Mohon tunggu...
Evrina Budiastuti
Evrina Budiastuti Mohon Tunggu... pegawai negeri -

Agriculture Extension Officer, Blogger, Visit my site: https://evrinasp.com

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Beras Pecah Kulit Lebih Baik dari Beras Biasa

5 Desember 2017   19:27 Diperbarui: 10 Agustus 2019   13:48 12685
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Beras PK yang dikemas dengan vakum
Beras PK yang dikemas dengan vakum
Ibu Elis Septianingrum menjelaskan bahwa pengemasan beras PK cenderung menggunakan vakum untuk meminimalisir kontak antara udara (oksigen) dengan lemak yang ada pada beras PK. Hal tersebut dilakukan untuk mencegah terjadinya reaksi oksidasi yang dapat menghasilkan bau yang tidak dikehendaki.

Meskipun beras PK memerlukan perlakuan yang berbeda dari beras putih biasa, beberapa negara di luar negeri sudah sangat memperhatikan keberadaan beras PK ini untuk masyarakatnya. Prof Rindit Pambayun menyebutkan bahwa kesadaran akan mengkonsumsi beras PK di luar negeri sudah cukup tinggi. 

Hal tersebut berbanding terbalik dengan yang terjadi di Indonesia. Di luar negeri yang sadar akan kesehatan tidak akan membuat berasnya menjadi putih. Misalnya di Jepang yang mempertahankan kulit ari beras bahkan mencantumkan di dalam produknya dengan label: this rice is brown rice. Sementara di India sudah sangat sadar gizi, begitu padi dipanen langsung diberi perlakuan steam. Perlakuan tersebut membuat kulit ari beras menjadi lengket sehingga meminimalisir kehilangan saat proses penggilingan beras.


Di Indonesia kesadaran untuk mengkonsumsi beras PK sebenarnya dapat dibangun mengingat trend saat ini yang membiasakan pola hidup sehat dan back to nature.Hanya saja diperlukan sosialisasi dan pemberian informasi terkait manfaat beras PK ini karena belum semua masyarakat tau bahwa dari proses penggilingan padi dapat dihasilkan beras PK yang lebih bergizi. Sosialisasi dan pemberian informasi dapat dilakukan melalui media penyuluhan, iklan di media massa, maupun pameran yang melibatkan langsung masyarakat.

Ibu Elis Septianingrum menambahkan untuk mulai mengenalkan beras PK kepada masyarakat dapat dilakukan secara bertahap. Misalnya dengan mengurangi derajat sosoh saat menggiling beras dari 100% menjadi 46% dan 56% (penyosohan 1 kali). Cara tersebut sudah dilakukan pada beras merah PK yang membuat tekstur nasi beras merah PK lebih pulen atau disukai masyarakat namun dapat menekan kehilangan senyawa fenolik yang ada pada beras merah PK. 

Untuk itu sosialisasi juga perlu melibatkan produsen beras termasuk teknisi di penggilingan beras. Selain itu dari pihak peneliti padi sendiri, pemilihan ataupun perakitan varietas-varietas padi yang bertekstur pulen (dalam bentuk beras PK) juga penting untuk dipelajari dan dikembangkan lebih lanjut.

Dengan hadirnya beras PK di dalam pasaran tidak hanya membantu masyarakat dalam pemenuhan gizi, tetapi juga membantu orang-orang yang memang ingin mengkonsumsi nasi namun tidak dapat mengkonsumsinya karena suatu alasan seperti yang dialami oleh Bapak Arif. Dengan begitu, Bapak Arif tetap dapat mengkonsumsi nasi dari beras PK dengan porsi yang ditentukan sesuai dengan arahan dokter. Tidak hanya Bapak Arif, saya sebagai orang yang masih mengkonsumsi nasi juga sebaiknya memilih beras PK daripada beras putih biasa karena sudah jelas dari kandungan gizinya beras PK lebih baik dari beras putih biasa.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun