[caption id="attachment_366050" align="aligncenter" width="300" caption="Sang Penyiar (Foto Koleksi Pribadi)"][/caption]
Membayangkan sosok perempuan yang menjalankan tiga profesi berbeda di satu waktu rasanya seperti membayangkan sebuah kemustahilan, namun bagi Wahyu Ika Wibowo hal itu adalah sesuatu yang sangat mungkin dilakukan dengan sama baiknya. Ya, bila kita bertanya soal pekerjaannya pada sosok perempuan mungil yang biasa dipanggil Wahyu ini, bisa jadi dia akan menjawab dirinya seorang guru, seorang penyiar, atau seorang pebisnis. Perempuan asli Sragen ini memang menjalani multi profesi. Hebatnya lagi ketiganya dapat bersinergi dengan indah.
Sebagai seorang guru saat ini Wahyu tercatat sebagai guru Bahasa Inggris di SD Islam Al Azhar 28 Solo Baru. Lulusan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) Jurusan Bahasa Inggris ini menekuni profesi sebagai guru mulai dari tahun 2011. Menjadi guru bagi Wahyu adalah suatu hal yang menyenangkan. "Senangnya itu saya bisa berbagi ilmu dengan anak-anak. Melihat mereka belajar dengan antusisas membuat semangat saya menyala. Kegembiraan mereka saat belajar di kelas merupakan kegembiraan juga bagi seorang guru. Melihat murid sukses juga menjadi tanda kesuksesan seorang guru," tutur anak kedua dari empat bersaudara ini.
Kegembiraan yang Wahyu rasakan dalam menjalani tugas sebagai guru nyatanya memiliki dampak yang positif bagi murid. Beberapa kali perempuan kelahiran 13 Maret 1986 ini berhasil membimbing murid-muridnya untuk menjadi juara saat mengikuti berbagai perlombaan baik dari tingkat kecamatan hingga nasional. "Kalau untuk level kecamatan atau kabupaten sudah pasti mendapatkan juara. Untuk yang level nasional saya pernah membimbing murid dalam ajang Lomba Pildacil OLKA 2011. Alhamdulillah saat itu Fairuza Bilqis mendapatkan juara 2," kisahnya. OLKA adalah ajang lomba tahunan berupa olimpiade sains dan lomba kreativitas antar murid SD Islam Al Azhar se-Indonesia.
[caption id="attachment_366051" align="aligncenter" width="300" caption="Mengantar Murid Field Trip (Foto Koleksi Pribadi)"]
Kesuksesan Wahyu dalam melatih lomba yang bersifat performance memang tidak terlepas dari latar belakangnya sebagai penyiar radio. Sejak masih kuliah di semester 3, perempuan mungil ini terpilih untuk menjadi penyiar di RRI Surakarta untuk program Universitaria. Bersama beberapa rekan dari berbagai universitas di Kota Solo dan sekitarnya, melalui seleksi yang ketat Wahyu berhasil meletakkan jejak awalnya sebagai penyiar selama dua tahun. Pengalaman mengisi program Universitaria ini membuka wawasan Wahyu karena di sini dia belajar banyak hal tentang dunia broadcasting. Program Universitaria ini pula lah yang membuat Wahyu jatuh cinta pada dunia kepenyiaran.
Rasa cinta itu lah yang membuat Wahyu semakin percaya diri untuk menekuni profesi sebagai penyiar radio. Lepas dari RRI, sejak tahun 2007-2011 Wahyu bekerja di MQ FM yang merupakan radio waralaba milik dai kondang Aa Gym. Di MQ FM, yang kemudian hari berubah nama menjadi MH FM, Wahyu menggeluti dunia broadcasting secara lebih profesional. Jam kerja yang lebih banyak dan kesempatan untuk menjadi penyiar, penulis script, dan reporter sekaligus membuat Wahyu lebih berkembang. Kesempatan mewawancarai tokoh nasional seperti menteri agama, pejabat daerah, dan para politikus semakin membuka cakrawala Wahyu yang di kemudian hari mempengaruhi keputusannya berkarir di dunia broadcasting.
Setelah melanglang buana di dunia radio, Wahyu memantapkan diri untuk bekerja di sebuah stasiun radio yang sejak lama dia idam-idamkan. Keinginan Wahyu untuk berkarir di radio berita terkabul karena sejak tahun 2012 sampai sekarang dia bekerja di SOLOPOS FM yang merupakan satu-satunya radio berita di Kota Solo dan sekitarnya. “Bekerja di SOLOPOS FM adalah sesuatu hal yang saya targetkan sejak dulu. Saya suka berkarir di sini karena pengelolaannya profesional dan concern ke radio berita yang selalu menyampaikan info aktual dan faktual,” paparnya. Di SOLOPOS FM Wahyu dikenal dengan nama siar Ika Wibowo. “ Di radio ini semua penyiar harus menggunakan nama asli karena radio ini adalah radio berita. Artinya dalam bekerja semua penyiar bertanggung jawab terhadap isi materi yang disampaikannya kepada pendengar. Semua penyiar dituntut profesional untukmenyampaikan berita yang benar.”
[caption id="attachment_366047" align="aligncenter" width="300" caption="Menikmati Menimba Ilmu dari Narasumber (Foto Koleksi Pribadi)"]
Bekerja di radio berita memungkinkan Wahyu memiliki banyak kesempatan untuk bertemu banyak tokoh dari berbagai kalangan, seperti pejabat, menteri, artis, pengusaha, dan politikus. “Saya senang bertemu dengan banyak tokoh di bilik siaran. Mendengarkan paparan mereka membuat wawasan saya bertambah luas setiap harinya.” Rasa senang Wahyu semakin bertambah karena sejak awal bekerja di SOLOPOS FM dia diberikan kepercayaan untuk mengampu program Inspirasi Bisnis yang menghadirkan narasumber pengusaha yang bergelut di berbagai bidang. “Program Inspirasi Bisnis ini tempat saya ngangsu kawruh dari para pelaku bisnis. Tak hanya belajar dari mereka, saya pun mendapatkan banyak link baru yang di kemudian hari berguna sekali untuk mengembangkan bisnis fashion saya.”
[caption id="attachment_366048" align="aligncenter" width="300" caption="Mewawancarai Pelaku Bisnis Fashion (Foto Koleksi Pribadi)"]
Perempuan multi talenta ini memang tak bisa menyembunyikan lagi naluri bisnis yang dimilikinya. Dibesarkan dari keluarga pebisnis membuat Wahyu pun tertantang untuk mencoba mengembangkan jiwa kewirausahaannya. Di bawah bandrol Kadho Ethnic, Wahyu mengembangkan produk fashion tradisional yang unik seperti batik, rajut, tenun, songket, lurik, dan jumputan.“Di antara berbagai bidang yang saya tekuni, bisnis ini merupakan hal yang paling menantang karena apabila saya tidak berkarya dan berinovasi, maka saya tidak akan mendapatkan apa-apa.” Di bisnis fashion ini pula Wahyu belajar menghargai banyak hal seperti uang, tenaga, waktu, dan terutama inovasi karya. “Saya sangat menghargai inovasi karya karena saya pun selalu berinovasi di bisnis ini. Saya menciptakan sesuatu yang baru yang memiliki nilai tersendiri yang tidak dimiliki oleh orang lain,” ulasnya. Lebih lanjut Wahyu menambahkan bahwa dia berkutat secara penuh di bisnis fashionya, mulai dari mendesain sendiri produk sendiri, mencari penjahit sendiri, memproduksi sendiri, dan memasarkannya sendiri. “Semua saya kerjakan sendiri bersama pegawai saya. Kadho Ethnic bukan bisnis reseller. Itulah yang membuat saya selalu tertantang untuk berinovasi lagi dan lagi.”
[caption id="attachment_366049" align="aligncenter" width="300" caption="Mendesain Sendiri Busana Etnik (FotoKoleksi Pribadi)"]
Kesuksesan Wahyu tak bisa dilepaskan dari sifatnya yang gigih dan pantang menyerah. “Jika kita ingin lebih sukses dari orang lain, maka kita harus bekerja lebih keras dan lebih cerdas daripada mereka. Bila kita hanya bekerja biasa-biasa saja, bagaimana bisa kita mengharapkan hal yang luar biasa terjadi?” Kini Wahyu bisa tersenyum menikmati hasil kerja kerasnya. Kadho Ethnic mulai dikenal banyak kalangan. Pembeli dari dalam negeri sudah tak terhitung banyaknya. Tak puas hanya menggarap pasar dalam negeri, Wahyu pun mulai mengembangkan kepakan sayap bisnis baju etniknya ke luar negeri karena ternyata produk fashion miliknya pun disukai oleh orang asing. “Alhamdulillah, saya bersyukur banyak kalangan menyukai produk saya. Ini yang membuat saya semakin bersemangat.”
Tak hanya mendatangkan pundi-pundi rupiah, Wahyu merasa bangga dapat memberikan kontribusi berupa lapangan pekerjaan pada beberapa pegawainya. “Walaupun kecil namun saya senang dapat memberikan kontribusi pada orang lain. Tak hanya rejeki, namun ada juga ilmu yang bisa mereka dapatkan dalam bisnis ini.”
Menjalani tiga profesi sekaligus nyatanya tidak membuat Wahyu kelabakan mengatur waktu. “Semua ada proporsinya. Jam 07.00 - 14.00 saya mengajar, jam15.00 – 17.00 saya siaran, jam 21.00 – 24.00 saya menyibukkan diri dengan urusan bisnis.” Bagi perempuan pekerja keras ini, rasa capeknya akan terbayar lunas dengan rasa bahagia karena tiap pekerjaan yang dia tekuni memberikan manfaat bagi orang lain.”Bagi sayahidup akan makin berkah apabila kita bermanfaat bagi orang lain. Kepuasan hidup saya adalah ketika orang lain merasa tercukupi dengan keberadaan saya yaitu ketika saya mendatangkan manfaat bagi mereka.”
Wahyu memang pantas berbahagia karena tujuan hidupnya untuk memberikan manfaat bagi orang lain berhasil dia raih. Rasa bahagia ini pula lah yang semakin memancarkan kecantikan Wahyu. “Perempuan tampil cantik itu perlu, namun bukan itu sejatinya definisi cantik yang sebenarnya. Perempuan akan nampak cantik bila dia memiliki kepribadian yang baik. Kepribadian yang baik ini akan membuat seseorang dihormati, dirindukan, dinantikan, dan dibanggakan. Itulah citra cantik perempuan Indonesia yang sesungguhnya.” Lebih lanjut Wahyu menambahkan, “Perempuan seharusnya percaya diri untuk menjadi dirinya sendiri. Berhenti lah meniru orang lain. Menjadi diri sendiri itu membanggakan karena pasti ada sesuatu dari dalam diri kita yang tidak dimiliki orang lain. Sesuatu yang unik itu cantik.”
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H