Mohon tunggu...
EVRIDUS MANGUNG
EVRIDUS MANGUNG Mohon Tunggu... Lainnya - Pencari Makna

Berjalan terus karena masih diijinkan untuk hidup. Sambil mengambil makna dari setiap cerita. Bisikkan padaku bila ada kata yang salah dalam perjalanan ini. Tetapi adakah kata yang salah? Ataukah pikiran kita yang membuat kata jadi serba salah?

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Hands-On Learning: Solusi Aman dan Efektif bagi Siswa

16 Mei 2024   14:05 Diperbarui: 16 Mei 2024   18:33 283
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
KNKT, Dishub serta mekanik Hino lakukan pemeriksaan bangkai bus maut Trans Putera Fajar, (Tribun Jabar/ ahya Nurdin/Kompas.com)

Kegiatan study tour telah menjadi bagian penting dalam sistem pendidikan untuk memberikan pengalaman belajar di luar kelas. Program ini dirancang untuk memperluas wawasan siswa melalui kunjungan langsung ke tempat-tempat bersejarah, ilmiah, atau budaya. Dengan demikian, siswa dapat melihat dan merasakan sendiri apa yang telah mereka pelajari di dalam kelas, menciptakan hubungan yang lebih kuat antara teori dan praktik.

Namun, risiko keselamatan saat melakukan perjalanan jauh menjadi perhatian serius. Majalah Tempo (14/05/2024) merilis 4 data kecelakaan maut yang melibatkan rombongan anak sekolah sejak tahun 2003. Pertama, Kecelakaan Bus SMK Yapemda 1 Sleman pada 8 Oktober 2003, bus rombongan siswa SMK Yapemda 1 Sleman ditabrak truk kontainer di jalan raya perbatasan Paiton Probolinggo-Situbondo. Kecelakaan tersebut menyebabkan 54 korban tewas karena kebakaran bus.

Kedua, Kecelakaan Bus SMP Islam Ar Ridho. Pada 7 Juli 2007, bus yang membawa rombongan SMP Islam Ar-Ridho dari Depok mengalami kecelakaan di jalanan turunan Ciloto, Jawa Barat, menewaskan 16 orang dan melukai 42 lainnya.

Ketiga, Kecelakaan Bus SMAN 1 Sidoarjo: Pada 18 Januari 2024, bus yang mengangkut siswa SMAN 1 Sidoarjo terperosok di parit setelah menghindari truk bermuatan buah rambutan di Tol Ngawi, menewaskan dua orang dan melukai 14 siswa.

Keempat, Kecelakaan bus siswa SMK Lingga kembali terjadi pada 11 Mei 2024, saat bus yang membawa siswa SMK Lingga Kencana di Subang, Jawa Barat Kecelakaan ini menewaskan 12 penumpang (satu guru, sembilan murid, dan seorang pengendara motor dilaporkan meninggal dunia. Sementara puluhan orang lainnya terluka).

Kecelakaan semacam ini tidak hanya mengguncang dunia pendidikan tetapi juga menimbulkan pertanyaan besar mengenai keamanan dan tanggung jawab dalam pelaksanaan study tour. Apakah tidak ada alternatif lain untuk menggantikan Kegiatan study tour? Jawabannya ada. Hands-on learning

Hands-on learning muncul sebagai metode alternatif yang lebih efisien dan aman dibandingkan dengan study tour tradisional. Hands-on learning merujuk pada metode pembelajaran yang melibatkan siswa secara langsung dalam kegiatan praktis di lingkungan yang lebih terkontrol, seperti laboratorium sekolah, simulasi di kelas, atau kunjungan virtual.

Mengutip Lectera.com, Hands-on learning merupakan salah satu metodologi pendidikan yang inovatif. Fitur utamanya adalah pendekatan praktis dan berorientasi pada hasil, yaitu perolehan keterampilan baru dan penerapannya dalam konteks kehidupan nyata. Definisi yang lebih ketat menyatakan bahwa Hands-on learning  adalah proses pembelajaran melalui penerapan praktis dari pengetahuan yang ada.

Metode ini menempatkan siswa dalam situasi nyata atau simulasi yang memungkinkan mereka untuk belajar melalui tindakan dan refleksi atas apa yang mereka lakukan. Siswa terlibat secara aktif dalam proses belajar, bukan hanya mendengarkan atau mencatat. 

Salah satu contoh praktis dari metode Hands-on Learning, misalnya, daripada membawa siswa ke kebun binatang yang jauh, sekolah dapat bekerja sama dengan lembaga konservasi lokal untuk menghadirkan hewan-hewan dan ahli ke dalam kelas. Cara ini tidak hanya mengurangi risiko kecelakaan di jalan tetapi juga memberikan kesempatan kepada siswa untuk berinteraksi lebih dekat dengan objek belajar dalam lingkungan yang lebih aman dan terkendali.

Selain itu, penggunaan teknologi seperti virtual reality (VR) dapat memberikan pengalaman belajar yang mendalam tanpa perlu melakukan perjalanan fisik. Dengan VR, siswa dapat 'mengunjungi' situs-situs bersejarah, museum, atau bahkan melakukan eksperimen ilmiah di ruang angkasa tanpa meninggalkan ruang kelas. Teknologi ini memungkinkan siswa untuk mendapatkan pengalaman yang hampir sama kaya dan mendidiknya dengan study tour tradisional, tetapi dengan risiko yang jauh lebih minim.

Dengan demikian, hands-on learning tidak hanya menawarkan solusi yang lebih aman tetapi juga lebih relevan dan mendalam bagi proses belajar siswa. Metode ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk mendapatkan pengalaman praktis yang lebih terarah dan sesuai dengan kebutuhan mereka, mengurangi risiko kecelakaan study tour yang tidak diinginkan, dan tetap memastikan kualitas pembelajaran yang tinggi.

Manfaat hands-on learning

Manfaat hands-on learning sangat luas dan beragam. Metode ini diketahui meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi pelajaran. Ketika siswa terlibat langsung dalam aktivitas praktis, mereka dapat melihat dan merasakan bagaimana konsep abstrak diterapkan dalam situasi nyata, yang membuat materi pelajaran lebih mudah dipahami dan diingat.

Selain itu, hands-on learning meningkatkan keterlibatan siswa. Siswa yang aktif dalam proses belajar cenderung lebih antusias dan termotivasi, karena mereka merasa lebih berperan dalam menentukan jalannya pembelajaran.

Pengembangan keterampilan praktis juga merupakan manfaat penting dari hands-on learning. Siswa tidak hanya belajar teori, tetapi juga mengembangkan keterampilan yang dapat digunakan dalam kehidupan sehari-hari atau karir mereka di masa depan. Misalnya, dalam kursus teknik, siswa dapat belajar merancang dan membangun prototipe, mengembangkan keterampilan teknis dan pemecahan masalah yang sangat berharga.

Keuntungan Hands-on Learning

1. Keselamatan dan Keamanan

Keuntungan hands-on learning dalam konteks keselamatan dan keamanan sangatlah jelas. Metode ini secara signifikan mengurangi risiko kecelakaan yang berkaitan dengan perjalanan jauh, seperti kecelakaan study tour yang sering kali menimbulkan kekhawatiran. Misalnya, kejadian kecelakaan bus menjadi contoh nyata bagaimana perjalanan study tour bisa berisiko. 

Dengan hands-on learning, kegiatan belajar dilakukan dalam lingkungan yang lebih terkontrol dan aman, baik itu di sekolah atau lokasi terdekat. Ini memastikan bahwa siswa terhindar dari bahaya perjalanan jauh, seperti kecelakaan lalu lintas atau kondisi cuaca ekstrem.

2. Efektivitas pembelajaran

Efektivitas pembelajaran juga menjadi salah satu keuntungan utama hands-on learning. Metode ini membantu siswa memahami materi pelajaran secara lebih mendalam melalui praktik langsung. Misalnya, ketika mempelajari konsep fisika tentang gravitasi, siswa dapat melakukan eksperimen sederhana dengan menggunakan berbagai benda untuk melihat bagaimana gravitasi bekerja secara langsung. 

Pengalaman praktis ini membuat konsep yang mungkin abstrak menjadi lebih konkret dan mudah dipahami. Selain itu, hands-on learning meningkatkan retensi informasi dan kemampuan aplikasi. Siswa yang terlibat aktif dalam proses belajar cenderung lebih mudah mengingat informasi yang mereka peroleh karena mereka telah mengalaminya sendiri. Kemampuan untuk mengaplikasikan pengetahuan juga meningkat karena siswa tidak hanya menghafal teori, tetapi juga memahami cara kerja dan penerapannya dalam situasi nyata.

3. Biaya dan efisiensi

Hands-on learning mengurangi biaya yang terkait dengan perjalanan dan akomodasi yang sering kali menjadi beban finansial bagi sekolah dan orang tua. Dengan memanfaatkan sumber daya lokal dan fasilitas sekolah, biaya dapat ditekan secara signifikan. Misalnya, daripada mengeluarkan biaya besar untuk mengunjungi situs arkeologi yang jauh, sekolah dapat mengadakan proyek penggalian kecil di lingkungan sekolah atau bekerja sama dengan museum lokal untuk mendapatkan artefak yang dapat dipelajari langsung oleh siswa.

Implementasi Hands-on Learning di Sekolah

1. Analisis Kurikulum

Tahap pertama adalah menganalisis kurikulum yang ada untuk mengidentifikasi materi pelajaran dan kompetensi yang harus dipelajari oleh siswa. Dalam menganalisis kurikulum, penting untuk mempertimbangkan standar kompetensi yang ditetapkan oleh pemerintah dan kebutuhan siswa dalam menghadapi tantangan masa depan.

2. Penentuan Topik

Setelah menganalisis kurikulum, langkah selanjutnya adalah menentukan topik-topik yang paling efektif diajarkan melalui metode hands-on learning. Topik-topik ini harus relevan dengan kurikulum dan dapat memfasilitasi pemahaman yang mendalam serta pengembangan keterampilan praktis bagi siswa. Misalnya, dalam pelajaran sains, eksperimen laboratorium dan proyek-proyek ilmiah praktis dapat menjadi pilihan yang baik.

3. Merancang Program

Setelah menentukan topik, langkah selanjutnya adalah merancang program hands-on learning yang konkret dan terstruktur. Program ini harus mencakup tujuan pembelajaran yang jelas, kegiatan praktis yang relevan, dan evaluasi yang sesuai. Selain itu, perlu juga mempertimbangkan ketersediaan sumber daya dan fasilitas di sekolah untuk mendukung pelaksanaan program.

4. Pengembangan Materi dan Sumber Belajar

Untuk mendukung program hands-on learning, diperlukan pengembangan materi dan sumber belajar yang sesuai. Ini dapat berupa modul praktis, panduan eksperimen, video pembelajaran, atau bahan bacaan yang menarik. Materi dan sumber belajar ini harus dirancang dengan memperhatikan karakteristik siswa dan memastikan bahwa mereka dapat mengaksesnya dengan mudah.

5. Pelatihan Guru

Implementasi hands-on learning membutuhkan peran guru yang aktif dan terampil dalam memfasilitasi pembelajaran praktis. Oleh karena itu, penting untuk menyelenggarakan pelatihan bagi guru tentang konsep, strategi, dan teknik hands-on learning. Guru perlu memahami bagaimana cara merancang dan mengelola aktivitas praktis, serta bagaimana memfasilitasi diskusi dan refleksi siswa.

Guru perlu diberikan pelatihan yang menyeluruh tentang konsep dan strategi hands-on learning. Pelatihan ini harus mencakup pemahaman tentang prinsip-prinsip dasar hands-on learning, manfaatnya dalam pembelajaran siswa, serta teknik-teknik untuk mengintegrasikan metode ini ke dalam pembelajaran sehari-hari. Guru perlu dilatih untuk memahami bagaimana cara merancang dan mengelola aktivitas praktis, serta bagaimana memfasilitasi diskusi dan refleksi siswa.

Pelatihan juga harus bertujuan untuk mengembangkan keterampilan guru dalam merancang dan mengelola aktivitas praktis yang efektif. Guru perlu belajar bagaimana cara menyusun rencana pelajaran yang mencakup kegiatan praktis, memilih metode dan alat yang tepat untuk mendukung pembelajaran, serta menilai kemajuan siswa secara komprehensif.

Selain itu, guru perlu diberikan panduan tentang bagaimana cara mengelola waktu dan ruang kelas agar dapat mengakomodasi kegiatan praktis tanpa mengganggu kelancaran pembelajaran.

6. Evaluasi dan Pembaruan

Setelah program hands-on learning diterapkan, evaluasi secara berkala perlu dilakukan untuk mengevaluasi efektivitasnya. Evaluasi ini dapat dilakukan melalui observasi kelas, kuesioner siswa, atau ujian praktis. Berdasarkan hasil evaluasi, program dapat diperbarui dan disesuaikan agar lebih efektif dan relevan dengan kebutuhan siswa dan perkembangan kurikulum.

Penutup

Hands-on learning, yang melibatkan kegiatan praktis dan pengalaman langsung, memberikan sejumlah manfaat yang signifikan bagi siswa. Dari sisi keselamatan, hands-on learning mengurangi risiko kecelakaan yang berkaitan dengan melakukan perjalanan jauh seperti dalam study tour. Dengan menjaga lingkungan belajar yang terkontrol dan aman di dalam sekolah atau lokasi terdekat, siswa dapat mengalami pembelajaran yang lebih aman dan lebih terfokus.

Selain itu, hands-on learning juga efektif dalam meningkatkan pemahaman, keterlibatan, dan motivasi siswa. Melalui aktivitas praktis yang relevan dengan kurikulum, siswa dapat memahami konsep dan materi pelajaran secara lebih mendalam, serta mengembangkan keterampilan praktis yang diperlukan dalam kehidupan nyata. Dengan terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran, siswa juga lebih termotivasi untuk belajar dan mengembangkan minat mereka dalam bidang tertentu.

Berdasarkan keuntungan-keuntungan tersebut, diperkuatlah rekomendasi untuk mendorong sekolah-sekolah untuk mempertimbangkan dan mengadopsi metode hands-on learning sebagai bagian dari pendekatan pembelajaran mereka. Dengan mengintegrasikan hands-on learning ke dalam kurikulum, sekolah dapat memberikan pengalaman belajar yang lebih bermakna dan relevan bagi siswa, sambil tetap memastikan keselamatan mereka.

Sebagai penutup, hands-on learning dianggap sebagai solusi inovatif dan praktis dalam menghadirkan pengalaman belajar yang mendalam dan aman bagi siswa. Dengan terus mendorong penggunaan metode ini di lingkungan pendidikan, kita dapat menciptakan lingkungan pembelajaran yang lebih dinamis, terlibat, dan bermakna bagi generasi mendatang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun