Dirumah Via
"Bagaimana bapak Setyanyo, selaku wali nikah" Tanya seorang lelaki yang berasal dari dusun Gading. "Aku akan melaksanakan kewajibanku terhadap anakku" Jawab bapak Setyanto. Semua orang disana tersenyum. Â Para laki-laki yang datang dari dusun Gading melihat dengan seksama kebaikan dari bapak Setyanto dan jamuan yang dihidangkan oleh bu Ernia dan keluarga. "Keluarga Via adalah keluarga yang sangat baik" Bisik seorang warga gading pada temannya.Â
............
Hari pernikahan Via dan Azam pun di gelar dengan sangat sederhana. Ibu Azam menangis histeris melihat pernikahan anaknya yang dulu dibayangkan akan sangat meriah. Namun karena musibah virus negara yang sudah merajalela, membuat pernikahan Azam dan Via dilaksanakan dengan diam-diam, tidak boleh ada keramaian dan harus menggunakan masker. Sepi, seperti tidak ada pernikahan. Ibu Azam sangat menyayangkan hal itu.Â
Bagaimana mungkin anak Azam, anak laki-laki ku satu-satunya menikah dengan situasi seperti ini. Begitupun dengan Via, ia hanya diam seribu bahasa. Berbeda dengan Azam, bibir merahnya senyum merekah, karena sebentar lagi wanita yang ia cintai akan menjadi miliknya. Gemetar namun Azam coba menenangkan dirinya.Â
.............
Bapak Setyanto maju beberapa langkah lalu duduk di depan azam, begitupun dengan Azam. Azam menghadap bapak setyanto lalu bersalaman.
"Saya Terima Nikahnya Viana Saleha binti Setyanto dengan maskawin tersebut dibayar tunai"
"Sah"
."Saaaaah"
Alhamdulillah..............