Mohon tunggu...
EVRIDUS MANGUNG
EVRIDUS MANGUNG Mohon Tunggu... Lainnya - Pencari Makna

Berjalan terus karena masih diijinkan untuk hidup. Sambil mengambil makna dari setiap cerita. Bisikkan padaku bila ada kata yang salah dalam perjalanan ini. Tetapi adakah kata yang salah? Ataukah pikiran kita yang membuat kata jadi serba salah?

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Kurikulum Merdeka: Tantangan Peningkatan Pendidikan di NTT

25 Maret 2023   10:50 Diperbarui: 29 Maret 2023   10:35 1171
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Kurikulum Merdeka dan Merdeka Belajar| sumber Kompas.com

Untuk meningkatkan kualitas pendidikan, pemerintah telah meluncurkan Kurikulum Merdeka. Merdeka belajar mendorong penguatan karakter, keunggulan lokal, keterampilan hidup, dan pemberdayaan masyarakat. Namun, implementasi kurikulum ini baru mencapai 0,16 % sekolah di NTT.

Nusa Tenggara Timur (NTT) merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki tingkat pendidikan yang masih rendah. Hal ini bisa dibuktikan dengan data susesnas BPS tahun 2020 berikut:

Data Angka Partisipasi Murni| Sumber Susenas BPS 2020
Data Angka Partisipasi Murni| Sumber Susenas BPS 2020

Di NTT, angka partisipasi murni (APM) mengalami penurunan dari jenjang pendidikan SD sederajat hingga ke jenjang SMA sederajat. Pada jenjang SD, APM sudah mencapai 96,16% . Itu berarti hampir semua anak pada jenjang pendidikan dasar telah mendapatkan pendidikan sesuai dengan umur yang dianjurkan.

Namun, pada jenjang SMP dan SMA, APM menurun. Sekitar 70 dari 100 penduduk usia SMP/sederajat yang bersekolah tepat umur. Sekitar 54 dari 100 penduduk usia sekolah yang bersekolah tepat umur pada jenjang pendidikan menengah atas.

Keseluruhan, kesenjangan gender bukan menjadi masalah bidang pendidikan di NTT. Kecuali pada APM jenjang SMA sederajat yang memiliki gap antara jenis kelamin laki-laki dan perempuan. Angkanya hampir 11 persen.

Untuk meningkatkan kualitas pendidikan, pemerintah telah meluncurkan Kurikulum Merdeka sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan.

Namun sayangnya implementasi kurikulum merdeka belum menyentuh semua sekolah. Mengutip antaranews.com hanya 2265 sekolah dari 14.162  yang mengimplementasikan kurikulum merdeka. Itu berarti hanya 0,16 % sekolah yang menerapkan kurikulum merdeka.

Dalam implementasi Kurikulum Merdeka, dukungan dan partisipasi dari orang tua dan masyarakat sekitar sangat penting. Komunitas belajar yang melibatkan orang tua, masyarakat, dan pihak sekolah dapat membantu mendukung proses pembelajaran siswa di luar lingkungan sekolah, serta meningkatkan kualitas pembelajaran melalui pemberian umpan balik dan dukungan.

Bagaimana meningkatkan tingkat pendidikan di NTT, terutama pada jenjang SMP dan SMA sederajat yang masih rendah. Bagaimana memperluas implementasi Kurikulum Merdeka di seluruh sekolah di NTT agar dapat mempengaruhi peningkatan kualitas pendidikan?

Jika implementasi Kurikulum Merdeka belum menyentuh semua sekolah di NTT, hal ini dapat memberi efek negatif terhadap komunitas belajar. Beberapa efek negatif yang terjadi antara lain:

1. Ketidakmerataan Kualitas Pendidikan

Sekolah-sekolah yang belum menerapkan Kurikulum Merdeka akan memiliki standar kurikulum yang berbeda dengan sekolah yang menerapkannya. Hal ini dapat menyebabkan ketidakmerataan kualitas pendidikan antara sekolah yang satu dengan yang lain. Akibatnya beberapa siswa akan kehilangan kesempatan untuk memperoleh pendidikan yang sama dengan yang lain.

2. Keterbatasan Akses ke Materi dan Sumber Belajar

Kurikulum merdeka mengedepankan pengembangan kompetensi dasar dan penguatan karakter siswa. Sekolah-sekolah yang belum menerapkannya kemungkinan besar masih menggunakan kurikulum lama yang lebih terfokus pada aspek akademis saja. Hal ini dapat menyebabkan siswa kehilangan akses ke materi dan sumber belajar yang diperlukan untuk mengembangkan kompetensi dasar dan karakter.

Sebenarnya Integrasi Kurikulum Merdeka dan komunitas belajar dapat membantu mengatasi masalah rendahnya tingkat pendidikan di NTT. Namun, Implementasi Kurikulum Merdeka di NTT tidak terlepas dari tantangan-tantangan yang harus dihadapi. Beberapa tantangan tersebut antara lain:

1. Keterbatasan Infrastruktur dan Teknologi

NTT masih memiliki keterbatasan infrastruktur dan teknologi yang memadai. Hal ini dapat mempengaruhi implementasi Kurikulum Merdeka yang mengandalkan teknologi informasi dan komunikasi

2. Ketersediaan Sumber Daya Manusia

Implementasi Kurikulum Merdeka memerlukan sumber daya manusia yang kompeten dalam bidang teknologi dan pendidikan. Di NTT, ketersediaan sumber daya manusia yang berkualitas masih menjadi masalah yang perlu diatasi. Diperlukan upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan guru dan tenaga pendidik lainnya agar dapat mengimplementasikan Kurikulum Merdeka secara efektif.

3. Partisipasi Orang Tua dan Masyarakat

Implementasi Kurikulum Merdeka tidak dapat berhasil tanpa partisipasi aktif orang tua dan masyarakat. Di NTT, masih banyak orang tua yang belum memahami konsep dan manfaat dari Kurikulum Merdeka.

4. Kurangnya Dana

Implementasi Kurikulum Merdeka memerlukan biaya yang tidak sedikit, seperti biaya pengadaan perangkat teknologi, pelatihan guru, dan lain sebagainya. Di NTT, masih terdapat keterbatasan dana dalam mendukung implementasi Kurikulum Merdeka.

5. Keterbatasan Koneksi Internet

NTT juga masih mengalami keterbatasan koneksi internet yang memadai, terutama di daerah-daerah terpencil. Hal ini dapat mempengaruhi kualitas pembelajaran yang dilakukan melalui jaringan internet.

Membentuk dan menggerakkan komunitas belajar juga memiliki tantangan tersendiri. Beberapa tantangan yang dihadapi dalam membentuk dan menggerakkan komunitas belajar di NTT antara lain:

1. Kesadaran Masyarakat

Salah satu tantangan terbesar dalam membentuk dan menggerakkan komunitas belajar adalah kesadaran masyarakat tentang pentingnya pendidikan. Di daerah yang masih memiliki tingkat pendidikan rendah, banyak orang tua masih berpikir bahwa pendidikan tidak begitu Oleh karena itu, perlu ada upaya untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya pendidikan dan kontribusi komunitas belajar dalam meningkatkan kualitas pendidikan.

2. Akses dan Infrastruktur

Akses ke pendidikan dan infrastruktur pendidikan yang memadai juga menjadi tantangan dalam membentuk dan menggerakkan komunitas belajar di NTT. Terkadang, akses ke sekolah atau fasilitas pendidikan yang memadai tidak mudah dijangkau oleh masyarakat, sehingga hal ini dapat mempengaruhi partisipasi mereka dalam komunitas belajar.

3. Keterbatasan Sumber Daya

Keterbatasan sumber daya seperti dana, tenaga pengajar, dan peralatan pendidikan juga menjadi tantangan dalam membentuk dan menggerakkan komunitas belajar di NTT. Banyak sekolah yang masih kekurangan guru, buku, dan peralatan pendidikan yang memadai. Oleh karena itu, dibutuhkan dukungan dari pemerintah dan masyarakat untuk memperbaiki kondisi ini.

4. Motivasi

Motivasi dan antusiasme dari anggota komunitas belajar juga penting untuk menjaga keberlangsungan komunitas tersebut. Terkadang, ketika anggota merasa tidak terlalu tertarik atau merasa tidak memiliki manfaat langsung dari komunitas belajar, mereka bisa kehilangan motivasi dan tidak lagi aktif terlibat dalam kegiatan komunitas.

5. Perbedaan Kultur dan Bahasa

NTT memiliki banyak keanekaragaman kultur dan bahasa, dan hal ini bisa menjadi tantangan dalam membentuk dan menggerakkan komunitas belajar. Terkadang, perbedaan bahasa dan kultur dapat menyebabkan kesulitan dalam berkomunikasi atau memahami konten pendidikan yang disajikan dalam komunitas belajar.

Menghadapi tantangan-tantangan tersebut, dibutuhkan upaya dan strategi yang tepat untuk membentuk dan menggerakkan komunitas belajar yang efektif di NTT. Beberapa strategi integrasi Kurikulum Merdeka dan Komunitas Belajar dalam peningkatan kualitas pembelajaran di NTT:

1. Pelatihan dan workshop bagi guru dan orang tua 

Guru dan orang tua perlu diberikan pelatihan dan workshop yang berkaitan dengan Kurikulum Merdeka dan strategi pembelajaran yang dapat dilakukan di luar sekolah. Hal ini dapat membantu guru untuk lebih memahami Kurikulum Merdeka dan memberikan pengalaman belajar yang lebih menyenangkan dan bermakna bagi siswa. Orang tua juga dapat diberikan pelatihan tentang bagaimana mereka dapat membantu anak-anak mereka belajar di rumah.

2. Menggunakan pendekatan pembelajaran yang melibatkan komunitas 

Komunitas Belajar dapat menjadi partner dalam pembelajaran dengan cara melibatkan mereka dalam kegiatan pembelajaran di luar kelas. Misalnya, mengadakan kegiatan belajar di perpustakaan atau di ruang publik lainnya yang dapat diakses oleh komunitas. Selain itu, guru juga dapat memanfaatkan sumber daya lokal seperti tenaga ahli atau pekerja seni dalam memberikan pengalaman belajar yang lebih beragam dan menarik.

3. Memanfaatkan teknologi sebagai alat pembelajaran 

Teknologi dapat menjadi sarana yang efektif dalam mengintegrasikan Kurikulum Merdeka dan Komunitas Belajar. Guru dapat memanfaatkan aplikasi pembelajaran online yang dapat diakses oleh siswa dan orang tua untuk memperluas akses ke sumber belajar. Selain itu, media sosial juga dapat digunakan untuk membentuk kelompok diskusi antara guru, siswa, dan orang tua untuk berbagi pengalaman dan pengetahuan tentang Kurikulum Merdeka.

4. Menjalin kemitraan dengan lembaga dan organisasi lokal 

Membangun kemitraan dengan lembaga dan organisasi lokal dapat membantu Komunitas Belajar menjadi lebih efektif dalam meningkatkan kualitas pembelajaran. Misalnya, bekerja sama dengan organisasi sosial atau budaya dalam mengadakan kegiatan pembelajaran yang mengintegrasikan nilai-nilai lokal. Selain itu, lembaga pendidikan lain seperti universitas atau institut juga dapat menjadi mitra dalam memberikan pelatihan atau program pendukung untuk guru dan siswa.

Beberapa rekomendasi dan strategi untuk meningkatkan kualitas pembelajaran melalui Kurikulum Merdeka dan Komunitas Belajar di NTT:

  • Pemerintah harus memberikan pelatihan bagi guru dan pendidik di NTT untuk memahami dan menerapkan Kurikulum Merdeka secara efektif. Pelatihan tersebut dapat meliputi metode dan strategi pengajaran yang berorientasi pada siswa, penilaian formatif, dan penggunaan teknologi dalam pembelajaran.
  • Pemerintah perlu bekerja sama dengan masyarakat di NTT untuk membangun dan mendukung komunitas belajar. Hal ini dapat dilakukan dengan melibatkan orang tua, tokoh masyarakat, dan pemangku kepentingan lainnya dalam pengembangan dan implementasi Kurikulum Merdeka.
  • Untuk memastikan suksesnya implementasi Kurikulum Merdeka dan pembentukan komunitas belajar di NTT, pemerintah harus meningkatkan akses dan kualitas fasilitas pendidikan, termasuk bangunan sekolah, peralatan dan teknologi pembelajaran, dan sumber daya manusia yang memadai.
  • Pemerintah harus membantu dalam membangun jaringan komunitas belajar di NTT, baik melalui platform online atau offline, seperti grup diskusi, lokakarya, atau pertemuan rutin. Hal ini dapat membantu anggota komunitas belajar untuk berbagi pengalaman dan pengetahuan, serta memperkuat kemitraan di antara mereka.
  • Orang tua adalah pihak yang sangat penting dalam memastikan keberhasilan implementasi Kurikulum Merdeka dan pembentukan komunitas belajar di NTT. Oleh karena itu, pemerintah perlu meningkatkan partisipasi orang tua dalam proses pendidikan anak-anak mereka, termasuk melalui rapat orang tua guru, pelatihan parenting, dan program-program partisipasi lainnya.
  • Pemerintah dapat mendorong kolaborasi antara sekolah dan masyarakat dengan mengadakan kegiatan bersama, seperti program mentoring, praktek kerja lapangan, atau proyek-proyek sosial. Hal ini dapat membantu siswa untuk mengembangkan keterampilan dan pengetahuan untuk menghadapi tantangan di masa depan, serta memperkuat hubungan antara sekolah dan masyarakat.
  • Pemerintah harus terus memantau dan mengevaluasi implementasi Kurikulum Merdeka dan pembentukan komunitas belajar di NTT. Evaluasi dan pemantauan dapat dilakukan dengan mengukur pencapaian hasil belajar siswa, partisipasi orang tua, keterlibatan masyarakat, dan dampak sosial dan ekonomi yang dihasilkan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun