Mohon tunggu...
EVRIDUS MANGUNG
EVRIDUS MANGUNG Mohon Tunggu... Lainnya - Pencari Makna

Berjalan terus karena masih diijinkan untuk hidup. Sambil mengambil makna dari setiap cerita. Bisikkan padaku bila ada kata yang salah dalam perjalanan ini. Tetapi adakah kata yang salah? Ataukah pikiran kita yang membuat kata jadi serba salah?

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

Menakar Peluang PDIP Sebagai Garda Terdepan Oposisi Politik Pasca Pemilu

29 Februari 2024   12:55 Diperbarui: 1 Maret 2024   11:44 289
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Prediksi hasil perolehan kursi partai politik di DPR berdasarkan quick count Pemilu 2024 (Screen Shoot dari cnnindonesia.com)

Dengan kemenangan diumumkan dan hasil pemilihan umum secara resmi ditetapkan, sebuah babak baru dalam perjalanan politik negara ini dimulai. Tapi jauh dari sekadar sebuah pengumuman, hasil ini menjadi petunjuk awal tentang arah politik yang akan diambil, dan menandai titik awal dari periode yang baru.

Partai-partai politik, yang sebelumnya telah saling berkompetisi dalam arena politik, kini bersiap untuk menempuh perjalanan baru. Mereka berlomba untuk merebut kekuasaan dan mempengaruhi arah kebijakan negara. Namun, perang politik ini tidak hanya sekadar tentang siapa yang akan memimpin, tetapi juga tentang bagaimana aspirasi dan preferensi rakyat akan tercermin dalam keputusan-keputusan yang diambil.

Dalam dinamika ini, peran oposisi politik muncul sebagai elemen kunci. Mereka bukan hanya sekadar penentang, tetapi juga penjaga keseimbangan kekuasaan. Oposisi memainkan peran penting dalam menegakkan akuntabilitas pemerintah, memastikan bahwa suara-suara minoritas didengar, dan menyediakan alternatif pandangan politik.

Partai oposisi menjadi sorotan dalam politik yang dinamis pasca-pemilu. Mereka dihadapkan pada tantangan-tantangan yang beragam, namun juga memiliki potensi yang tak terbantahkan untuk membentuk masa depan politik negara ini. Untuk memahami dinamika ini, penting untuk menyelidiki potensi dan tantangan yang dihadapi oleh partai oposisi.

Analisis mendalam akan mencakup lima elemen kunci: perolehan kursi di parlemen, suara nasional yang diperoleh, dinamika politik pasca-pemilihan, sejarah dan tradisi partai sebagai oposisi, serta platform dan ideologi politik yang mereka usung. Selain itu, kemampuan partai untuk memobilisasi massa dan kepemimpinan yang mereka tampilkan juga akan menjadi fokus utama.

Dengan menjelajahi elemen-elemen ini, kita dapat mengungkap potensi sebenarnya dari partai oposisi pasca-pemilu. Lebih dari sekadar mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan, analisis ini akan memberikan wawasan yang dalam tentang bagaimana partai oposisi dapat memainkan peran yang signifikan dalam membangun masa depan demokrasi kita.

Perolehan Kursi di Parlemen

Partai-partai politik yang berhasil memperoleh sejumlah besar kursi di parlemen, terutama di luar koalisi pemerintah, memiliki potensi untuk menjadi oposisi yang kuat. Perolehan kursi ini menunjukkan dukungan publik yang signifikan dan memberikan legitimasi politik bagi partai-partai tersebut untuk menuntut akuntabilitas pemerintah.

Indikator Politik Indonesia telah memprediksi hasil perolehan kursi partai politik di DPR berdasarkan quick count Pemilu 2024. Menurut prediksi tersebut, PDIP diperkirakan akan memenangkan kursi terbanyak, meskipun jumlahnya diprediksi akan turun dibandingkan dengan Pemilu 2019.

Prediksi hasil perolehan kursi partai politik di DPR berdasarkan quick count Pemilu 2024 (Screen Shoot dari cnnindonesia.com)
Prediksi hasil perolehan kursi partai politik di DPR berdasarkan quick count Pemilu 2024 (Screen Shoot dari cnnindonesia.com)

Rasanya-rasanya PDIP menjadi salah satu partai oposisi di masa pemerintahan Prabowo- Gibran. Sebab PDIP adalah satu partai pendukung paslon 03. Bagaimana dengan Hanura dan PPK? Jika melihat hasil survey indicator, baik PPP dan Hanura tidak mencapai syarat masuk parlemen.

Dalam hal Hanura dan PPK, walaupun mereka tidak mencapai syarat masuk parlemen berdasarkan hasil survei, namun mereka mungkin akan memiliki peran yang lebih terbatas dalam politik parlementer. Dengan demikian, mereka masih dapat memainkan peran dalam politik sebagai partai di luar parlemen, seperti dengan melakukan advokasi di masyarakat atau bekerja sama dengan partai lain dalam koalisi politik di luar parlemen.

Perolehan Suara Nasional

Selain dari perolehan kursi di parlemen, perolehan suara nasional juga penting untuk mengukur dukungan yang lebih luas bagi partai-partai politik. Meskipun tidak semua partai yang memperoleh suara signifikan akan menjadi oposisi, perolehan suara yang cukup tinggi menunjukkan adanya basis dukungan yang potensial untuk menjadi kekuatan oposisi.

Mensinyalir Kompas.com, Hasil sementara hitung suara KPU Pilpres 2024 pada Senin (26/2/2024) pukul 20.00 WIB menunjukkan 77,31% suara masuk dari 636.436 dari 823.236 TPS.

Pasangan Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar (capres-cawapres nomor 1) meraih 24,45% atau 31.136.655 suara. Pasangan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka (capres-cawapres nomor 2) memperoleh 58,84% atau 74.926.845 suara. Sementara pasangan Ganjar Pranowo-Mahfud MD (capres-cawapres nomor 3) mendapat 16,71% atau 21.271.850 suara.

Perolehan Suara Nasional (Screen Shoot dari website resmi KPU)
Perolehan Suara Nasional (Screen Shoot dari website resmi KPU)

Data tersebut menunjukkan bahwa Pasangan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka (nomor urut 2) memperoleh dukungan mayoritas dalam pemilihan presiden.

Konsekuensinya terhadap terbentuknya partai oposisi terhadap pemerintahan adalah Pasangan Prabowo-Gibran yang memegang kekuasaan pemerintahan akan berhadapan dengan partai-partai di luar koalisi mereka, seperti PDIP, yang kemungkinan besar akan menjadi salah satu partai oposisi terkuat. Hal ini akan memperkuat peran dan pengaruh partai oposisi dalam mengawasi dan mengkritik kebijakan pemerintah.

Dinamika Politik

Kemenangan pasangan Prabowo-Gibran bisa memengaruhi dinamika politik secara keseluruhan, termasuk pembentukan koalisi politik, perumusan kebijakan, dan penyebaran kekuasaan di dalam parlemen. Hal ini dapat memengaruhi cara kerja pemerintahan dan proses pembuatan keputusan.

Dengan demikian, hasil kemenangan pasangan Prabowo-Gibran dalam pemilihan presiden akan berdampak pada pembentukan partai oposisi yang kuat dan dinamika politik di Indonesia, yang kemungkinan akan menantang pemerintahan mereka dalam pengambilan keputusan dan pelaksanaan kebijakan.

Sejarah dan Tradisi Oposisi

Partai-partai politik yang memiliki sejarah dan tradisi sebagai oposisi yang aktif cenderung memiliki potensi untuk terus mempertahankan peran mereka. Penilaian terhadap partisipasi sebelumnya dalam politik oposisi, termasuk dalam hal memperjuangkan kebijakan alternatif dan mengawasi pemerintah, dapat menjadi indikator potensi sebagai oposisi di masa depan.

Bertarung dua kali dalam Pemilu tahun 2004 dan 2009, PDI Perjuangan kalah terhormat dari Partai Demokrat besutan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Menjadi oposisi selama satu dekade pemerintahan SBY menjadikan perjalanan politik PDI Perjuangan sangat unik. Ibarat roller coaster, perjalanan PDI Perjuangan dimulai dari merangkak, menjadi oposisi, berada di tampuk teratas kepemimpinan nasional dan menjadi oposisi kembali.

Platform dan Ideologi Politik

Partai-partai politik dengan platform dan ideologi yang berbeda dari pemerintah yang berkuasa cenderung memiliki potensi untuk menjadi oposisi yang kuat. Perbedaan dalam pandangan politik dan kebijakan antara partai oposisi dan pemerintah dapat memperkuat posisi partai-partai tersebut sebagai suara alternatif dalam politik nasional.

Dalam situasi di mana PDIP berada di luar koalisi pemerintah dan menjadi salah satu partai oposisi terkuat, dengan kemenangan pasangan Prabowo-Gibran dalam pemilihan presiden, platform dan ideologi politik PDIP akan mempengaruhi cara mereka berhadapan dengan pemerintahan baru. Berikut adalah kemungkinan bagaimana PDIP akan berinteraksi dalam konteks tersebut:

PDIP memiliki platform politik yang mencakup advokasi untuk keadilan sosial, pemberantasan korupsi, pembangunan infrastruktur, perlindungan sosial, dan kesejahteraan rakyat. Dalam peran oposisi, mereka akan menggunakan platform ini sebagai dasar untuk mengevaluasi kebijakan pemerintah Prabowo-Gibran dan untuk mengusulkan alternatif yang sesuai dengan visi dan nilai-nilai partai.

Sebagai partai dengan akar ideologis nasionalis dan sosialis-demokratis, PDIP mungkin akan menekankan pentingnya kedaulatan negara, keadilan sosial, dan pemerataan ekonomi. Mereka dapat menentang kebijakan yang dianggap merugikan kepentingan rakyat atau tidak sesuai dengan prinsip-prinsip ideologis mereka.

PDIP akan menggunakan perannya sebagai oposisi untuk mengawasi dan mengkritik kebijakan pemerintah Prabowo-Gibran. Mereka mungkin akan mengadakan interogasi di parlemen, menyuarakan ketidaksetujuan mereka melalui media massa, dan mengorganisir protes atau demonstrasi jika diperlukan.

Meskipun berada di oposisi, PDIP mungkin akan tetap terbuka untuk kerja sama dengan pemerintah dalam isu-isu yang dianggap penting bagi kepentingan nasional. Namun, mereka juga akan siap untuk menghadapi konfrontasi dalam hal-hal di mana mereka tidak setuju dengan kebijakan pemerintah.

 PDIP dapat menggunakan basis massa mereka untuk memobilisasi dukungan publik terhadap posisi oposisi mereka. Namun, mereka juga dapat mencoba memainkan peran sebagai mediator atau pendamaian dalam konflik politik, mencari solusi yang memihak pada kepentingan rakyat secara keseluruhan.

Kemampuan Memobilisasi dan Kepemimpinan

Kemampuan partai politik untuk memobilisasi massa dan mengorganisir dukungan politik sangat penting dalam menentukan potensi mereka sebagai oposisi yang efektif. Selain itu, kepemimpinan partai yang kuat dan strategi yang efektif dalam berkomunikasi dengan publik juga merupakan faktor penting dalam memperkuat peran partai sebagai oposisi. PDIP sangat memiliki kemampuan dalam mememobilasi massa. Kaderisasi sebagai basis dasar kepimpinan sudah dijalankan dengan baik oleh PDIP. 

Akhirnya, dalam konteks dinamika politik pasca-pemilihan, PDIP telah menegaskan dirinya sebagai salah satu partai oposisi terkuat yang siap mengawasi dan mengkritik kebijakan pemerintah Prabowo-Gibran. Dengan dukungan kuat dari basis massa dan platform politik yang mencakup advokasi untuk keadilan sosial, perlindungan sosial, dan kesejahteraan rakyat, PDIP memiliki potensi besar untuk menjadi suara alternatif yang berpengaruh dalam politik nasional. Melalui kepemimpinan yang kuat dan strategi komunikasi yang efektif, PDIP dapat memobilisasi dukungan publik terhadap posisi oposisi mereka dan memperkuat peran mereka dalam menjaga keseimbangan demokrasi, menantang kebijakan pemerintah, serta memastikan representasi yang inklusif dalam sistem politik Indonesia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun