Mohon tunggu...
EVRIDUS MANGUNG
EVRIDUS MANGUNG Mohon Tunggu... Lainnya - Pencari Makna

Berjalan terus karena masih diijinkan untuk hidup. Sambil mengambil makna dari setiap cerita. Bisikkan padaku bila ada kata yang salah dalam perjalanan ini. Tetapi adakah kata yang salah? Ataukah pikiran kita yang membuat kata jadi serba salah?

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Mualaf Oposisi

12 Mei 2024   09:28 Diperbarui: 12 Mei 2024   10:13 226
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jadi, menurut gue, partai politik harusnya punya komitmen yang kuat terhadap kepentingan publik dan prinsip-prinsip yang mereka anut. Mereka nggak boleh cuma ikutan arus politik yang lagi trend, tapi harus punya pendirian yang jelas dan kokoh. Gimana dong, kalo nggak ada kejujuran dan konsistensi dari partai politik yang kita pilih?

Intinya, menurut gue, masyarakat harus lebih cerdas dalam memilih pemimpin dan partai politik. Kita harus lebih kritis dan nggak boleh asal percaya aja sama janji-janji manis dari para politisi. Kita juga punya hak buat ngasih penilaian dan tuntutan kepada mereka, biar mereka nggak main-main lagi dalam dunia politik yang udah begitu kompleks ini. 

Relevansi Personal atau Sosial

Cerita ini, ya ampun, langsung ngebuat gue mikir keras. Gimana nggak, sih, kalo tiba-tiba partai politik yang tadinya lo percaya banget, malah berbalik arah kayak gitu? Refly Harun itu kayak jadi juru bicara hati kita semua, loh. Dia nyindir PKB sama Nasdem karena berubah jadi "mualaf oposisi", gitu. Jadi, bukan cuma soal agama aja, tapi tentang politik yang bikin kepala kita muter, deh!

Gue ngeliat dari sini, bahwa politik itu kayaknya emang nggak bisa dipegang teguh, Bro. Tiba-tiba aja, partai yang tadinya satu koalisi, jadi beda posisi. Nah, itu buat kita-kita yang udah bawa nama partai itu sendiri, pasti ngerasa kayak ditusuk dari belakang, deh. Ini nggak cuma soal politik doang, tapi tentang kejujuran dan konsistensi, Bro!

Nah, kalo kita liat dari sisi sosialnya, cerita ini bener-bener nyentil, Bro. Kita butuh banget partai politik yang bener-bener jadi wakil kita dengan penuh tanggung jawab. Kita udah capek dengan politisi-politisi yang cuma ngomong doang tapi nggak ada aksi nyata. Makanya, cerita ini ngasih kita peringatan bahwa kita juga punya hak buat ngasih penilaian sama partai politik yang kita pilih, Bro!

Intinya, kita harus lebih cerdas dalam memilih dan memilih partai politik yang bener-bener punya integritas dan komitmen buat rakyat. Kita juga harus terus ngawasin mereka, biar nggak ada lagi partai yang main tik-tok kayak gini. Jadi, gimana, Bro? Kita berani nggak untuk terus memperjuangkan politik yang bersih dan jujur?

Penutup

Gue rasa, setelah kita bahas panjang lebar, kita bisa ambil kesimpulan bahwa politik itu nggak boleh lepas dari nilai-nilai kejujuran, konsistensi, dan komitmen pada kepentingan publik. Sindiran yang dilontarkan oleh Refly itu kayak jadi pelajaran berharga buat kita semua, Bro. Dia ngasih kita bocoran bahwa politik kita sekarang masih jauh dari kata ideal.

Kita harus sadar, Bro, bahwa integritas itu penting banget dalam sistem politik kita. Partai politik harusnya jadi wakil kita yang bertanggung jawab, bukan cuma ngikutin arus politik yang lagi tren. Nah, sindiran Refly ini kayak jadi bel ini, untuk kita semua, bahwa kita nggak boleh cuek sama keadaan politik kita.

Jadi, kesimpulannya, kita sebagai masyarakat punya tanggung jawab buat memilih pemimpin yang bener-bener berkomitmen pada nilai-nilai kejujuran dan konsistensi. Kita juga punya hak buat memantau dan menuntut partai politik agar lebih bertanggung jawab dalam tindakan dan keputusannya. Jadi, gimana, Bro? Kita siap untuk berjuang demi politik yang lebih bersih dan jujur? Ayo, kita semua bisa!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun