Bagi generasi yang melewati masa remaja di tahun 90-an biasanya akrab dengan persewaan buku. Ya, di saat mal belum tumbuh bak cendawan di musim hujan seperti sekarang ini, persewaan buku nyatanya mampu memberikan hiburan bagi orang yang dahaga akan hiburan.Â
Sumber Gambar: Berita Jatim
Persewaan buku memang menawan hati dan saya adalah salah satu pengunjung setianya. Sejak duduk di bangku sekolah dasar, saya sudah rajin menyambangi persewaan buku yang terletak di dekat Kusuma Sahid Hotel, Solo. Kalau tidak salah namanya Taman Bacaan Anggrek. Koleksinya lengkap dan harga terjangkau merupakan keunggulan yang membuat persewaan buku ini mampu bertahan sebagai bisnis yang menjanjikan. Majalah dan komik wayang menjadi pilihan bacaan utama yang ingin saya lahap dengan rakus. Saking seringnya berkunjung, penjaganya sampai hafal dengan anak SD yang selalu berkunjung dengan sepeda mini warna hijaunya ini.Â
pb7-58609231fc22bdb2048f1334.jpg
Kebiasaan mengunjungi persewaan buku ini berlanjut hingga saya duduk di bangku SMP. Dari informasi teman, saya mendapatkan kabar kalau di daerah Kauman ada persewaan buku yang lengkap koleksinya. Namanya Persewaan Buku Favorit. Karena lokasinya relatif dekat dengan rumah, saya pun rajin berkunjung ke sana tiap akhir pekan. Bermodal kartu pelajar sebagai syarat menjadi anggota, saya pun menjadi pelanggan di persewaan buku tersebut. Karena sudah remaja, genre bacaan kesukaan saya mulai berubah tidak lagi sekedar majalah atau komik. Novel detektif legendaris Lima Sekawan karangan Enyd Blyton menjadi buku yang paling sering saya sewa. Tak hanya itu, saya pun mulai menggilai Trio Detektif karya Alfred Hitchcock yang lebih dari 40 seri jumlahnya. Petualangan dari satu persewaan buku ke persewaan buku yang lain tidak berhenti kala saya lulus SMP.Â
Ketika duduk di bangku SMA, bersyukur sekali saya karena di dekat SMAN 3 Solo ada persewaan buku Valentine. Bagaikan laron yang selalu tertarik mendekati cahaya lampu saya dan teman-teman yang memiliki hobi sama pun menyerbu persewaan buku tersebut. Tak heran jika tiap hari, terutama di akhir pekan, Valentine penuh dengan remaja putih abu-abu yang dengan khusyuk menyambangi rak demi rak demi mendapatkan buku bacaan untuk menyegarkan pikiran yang suntuk setelah enam hari berkutat dengan kalkulus, trigonometri, dan kimia karbon nan aduhai itu. Untuk mengademkan otak, saya pun memilih novel Marga T atau Mira W sebagai hiburan, namun tak melupakan cinta lama saya pada novel detektif. Jadilah saya mulai menjelajahi petualangan Detektif Conan atau Hercule Poirot yang digubah cantik oleh Agatha Christie.Â
Koleksi Pribadi Detektif Conan
Melanjutkan kuliah di Kota Pelajar adalah salah satu skenario kehidupan saya yang terbaik dari Allah. Yogyakarta adalah kota yang menyediakan ilmu berlimpah dengan harga yang murah, bahkan gratis. Modalnya hanya kemauan dan semangat. Selama di Yogyakarta, saya memilih tempat kos di daerah Sagan karena letaknya strategis dan dekat dengan kampus Psikologi UGM. Asiknya di dekat kos saya ini ada persewaan buku namanya Visi Media. Sebenarnya perpustakaan ini milik beberapa teman yang mencoba untuk berwirausaha dengan membuka usaha rental buku dan komputer. Tak seperti persewaan buku terdahulu, di Visi Media tak melulu menyewakan buku ringan seperti novel atau komik. Buku-buku kelas berat bergenre politik, sastra, sosial
humaniora, agama, dan lain-lain tersedia lengkap di sini. Pengelola Visi Media rupanya sadar mahasiwa adalah pangsa pasar potensial, maka mereka menyediakan pula space untuk ngobrol ringan sampai dengan berdiskusi serius.Â
Sekarang mungkin ceritanya telah berbeda. Pesewaan buku tak lagi menjadi primadona. Meningkatnya minat baca masyarakat membuat toko buku pun bermunculan di berbagai kota. Sebut saja mulai dari toko buku harga pas hingga toko buku diskon seumur hidup meramaikan dunia literasi Indonesia. Buku semakin mudah dijangkau dengan harga yang dapat disesuaikan dengan isi kantong tiap individu. Pembaca pun sering dimanjakan dengan berbagai program menarik dari toko buku, mulai dari book sale, cuci gudang akhir tahun, dan bursa buku yang menawarkan harga mulai dari Rp 5.000,00.Â
Gramedia Book Sale (koleksi pribadi)
Tak hanya toko buku yang berlomba menarik minat pembaca, perpustakaan juga mulai berdandan cantik siap menyambut pengunjung dengan tawaran koleksinya yang memukau. Perpustakaan sekolah tak lagi menawarkan buku usang berdebu, namun juga koleksi terbaru yang
up to date pun tersedia melimpah. Fasilitas meminjam gratis tentu aja menarik hati para murid yang menggilai kegiatan membaca. Siapa coba yang tak tergoda menyusuri deretan rak buku dengan koleksi menawan dan gratis tersebut?
Koleksi Buku di Perpus Al Azhar Pusat
Perkembangan teknologi mau tak mau juga berdampak pada bisnis persewaan buku. Kemudahan mengakses e-book dan komik digital membuat para pembaca beralih kepada buku bacaan berbasis digital ini. Cukup bermodal laptop,
smartphone, dan sambungan internet yang lancar jaya, maka para pembaca siap dimanjakan dengan koleksinya yang mutakhir dan cukup legkap.Â
Sumber: www.insidebusinessnyc.com
Munculnya berbagai kafe buku yang menawarkan gaya hidup modern bagi pecinta buku semakin membuat pamor persewaan buku tradisional meredup. Berbagai fasilitas menarik dan berkelas seperti koleksi buku lokal dan impor dengan tempat sejuk berpendingin ruangan plus
free wifi merupakan godaan yang tak mudah ditampik oleh para pencinta buku dan pencinta kongkow-kongkow.Â
Mungkin memang sudah saatnya senjakala bagi persewaan buku. Ketika saya mencoba menelusuri lagi persewaan buku yang sering saya kunjungi tersebut, hampir semuanya sudah tutup. Tempat usahanya telah terganti dengan usaha lain yang lebih menjanjikan. Kadang ada kerinduan untuk mengubek-ubek rak demi rak demi mendapatkan koleksi terbaru yang belum dibaca. Ada pula kerinduan mendengar sapaan sang penjaga persewaan buku yang mengabarkan koleksi terbaru telah datang. Pun kerinduan hati untuk berdiskusi dengan sesama pengunjung persewaan buku ada kalanya muncul di sudut hati.Â
Akankah persewaan buku berjaya lagi?
Lihat Humaniora Selengkapnya