Mohon tunggu...
Evy Sofia
Evy Sofia Mohon Tunggu... -

seorang manusia biasa yang masih butuh banyak belajar dan ingin dapat berbagi ilmu bagi sesama... \r\n

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Deretan Kompasianer Cilik Ini Merajut Mimpi Sebagai Penulis Besar

20 Mei 2016   14:57 Diperbarui: 25 Mei 2016   20:39 588
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Walupun tulisannya belum pernah mendapat predikat headline, namun bagi Fandy berkarya secara konsisten itulah yang terpenting. Terus mengasah diri hingga impian ada dalam genggaman menjadi pendorongnya untuk tetap menulis dan menulis.

3. Fatimah Chulia

Memiliki hobi membaca buku filsafat, remaja 13 tahun ini rupanya merasa tertantang ketika melihat satu per satu kawannya mulai menghasilkan karya. Berbekal keinginan mendokumentasikan pertemuannya dengan sang idola, Najwa Shihab, Chulia pun menuliskannya dalam sebuah artikel berjudul Benteng Vastenburg, I'm in Love. 

Gaya menulis model bercerita rupanya sangat menarik perhatiannya. Hal ini tak lepas dari perannya dalam tim buletin sekolah sebagai pengelola rubrik reportase. Meskipun demikian Chulia bertekad untuk dapat meningkatkan kemampuannya dalam menulis sehingga akan lahir karya demi karya dengan aneka rasa yang berbeda.

4. Audrey Syifa

Sejak awal Syifa sangat menggemari dunia fiksi. Hal ini dapat dilihat dari rekam jejaknya yang sering mewakili sekolah dalam berbagai perlombaan menulis cerpen baik di tingkat kabupaten maupun saat mengikuti Unjuk Kreasi Al Azhar antar murid SMPI Al Azhar se-Indonesia di Summarecon beberapa waktu yang lalu. 

Prestasi demi prestasi berhasil diraihnya dalam ajang lomba menulis cerpen. Hal inilah yang membuat remaja 14 tahun ini begitu getol menggeluti dunia cerita. Meskipun demikian Syifa tak membatasi kemampuannya, terbukti sebuah puisi cantik yang bercerita tentang impiannya untuk membuat sebuah buku sastra sebelum usia 25 pun terpajang sebagai salah satu karyanya.

Jika menyimak kiprah murid dalam menulis, rasa bangga selalu terukir di benak saya. Meskipun demikian perjuangan belum usai. Konsistensi saya dan mereka dalam berkarya menjadi tantangan tersendiri. Tidak mudah, namun juga bukan mustahil untuk mewujudkan mimpi menjadi nyata. Mungkin bukan sekarang, tapi suatu hari saya yakin akan melihat nama mereka terukir indah dalam sejarah. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun