Mohon tunggu...
Evy Fitria
Evy Fitria Mohon Tunggu... Guru - Pelajar

Hobi saya membaca dan belajar. Ingin terus belajar hingga akhir hayat. S1 di Universitas Mataram, S2 di Universitas Pendidikan Ganesha. Doakan saya untuk lanjut S3. Mengajar adalah profesi saya dan sebagai ladang pahala buat orangtua saya.

Selanjutnya

Tutup

Roman

Kehidupan Setelah Menikah (Part 3)

21 Juli 2024   07:55 Diperbarui: 21 Juli 2024   07:59 49
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Roman. Sumber ilustrasi: pixabay.com/qrzt

............

Jam sudah menunjukkan pukul 8 pagi, mobil berwarna silver datang tepat di depan rumah Nida. "Silahkan naik ke atas mobil nak" Pinta seorang lelaki yang usianya tidak jauh berbeda dari usia orangtua Azam. Beliau adalah Ayahnya Nida. Ayah Nida begitu baik padanya, sejak kedatanganya tadi malam, Ayah Nida tak henti henti nya bercerita lucu untuknya. Hal itu ia lakukan untuk mengurangi ketegangan Via.  

Via duduk di depan dekat sopir, sedangkan Azam duduk di kursi belakang mobil bersama dengan ..... "Sejak kapan mereka di mobil" Gumam Via dalam hati, sembari melihat calon ibu dan bapak mertua nya duduk di kursi mobil paling belakang. 

 Perjalanan menuju rumah Azam.............

Kurang dari 20 menit, mobil berhenti di sebuah jalan yang terasa tidak asing bagi Via. Konon katanya kehidupan yang akan kita jalani di dunia sudah diperlihatkan semuanya ketika masih menjadi janin di dalam rahim. 

"Paman azam sudah datang, paman azam datang membawa pengantin" teriak beberapa bocah yang umurnya sekitar 7-10 tahun. "Yeeeee, paman sudah datang" Via seperti kebingungan melihat banyaknya warga yang sudah menungggu kedatangannya. "Kenapa mereka se antusias ini?" tanyanya dalam hati. Sampai tidak dirasakan, tangan mungil dan gemuk meraih tangan Via "Nak, ayo ibu temani" Sapa seorang wanita tua. 

"Aku mau dibawa kemana, mereka semua kenapa begitu bahagia?" Pernyataan yang sudah menumpuk dipikiran Via. Ia layak ikan cupang yang kelihatan bingung dengan pikiran tak menentu. "Nak, itu rumah Azam" Ucap Ibu Azam sembari menunjukan rumah yang belum jadi, temboknya masih belum dipoles sempurna. "Mari lewat sini saja" Ucap Ibu Azam sambil mengajak Via ke dalam rumahnya.

Rumah yang sangat luas namun terlihat berantakan, tidak higienis. Sangat jauh berbeda dengan rumah Via. Ibu Ernia yang dikenal pembersih itu memang tidak ada dua nya. Keramik putih yang menjadi lantai rumah Via sangat kinclong, tidak ada debu sedikitpun, "Sangat berbeda dengan rumah ini" Gumam Via dalam hati. 

Wajar saja, mungkin karena Azam adalah anak terakhir dari tiga bersaudara, satu-satunya cowok dan memiliki orangtua yang sudah menua. Mungkin orangtua Azam tidak sempat membersihkan rumahnya, ditambah ketika pandangan Via menuju ruang jahit. "Ternyata orangtua Azam adalah penjahit" Gumam Via dalam hati. 

"Mungkin orangtua nya sibuk bekerja jadi tidak ada waktu untuk membersihkan rumah seluas ini". Pikirnya. Ibu Suriyanti juga menunjukkan kamar azam, dan ruang kamar lainnya. "Nanti malam, nak Via tidur disini saja, kamar nak Azam, nanti nak Azam tidur di kamar sebelah" Ucap ibu Suriyanti halus. 

Via hanya terdiam seribu bahasa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Roman Selengkapnya
Lihat Roman Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun