[caption caption="Dokumen Pribadi"][/caption]
Hampir setiap manusia memiliki impian yang ingin diwujudkannya. Bisa jadi impian itu berupa kemajuan dalam karirnya, kemajuan dalam bisnisnya, perjalanan keliling dunia, atau pengembangan dirinya. Saya pun memiliki banyak impian. Salah satu impian terbesar saya adalah melihat anak-anak Indonesia gemar membaca dan menuliskan karya (lihat: http://www.kompasiana.com/evysofia/cukup-satu-buku-untuk-jatuh-cinta_5729bdb7a123bd6e07813b9b).
Di saat memiliki impian, hampir semua manusia mendambakan impiannya terwujud. Bermacam-macam cara dilakukan oleh sang pemimpi. Ada yang mengupayakannya lewat usaha keras tak kenal lelah, ada yang berusaha sekedarnya saja karena beranggapan semua akan indah pada waktunya, bahkan ada yang tidak melakukan apapun sambil terus berharap impiannya akan menjelma nyata.
Upaya mewujudkan impian sebenarnya sudah terjadi sejak dalam pikiran manusia. Pikiran kita memiliki kekuatan besar yang sering tidak disadari. Saking besarnya kekuatan pikiran, Rhonda Byrne pernah menyatakan bahwa hidup ini merupakan cerminan dari hal yang manusia yakini di dalam pikirannya. Segala sesuatu yang diyakini dalam pikiran akan berada di bawah kendali manusia tersebut.
Bila manusia berpikiran positif, maka pikiran akan meneruskannya dengan cara membawa hal-hal yang positif ke dalam kehidupan. Demikian pula sebaliknya, bila manusia lebih berfokus pada hal-hal yang negatif, maka keadaan atau kejadian yang tidak baik pun muncul dalam kehidupannya.
Visualisasi
Dalam kaitannya dengan impian, manusia dapat memanfaatkan kekuatan pikiran untuk membantu mewujudkannya, misalnya ketika bermimpi tentang kemenangan dalam sebuah kejuaraan, seseorang dapat berusaha berfokus pada kemenangan tersebut.Â
Hadirkan indahnya perasaan menjadi pemenang. Bayangkan betapa membanggakannya saat nama dipanggil ke panggung untuk menerima trophy. Rasakan betapa riuhnya suara tepuk tangan yang mengelu-elukan nama sang pemenang. Gambarkan wajah orang-orang tersayang yang memandang dengan tatapan bangga. Teknik menggambarkan kejadian yang menyenangkan sebagai motivasi untuk meraih impian ini disebut dengan visualisasi.
Orang dapat menggunakan teknik visualisasi dalam perjalanannya meraih impian. Seorang atlet olimpiade yang berlaga di cabang atletik dapat membayangkan betapa menyenangkannya andai dia mampu menyentuh garis finish di tempat pertama. Seorang murid yang berkeinginan membanggakan kedua orang tua dapat memvisualisasikan sejelas mungkin betapa terharu ayah ibunya kala dia menerima anugerah sebagai peraih nilai UN tertinggi.Â
Memahami besarnya manfaat visualisasi ini bagi pencapaian impian, saya barangkali adalah salah satu orang yang secara konsisten menggunakan teknik ini. Saya mencoba untuk fokus pada apa yang ingin saya capai. Sambil melakukan upaya untuk mencapainya, saat kondisi tenang -misalnya di malam hari sebelum tidur- saya melatih kemampuan visualisasi ini.
Berikut ini adalah beberapa impian yang berhasil saya raih dengan bantuan visualisasi:
1. Juara Lomba Karya Tulis Ilmiah Guru Tahun 2008
Sebagai seorang guru, saya tentu ingin terus mengasah kemampuan diri dalam kaitannya dengan pekerjaan saya. Salah satu hal yang ingin saya kembangkan adalah kemampuan dalam menulis karya ilmiah sebagai hasil dari inovasi metode pembelajaran yang saya lakukan. Saya pun mulai melakukan brainstorming berbagai metode yang menyenangkan untuk murid-murid saya. Akhirnya saya menemukan Total Physical Response sebagai metode pembelajaran yang menyenangkan untuk mempelajari Bahasa Inggris bagi anak usia pra-sekolah.Â
Setelah beberapa bulan melakukan riset dan mendapatkan hasil yang menggembirakan, saya pun memberanikan diri mengikutkan inovasi pembelajaran yang saya lakukan ini ke dalam suatu lomba karya ilmiah guru. Awalnya saya mengikuti lomba ini dari tingkat Kota Solo terlebih dahulu. Alhamdulillah, di level kota saya berhasil menyabet juara 1 yang artinya saya harus mewakili Solo untuk berlaga di tingkat Provinsi Jawa Tengah.Â
Jujur saja, saat itu saya merasa sedikit nervous melihat kompetitor yang datang dari berbagai kota dan kabupaten se-Jawa Tengah. Pembawaan mereka sangat meyakinkan pertanda ini bukanlah ajang yang pertama kali diikuti. Sementara bagi saya ini adalah pengalaman pertama. Saat itu sempat terbersit dalam pikiran saya, begini to rasanya menjadi tim underdog?
Baiklah, saya tidak mau larut dalam perasaan negatif. Segera saya tepis jauh-jauh hal itu dari pikiran saya. Saya sudah berikhtiar dan berdoa. Kini saatnya berjuang untuk membalikkan anggapan kalau seorang pemula tidak mampu melakukan hal yang terbaik. Seorang pemula pun dapat menjadi kuda hitam, kan? Itu yang saya tanamkan secara konsisten dalam pikiran saya selama 3 hari saya berada di LPMP Jawa Tengah, tempat berlangsungnya lomba.
Sejak acara pembukaan lomba yang penuh dengan seremoni kedinasan itu, saya selalu memilih tempat duduk di dekat deretan piala yang menjulang tinggi dengan gagahnya. Saya senang sekali memandangi piala itu berlama-lama sambil mengatakan pada diri sendiri salah satu dari piala itu akan saya bawa pulang ke Solo. Tak lupa saya juga membayangkan bagaimana cara saya berjalan ke panggung untuk menerima piala yang besar itu, bagaimana rasa memeluknya, bagaimana senyum terbaik saya harus tersungging saat kamera menjepret momen manis itu. Â
Indahnya membayangkan saat-saat kemenangan itu membuat saya semakin rajin berlatih mempresentasikan hasil penelitian saat menunggu giliran maju. Saya bayangkan pertanyaan apa saja yang akan ditanyakan juri. Saya bayangkan saya mampu menjawab semua pertanyaan dengan percaya diri dan sang juri pun manggut-manggut puas mendengar jawaban saya.Â
Benar saja ketika mendapat giliran tampil saya dapat mengendalikan diri dengan baik. Presentasi berjalan natural tanpa grogi walau ketiga juri dan puluhan audience yang terdiri dari sesama peserta lomba menyaksikan semua prosesnya dari awal hingga akhir. Berbagai pertanyaan yang dilontarkan pun berhasil saya jawab dengan sangat baik. Lega rasanya....
[caption caption="Dokumen Pribadi"]
Ketika hari pengumuman pemenang tiba, mau tak mau rasa deg-degan juga saya alami. Meskipun demikian saya masih yakin salah satu piala tersebut akan saya boyong ke Solo. Alhamdulillah, seperti yang sudah saya pikirkan akhirnya nama saya pun dipanggil sebagai salah satu pemenang yang berhasil menyabet gelar juara 2 dan mengangkat piala tinggi menjulang tersebut plus uang tunai sebanyak 6,5 juta rupiah.Â
2. Bertemu Pak Anies Baswedan
Saya barangkali adalah salah satu orang yang mengidolakan bapak mendikbud republik tercinta ini. Kekaguman ini sebenarnya sudah sejak lama saya rasakan, tepatnya sejak saya kuliah di UGM. Meskipun kampus Pak Anies di fakultas ekonomi bersebelahan dengan kampus saya di fakultas psikologi, tapi entah mengapa saya tidak pernah bertemu dengan beliau saat itu. Mungkin karena kami berbeda tahun angkatan yang lumayan jauh sehingga jarang ada kesempatan untuk terlibat dalam satu kegiatan bersama.
Impian untuk bertemu beliau tak pernah terhapus walau tahun demi tahun berlalu, apalagi setelah saya membaca buku biografi dan mengetahui kontribusi besar beliau dalam dunia pendidikan. Wah, keinginan untuk bertemu semakin menggebu-gebu.Â
Tiap kali ada event lomba yang diselenggarakan Kemdikbud, saya selalu bersemangat mengikutinya. Selain berharap menjadi pemenang, harapan untuk bertemu beliau adalah yang terpenting. Lebih senangnya lagi, murid-murid saya pun sangat bersemangat untuk dapat berjumpa dengan beliau.Â
Jadilah kami bersama-sama mewujudkan impian ini dengan gembira. Sayang sekali pada event Lomba Karya Jurnaslistik Siswa (LKJS) tahun 2015 lalu karya jurnalistik buatan mereka belum berhasil menembus babak final sehingga keinginan tersebut tertunda sejenak. Di tahun 2016 ini kembali saya membimbing murid dan berupaya mengikuti LKJS lagi. Kali ini kami belajar banyak dari kekurangan karya yang lalu. Kami perbaiki segala hal yang belum sempurna. Kami berdiskusi memilih tema buletin yang menarik. Demikian pula dengan rubrik-rubrik di dalamnya.
Sambil mengerjakan dua buah buletin yang akan diikutkan dalam lomba, seringkali kami memvisualisasikan momen kemenangan dengan bahagia. Kami menggambarkannya senyata mungkin bagaimana rasanya  jika karya kami memenangkan LKJS 2016. Pasti gembira, pasti bersyukur, pasti letih payah terbayar, pasti jatuh bangun saat lembur terbayar lunas, pasti sekolah kami langsung jadi hits, hehehe....
[caption caption="Bertemu Pak Anies Baswedan (dokumen pribadi)"]
Saya dan murid-murid saya boleh berencana. Kami boleh memvisualisasikannya dengan menggebu-gebu tapi rencana Allah selalu lebih indah. Tanpa harus menunggu momen final LKJS 2016 (yang masih dan akan selalu kami gambarkan kamilah pemenang yang akan menerima medali dari beliau), kesempatan bertemu Pak Anies Baswedan pun datang lebih cepat. Hal ini terjadi ketika beliau hadir di acara talkshow pendidikan di Solo Book Fair 2016 tanggal 3 Mei 2016 lalu.
Betapa gembiranya saya karena akhirnya dapat bertemu langsung dengan beliau, dapat melihat dari dekat, dapat berdialog langsung, dapat berjabat tangan, dan dapat berfoto bersama. Saya pun semakin senang karena banyak sekali mendapat motivasi dari beliau terkait dengan kebiasaan membaca. Rasanya inilah amunisi yang sangat saya perlukan untuk mewujudkan impian saya melihat anak-anak Indonesia menjadi orang yang menggemari kegiatan membaca dan menjadikan hal itu sebagai kebutuhan penting.
Di akhir  tulisan  saya ingin selalu mengingatkan terutama bagi  diri sendiri agar berani bermimpi dan berani pula memperjuangkannya.
Demikian pula untukmu, kawan. Jangan berhenti bermimpi.Biarlah langit tinggi yang menjadi batas impian itu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H