Mohon tunggu...
Evriliani Putri Darmawanti
Evriliani Putri Darmawanti Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Mahasiswa

seorang mahasiswa sastra

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Studi Analisis Hadits mengenai Self Assesment dari Sikap Ingin Bunuh Diri

9 Januari 2024   10:09 Diperbarui: 11 Januari 2024   15:09 245
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Kualifikasi Para Pengisi Survey Survey yang dilakukan melalui Google Form dengan menghasilkan data.  menyajikan tingkatan yang dibagi menjadi empat tingkatan dalam publik, yaitu diantaranya tingkatan mahasiswa/i yang memperoleh tingkatan tertinggi di dalam akurasi tersebut yaitu sebanyak 72,2% ikut berpartisipasi dalam mengisi tanggapan terhadap perilaku bunuh diri. Mahasiswa dalam tingkatan di atas berasal dari tiga domisili, yaitu Kota Bandung, Kota Sukabumi, dan Kabupaten Tasikmalaya dari berbagai perguruan tinggi di masing-masing daerah. Tidak hanya kepada mahasiswa saja, kami melakukan survei kepada pelajar SMP sebanyak 5,6%, pelajar SMA 11,1%, dan masyarakat umum 11,1%. Para tingkatan tersebut ikut berpartisipasi dalam mengisi survey seperti apa tanggapan mereka terhadap kasus bunuh diri pada masa kini.  

Berdasarkan survey yang dilakukan terhadap publik dengan berbagai kota serta tingkatan, mereka dihadapi dengan pertanyaan faktor apa saja yang dapat mempengaruhi dalam melakukan bunuh diri. berdasarkan data diatas, faktor dengan jumlah tertinggi yang dapat mempengaruhi bunuh diri yaitu faktor diri sendiri sebanyak 61,1% yang memilih faktor tersebut, dengan beberapa alasan dari pengisi yaitu setiap manusia memiliki kekuasaan terhadap dirinya sendiri, hal tersebut didukung dengan suatu dalil yang menyatakan bahwa setiap orang adalah pemimpin bagi dirinya sendiri. Artinya, setiap orang memiliki hak kewajiban dan penguasaan penuh atas dirinya sendiri. tidak ada yang berhak mengatur orang lain diluar kepentingan yang mendesak. Sehingga meskipun faktor lingkungan cukup berpengaruh terhadap aksi bunuh diri, tetap saja apabila orang tersebut mampu mengatur dirinya sendiri maka aksi tersebut tidak akan pernah terjadi. Juga mereka menyebutkan bahwa diri sendiri lah yang dapat melakukan hal bunuh diri akibat kesehatan mentalnya. Diri sendiri lah yang membawa kita untuk nekat bunuh diri tanpa memikirkan resiko yang dialami setelah bunuh diri. kurangnya kesadaran dan ilmu pengetahuan yang dapat menyebabkan seseorang bunuh diri. Itu adalah alasan dari salah satu pengisi survey. 

Kemudian data tertinggi kedua berdasarkan tabel di atas yaitu faktor keluarga sebanyak 55,6%. Adapun alasan yang dikemukakan salah satunya yaitu, karena seringkali faktor keluarga lebih mendominasi untuk menjadi faktor bunuh diri. Misalnya tatkala katakanlah A mempunyai hubungan spesial dengan B, namun diantara keluarga kedua nya tidak setuju akan hubungan mereka. Jadi bagaimanapun caranya akan ditempuh untuk mencapai tujuannya. Tapi jika tidak ada lagi caranya mereka akan nekat bahkan sampai bunuh diri. itulah yang dikatakan. Dan karena faktor keluarga juga termasuk faktor yang dekat dengan kita dalam sehari-hari, itu juga bisa menjadi gangguan kesehatan mental kita karena keluarga. 

Permasalahan yang terjadi di lingkungan keluarga dan menyebabkan penekanan mental yang sangat berpengaruh, itu bisa menjadi alasan kita bisa melakukannya. Kemudian pada faktor teman sebanyak 50%, dengan beberapa alasan yaitu, karena berdasarkan fakta dilapangan menyebutkan banyak mahasiswa yang melakukan hal tersebut karena merasa terkucilkan, tidak memiliki teman untuk bercerita dan mungkin karena gejolak batin dirinya yang putus asa akan hal tersebut. Faktor pertemanan juga menyebabkan kita melakukan bunuh diri akibat adanya bullying terhadap sesama. Dan kemudian ada faktor agama, lingkungan dan lingkungan sekitar kita masingmasing memperoleh data yang sama yaitu 5,6%. 

Adapun beberapa alasannya yaitu, disebabkan karena faktor Agama karena keimanan seseorang sedang lemah, kalau dia ingat dengan Allah SWT. akan selalu menolongnya dan memasrahkan semuanya kepada Allah SWT. tidak mungkin akan melakukan bunuh diri. Alasan faktor lingkungan yaitu, adanya lingkungan sehari-hari kita dalam pergaulan dapat menyebabkan kita melakukan bunuh diri. Kajian Hadits Selanjutnya, pembahasan yang menjadi salah satu poin utamanya adalah bagaimana kajian hadits perihal pembahasan ini. 

Sebagaimana yang kita tahu, bahwa dalam islam perilaku bunuh diri adalah hal yang sangat tidak dibenarkan, karena Allah SWT. dalam Q.S An-nisa ayat 29 dengan jelas melarang dengan lafadz , jika kita membedah dalam segi ushul fiqh, jelaslah bahwa dikatakan sebuah kaidah "Asal atau dasar dari kalimat larangan adalah untuk pengharaman". Jadi, untuk perilaku diri ini berdasarkan kaidah tersebut tidak ada toleran hukum dan jelaslah larangan itu bersifat haram yang mutlak. 

Kemudian, sebagai penyeimbangnya terdapat satu lafadz dalam firman Allah SWT. tepatnya dalam Q.S At-tahrim ayat 6, yaitu yang artinya "jagalah dirimu". lafadz tersebut berisi perintah, yang dalam kajian ushul fiqh mengenai perintah diatur dalam kaidah "Asal dari perintah adalah untuk mewajibkan". jadi, kita tahu bahwa kaidah ini sangat berbanding terbalik dengan yang sebelumnya, dengan artian lafadz yang berisi perintah itu mutlak hukumnya wajib. Kemudian, yang selanjutnya dalam kajian hadits nabi, sebagaimana yang telah kita tahu hadits nabi merupakan sumber hukum islam yang kedua setelah Al-Qur'an, Hadits nabi terbagi kedalam beberapa bentuk, seperti hadits fi'li (perbuatan), hadits qauli (ucapan), hadits taqriri (ketetapan), dan sebagainya. berikut ini akan dijelaskan beberapa hadits yang diambil sebagai contoh yang relevan dengan pembahasan kasus bunuh diri ini, yang pertama ada hadits yang diriwayatkan oleh imam Bukhari; 

"Telah menceritakan kepada kami Ahmad bin Mani', telah menceritakan kepada kami Abidah bin Humaid dari Al A'masy dari Abu Shalih dari Abu Hurairah, menurutku ia memarfu'kannya, ia berkata, "Barangsiapa yang membunuh dirinya sendiri dengan besi, maka ia akan datang kelak pada hari kiamat, sedangkan besi itu berada di tangannya seraya menusuk-nusuk perutnya di dalam neraka jahannam kekal selama lamanya. Dan barangsiapa yang membunuh dirinya sendiri dengan racun, maka racun itu akan senantiasa berada di tangannya dan mengkonsumsinya di dalam neraka jahanam selama-lamanya." 

Dalam kajian ulumul hadits, setelah kita mencari sumber yang relevan, hadits tersebut ini tergolong dalam kategori hadits hasan (baik) menurut beberapa ulama hadits, meskipun ada perbedaan pendapat di kalangan ulama tentang kualitasnya. Beberapa ulama menganggapnya hasan, sementara yang lain menganggapnya dhaif (lemah). Penentuan kualitas hadits seringkali melibatkan analisis sanad (rantai perawi) dan matan (teks hadits) oleh para ulama hadits. Pemahaman yang lebih mendalam tentang hadits ini mungkin memerlukan penelitian lebih lanjut dalam kitab-kitab hadits dan komentar para ulama. Hadits tersebut adalah salah satu hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari, yang sebagaimana kita tahu Imam Bukhari dikenal sebagai salah satu ulama hadits terkemuka dalam sejarah Islam, dan kitabnya yang paling terkenal adalah "Sahih al-Bukhari." Dalam kitabnya tersebut, Imam Bukhari telah berusaha keras untuk meriwayatkan hadits-hadits yang memiliki kualitas sangat tinggi, yang disebut sebagai "Sahih" atau "autentik." Namun, tidak semua hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dianggap sebagai Sahih. 

Dalam proses penyusunan kitabnya, Imam Bukhari memiliki standar yang sangat ketat untuk memastikan keotentikan hadits yang disertakan. Meskipun banyak hadits dalam "Shahih al-Bukhari" yang dianggap Sahih, ada beberapa hadits yang Imam Bukhari sendiri menganggap memiliki kualitas yang kurang tinggi dan mencantumkannya sebagai pelajaran moral atau sejarah, bukan sebagai pedoman agama. Dengan demikian, sementara sebagian besar hadits dalam "Shahih al-Bukhari" adalah Shahih, tidak semua hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dianggap sebagai Sahih, dan beberapa di antaranya mungkin memiliki kualitas yang lebih rendah. 

Kemudian, mengenai ulasan isi hadits pertama diatas, hadits diatas berisi tentang ancaman bagi orang yang melakukan perilaku bunuh diri, karena sudah jelas jika apa yang Allah SWT. larang, namun kemudian pada kenyataannya larangan tersebut dilakukan, maka konsekuensinya adalah ia berdosa dan balasan dosa adalah balasan allah SWT. yang berupa azab. Ancaman yang dijelaskan dalam hadits tersebut dapat kita artikan dengan seseorang yang melakukan perilaku bunuh diri dengan jalan atau sarana apapun, di dalam neraka, ia akan disiksa dengan alat atau apa yang ia pergunakan untuk membunuh dirinya sendiri. Selain hadits tersebut, masih terdapat beberapa hadits yang akan dipaparkan dalam artikel ini, dan selanjutnya hadits kedua adalah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam kitab shahihnya, dan hadits ini jika kita cermati, matan-nya masih sama dengan hadits sebelumnya, namun hanya saja yang berbeda adalah jalur periwayatannya:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun