toko buku tapi tak menenteng belanjaan saat pulangnya. Berapa banyak buku yang saya beli selama 2016? Eeeh, saya mulai menghitung dengan cepat.

Puluhan buku yang ada di toko buku atau pameran buku rasanya telah berpindah ke perpustakaan pribadi saya. Dari sekian banyak buku yang terbeli itu, berapa banyak yang terbaca? Naah, ini dia! Belanjaan buku saya sepanjang 2016 masih ada yang terbungkus rapi dalam segel plastiknya, bahkan buku yang saya beli di tahun sebelumnya juga ada yang masih belum keluar dari pembungkus plastik. 

Saya mungkin tidak sendirian dalam hal ini. Berapa banyak dari Anda yang lebih banyak belanja buku daripada membacanya? Ayolah, tak perlu malu mengakuinya. Saya menganalogikan perilaku seperti ini dengan kebiasaan sebagian mahasiswa yang pada saat ujian menumpuk banyak buku di meja belajar, namun sedikit atau bahkan sama sekali tak menyentuhnya.

Mungkin ada perasaan aman namun semu jika tumpukan buku berisi bahan ujian lengkap telah dipersiapkan walaupun tak terbaca isinya. Tentu akibatnya saat ujian berlangsung, mahasiswa tersebut tak menguasai materi yang ada di dalam buku. 

Demikian pula ada orang yang lebih banyak mengoleksi buku daripada mengoleksi isi pengetahuan yang ditawarkan oleh buku tersebut. Barangkali ada perasaan senang tatkala melihat rak bukunya semakin padat terisi tumpukan buku yang disukai. Jika hal demikian berulang terus tanpa ada perubahan perilaku, tentu yang semakin bertambah adalah kuantitas buku yang dimiliki dan bukan kualitas pola pikir pemilik buku tersebut.

Ayo Berbenah!

Baca Baca Baca (Koleksi Pribadi)
Baca Baca Baca (Koleksi Pribadi)

Lalu, bagaimana dong solusinya? Tentunya perlu ada modifikasi perilaku untuk mengubah kebiasaan buruk yang tidak produktif. Tahun baru dapat menjadi momentum yang tepat untuk berubah. Resolusi untuk membaca sejumlah buku dapat diterapkan sepanjang 2017. Tiap orang tentunya berbeda dalam kemampuan dan kemauannya untuk membaca sejumlah buku. Tak masalah, tinggal disesuaikan saja dengan kondisi diri kita masing-masing. 

Melibatkan orang lain dalam menyukseskan resolusi membaca di 2017 memudahkan kita untuk melakukannya. Saya mengajak murid-murid saya untuk berlomba-lomba membaca buku sebanyak-banyaknya.

Tidak hanya membaca, namun kami bertekad untuk menuliskan daftar buku yang dibaca selama 2017 dalam catatan khusus di notebook atau di buku. Dengan demikian buku yang telah dibaca dapat terarsip dengan rapi. Di akhir tahun 2017 nanti, kami dapat mengevaluasi target membaca telah tercapai dengan baik atau belum. Tak lupa untuk saling menyemangati, orang yang membaca buku paling banyak akan mendapatkan apresiasi. 

Menceritakan Isi Buku yang Dibaca (Koleksi Pribadi)
Menceritakan Isi Buku yang Dibaca (Koleksi Pribadi)
Sambil harap-harap cemas menunggu capaian membaca di akhir 2017, saya mengajak murid-murid untuk menceritakan isi buku yang telah dibacanya dalam satu pekan. Hal yang sungguh membuat saya bersyukur adalah mayoritas murid antusias untuk membaca dan berbagi ilmu pada teman-teman di kelas. Sungguh, hal ini berdampak positif untuk saya. Rasanya menyenangkan sekali dapat berlomba-lomba melakukan kebaikan dalam memperluas wawasan lewat membaca.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun