Mohon tunggu...
Evy Fitria
Evy Fitria Mohon Tunggu... Guru - Pelajar

Hobi saya membaca dan belajar. Ingin terus belajar hingga akhir hayat. S1 di Universitas Mataram, S2 di Universitas Pendidikan Ganesha. Doakan saya untuk lanjut S3. Mengajar adalah profesi saya dan sebagai ladang pahala buat orangtua saya.

Selanjutnya

Tutup

Roman

Kehidupan setelah Menikah (Part 2)

17 Juli 2024   11:58 Diperbarui: 26 Juli 2024   06:19 86
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Roman. Sumber ilustrasi: pixabay.com/qrzt

Di tengah perjalanan...............

"Via, kita mampir sebentar di toko depan masjid Kopang ya?" tanya sosok lelaki yang sedang memboceng Via. Via tidak menyahut sedikitpun. Entah apa yang dipikirkan gadis tersebut.  "Via,,, Via....." panggilnya sekali lagi. Sontak saja Via terbangun dalam lamunannya. "Eh, kenapa?" 

 "Kita mampir bentar ya, kita beli kaos kaki buat kamu supaya tidak kedinginan" gerutu azam. Saking sedihnya kehidupan yang dirasakan, Via lupa memakai kaos kaki, padahal menggunakan kaos kaki adalah salah satu  hal yang sangat wajib bagi Via jika akan pergi keluar rumah.

Warga di desa Aguban sangat mengenal sosok wanita yang bernama Via. Gadis pendiam, rajin ke masjid, suara indah ketika mengaji, selalu juara 1 di kelas, menjaga aurat dan sangat jarang keluar rumah. Namun apa yang sudah dilakukannya malam ini, Via pergi keluar rumah, malam yang sangat sepi, dibonceng oloh sosok lelaki yang sudah dikenalnya selama 6 tahun belakangan ini. 

 "Terimakasih kak Azam" Sahut Via.

Setelah Tiba di toko, Via mengambil kaos kaki yang pas di kaki kecilnya itu. Disamping itu, azam mengambil sabun, shampoo, sikat gigi, pasta gigi dan alat mandi lainnya. Azam lansung mengeluarkan beberapa lembar uang dan membayar barang belanjaannya di kasir "Via sudah?" tanya lelaki itu. "Iya..." Lirih Via sambil menggunakan kaos kaki yang baru saja di bayar oleh azam. "Baik kita lanjut perjalanan kita ya?" ucap lelaki itu. "Memangnya masih jauh?" Tanya Via. "Lumayan, tinggal beberapa menit sampai kok" gerutu Azam.

......

Suara ponsel ibu Ernia berdering keras, sudah 4 kali ponsel itu berdering namun ibu Ernia masih saja disibukkan dengan tamunya. Jam sudah menunjukkan pukul 20.30 pm, tamu ibu Ernia sudah pulang. "Pak, siapa sih yang nelpon terus dari tadi" gerutu ibu Ernia kesal sambil mengambil handphone yang sedang di cas dt atas meja beton tersebut. "Tidak ada namanya, cuma nomor handphone saja, aku akan coba menghubungi nya sekali, siapa tau ini dari pamannya Via yang katanya minggu ini akan tiba di bandara" gumamnya dalam hati. 

Panggilan terhubung

"Assalamualaikum, maaf ini siapa ya..?" lirih bu Ernia. "Tante ini aku, Atun. Teman sekelasnya Via dulu waktu SMA". Ibu Ernia mulai mengingat dan membayangkan teman-temannya Via yang sering datang ke rumahnya waktu SMA. "Atun, Atun mana ya.." gumam bu Ernia dalah hati. Tanpa berpikir panjang "Ada apa ya nak,,, kenapa nelpon malam-malam?" tanya ibu Ernia. "Ibu Via mana, apakah tidak ada di rumah?" tanya Atun yang mengaku sebagai teman Via. "Via tadi ke rumah neneknya, ada apa ya nak?" tanya bu Ernia heran. Tidak biasanya teman Via menelpon ke nomor telpon ibu atau bapaknya Via. "Kalau cari Via kenapa tidak telpon ke nomor Via saja" Gumam ibu Ernia dalam hati. "Ibu, cobak cari Via, jangan-jangan Via sudah meninggalkan ibu, jangan-jangan Via menikah lari bu..!" gerutu Atun sambil ketawa sinis. 

Deg............. 

Jantung ibu Ernia mulai berdetak kencang "Nggak mungkin, Nggak mungkin anak saya pergi begitu saja, dia sangat ter obsesi dengan dunia pendidikan, anak saya gak mungkin menikah secepat ini" gumam bu Ernia dalam hati.

Setelah mematikan panggilan telpon, bu Ernia segera pergi ke rumah nenek Nur bersama 2 anaknya yang lain. Adik-Adik Via masih sangat kecil, mereka belum memahami apa yang sudah terjadi. 

..........

"Ibu........" Panggil ibu ernia pada ibu mertua itu.
Tidak ada sahutan sedikitpun.  Ibu Ernia mencoba membuka pintu rumah nenek Nur, namun ia tidak menemukan nenek Nur disana. "Kemungkinan nenek dimasjid bu" Ucap Nisa, salah satu adik perempuan Via. Mereka bertiga berjalan menuju masjid, belum 2 menit mereka tiba di masjid dan menemukan nenek Nur baru saja selesai sholat isya. 

"Ibu, Via kemana?" tanya ibu Ernia. "Mana ibu tau, memangnya dia nggak ada di rumah?" Ucap nenek Nur dengan wajah culas. "Ndak ada bu, teman Via tadi nelpon, Via  pergi jauh di bawa oleh laki laki yang bernama azam, mereka akan menikah" Ucap ibu Ernia dengan gugup. 

"Tidak, tidak mungkin, Via tidak mungkin pergi menikah secepat ini!" Ucap nenek itu dengan penuh dusta, sambil mngeluarkan air mata kesedihan, menangis sejadi-jadinya.

........

Di belahan bumi lainnya.... Via dan azam sudah sampai di salah satu gubuk padat dimana pemukimnya sangat ramai dan rumah-rumah penduduk yang saling berdekatan.

"Kita sudah sampai, ayo masuk!" Ucap lelaki itu pada Via. "Ini rumah siapa? apakah ini rumah kak Azam?" Tanya Via dalam hati.  

Bersambung....

Terimakasih sudah membaca novel roman part 2 ini. Saya sholat dzuhur dulu ya....

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Roman Selengkapnya
Lihat Roman Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun