Argumentasi ini sering kali berkaitan dengan pandangan bahwa pengalaman hidup yang lebih panjang memberikan pemahaman yang lebih mendalam tentang dinamika sosial, politik, dan ekonomi.
Para pendukung pandangan ini mungkin berpendapat bahwa pemimpin yang lebih tua cenderung memiliki kapasitas untuk membuat keputusan yang lebih bijaksana berdasarkan pengalaman masa lalu dan pengetahuan yang luas.
Meskipun demikian, penting untuk diingat bahwa kedewasaan dan kebijaksanaan tidak selalu terkait langsung dengan usia. Ada individu yang lebih muda namun memiliki tingkat kedewasaan dan kebijaksanaan yang tinggi, sementara ada juga yang lebih tua namun kurang mampu dalam menghadapi tantangan.
Oleh karena itu, sementara pengalaman dan kedewasaan yang diperoleh dari usia mungkin memberikan keunggulan tertentu, tidak seharusnya menjadi satu-satunya faktor penentu dalam menilai kualifikasi seseorang dalam kepemimpinan politik.
Meskipun pengalaman seringkali dikaitkan dengan usia, pengalaman sebenarnya dapat diperoleh melalui berbagai kesempatan dan tantangan yang dihadapi seseorang, bukan hanya melalui bertambahnya usia. Pengalaman Gibran sebagai wali kota Solo memberikan contoh nyata tentang bagaimana pengalaman dapat diperoleh melalui kesempatan yang tersedia.
Sebagai wali kota, Gibran telah terlibat dalam menghadapi berbagai tantangan dan masalah yang dihadapi oleh masyarakat setempat. Pengalamannya dalam mengelola pemerintahan kota dapat memberikan wawasan yang berharga tentang dinamika sosial, politik, dan ekonomi yang relevan dalam konteks nasional.
Oleh karena itu, penting untuk tidak hanya memandang pengalaman sebagai hasil dari usia seseorang, tetapi juga sebagai hasil dari kesempatan yang diambil dan tantangan yang dihadapi dalam perjalanan hidup mereka. Dengan cara ini, kita dapat menghargai kontribusi yang beragam yang dapat diberikan oleh individu, tanpa memandang usia sebagai penghalang untuk kemampuan dan kualifikasi mereka dalam kepemimpinan politik.
Implikasi dari penilaian berdasarkan usia
Implikasi dari penilaian berdasarkan usia dapat menghalangi generasi muda untuk terlibat secara aktif dalam politik dan pemerintahan, yang pada gilirannya dapat menghambat inovasi dan perubahan positif.
Jika kualifikasi seseorang hanya dinilai berdasarkan usia mereka, maka ini dapat mengakibatkan diskriminasi terhadap individu yang memiliki potensi dan motivasi untuk berperan dalam pembangunan masyarakat.
Akibatnya, generasi muda yang mungkin memiliki pandangan segar, energi, dan kreativitas untuk menemukan solusi baru terhadap masalah-masalah yang kompleks dapat dikesampingkan.
Dalam rangka menciptakan masyarakat yang inklusif dan dinamis, penting untuk mengakui nilai dan kontribusi yang dibawa oleh berbagai kelompok usia. Dengan memberikan kesempatan yang adil bagi generasi muda untuk berpartisipasi dalam proses politik, kita dapat mendorong inovasi, perubahan positif, dan pembangunan yang berkelanjutan bagi masyarakat secara keseluruhan.