Mohon tunggu...
EVRIDUS MANGUNG
EVRIDUS MANGUNG Mohon Tunggu... Lainnya - Pencari Makna

Berjalan terus karena masih diijinkan untuk hidup. Sambil mengambil makna dari setiap cerita. Bisikkan padaku bila ada kata yang salah dalam perjalanan ini. Tetapi adakah kata yang salah? Ataukah pikiran kita yang membuat kata jadi serba salah?

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

4 Metode Pembelajaran Merdeka Belajar

24 Maret 2023   11:09 Diperbarui: 25 Maret 2023   00:31 4409
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Merdeka Belajar dan Kurikulum Merdeka| Sumber: kompas.com

Mesti ada metode pembelajaran yang tepat agar bisa menjembatani antara merdeka belajar dengan kurikulum merdeka.

Kurikulum Merdeka adalah konsep kurikulum yang menekankan pada kebebasan, kreativitas, dan inovasi dalam belajar. Sementara itu, Merdeka Belajar adalah konsep pendidikan yang menekankan pada pemberdayaan siswa dalam mengatur dan mengarahkan pembelajaran mereka sendiri.

Kurikulum Merdeka dan Merdeka Belajar memiliki kaitan yang erat karena keduanya bertujuan untuk memberikan kebebasan dan otonomi kepada siswa dalam proses belajar-mengajar. 

Dalam Kurikulum Merdeka, siswa diberikan kebebasan untuk mengeksplorasi dan mengejar minat mereka sendiri, sedangkan dalam Merdeka Belajar, siswa diberikan kebebasan untuk memilih cara belajar yang paling cocok untuk mereka.

Dengan Kurikulum Merdeka, siswa diberikan ruang untuk mengeksplorasi minat mereka, mengembangkan keterampilan yang unik dan kreativitas mereka, dan mengambil kendali atas proses belajar mereka. 

Dalam Merdeka Belajar, siswa diberikan kebebasan untuk memilih apa yang mereka ingin pelajari dan bagaimana mereka ingin mempelajarinya. Kombinasi dari kedua konsep ini memungkinkan siswa untuk mengambil kendali atas pembelajaran mereka sendiri dan meningkatkan rasa percaya diri mereka dalam proses belajar.

Kurikulum Merdeka dan Merdeka Belajar juga memperkuat keterkaitan antara siswa dan pengajar, karena memungkinkan siswa untuk mengambil peran aktif dalam pembelajaran mereka dan bekerja sama dengan pengajar untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. 

Kedua konsep ini juga memfasilitasi pembelajaran sepanjang hayat, karena siswa tidak hanya belajar untuk memenuhi tuntutan akademik, tetapi juga untuk memperoleh keterampilan dan pengetahuan yang dapat membantu mereka mencapai tujuan pribadi dan profesional mereka di masa depan.

Dalam keseluruhan, kaitan antara Kurikulum Merdeka dan Merdeka Belajar adalah memberikan kebebasan dan otonomi kepada siswa dalam proses belajar-mengajar, sehingga memungkinkan mereka untuk mengembangkan potensi penuh mereka dan memperoleh keterampilan dan pengetahuan yang relevan dan bermanfaat.

Pertanyaannya adalah metode pembelajaran apa yang paling tepat agar kebebasan, kreativitas, dan inovasi dalam belajar serta pemberdayaan siswa dalam mengatur dan mengarahkan pembelajaran mereka sendiri?

Hemat saya, ada 4 metode pembelajaran yang paling cocok diterapkan. Keempat metode pembelajaran tersebut adalah sebagai berikut:

1. Problem-Based Learning (PBL)

Problem-Based Learning (PBL) adalah sebuah metode pembelajaran yang menekankan pada pengalaman belajar yang aktif dan kolaboratif. 

Dalam PBL, siswa diberikan sebuah masalah atau situasi nyata yang kompleks, kemudian mereka diberi kebebasan untuk mengeksplorasi dan memecahkan masalah tersebut melalui kolaborasi dan pemecahan masalah yang terstruktur.

PBL memungkinkan siswa untuk mengembangkan keterampilan berpikir kritis, kreativitas, komunikasi, dan kolaborasi, serta keterampilan belajar mandiri dan pemecahan masalah. 

PBL juga membantu siswa untuk mengembangkan kemampuan untuk mengidentifikasi, menganalisis, dan memecahkan masalah yang kompleks dalam situasi yang asli dan relevan dengan kehidupan mereka.

Proses pembelajaran dalam PBL meliputi beberapa tahapan, antara lain:

  • Identifikasi masalah: Guru atau fasilitator PBL memperkenalkan sebuah masalah yang nyata dan relevan dengan kehidupan siswa.
  • Analisis masalah: Siswa menganalisis masalah tersebut dan mengidentifikasi faktor-faktor yang terlibat dalam masalah.
  • Perumusan masalah: Siswa merumuskan masalah yang harus dipecahkan dan menyusun rencana tindakan untuk menyelesaikan masalah.
  • Pencarian informasi: Siswa mencari informasi yang diperlukan untuk memecahkan masalah tersebut.
  • Penyelesaian masalah: Siswa bekerja sama untuk menyelesaikan masalah dengan menggunakan informasi dan keterampilan yang telah mereka pelajari.
  • Evaluasi hasil: Siswa mengevaluasi hasil dari proses pembelajaran dan pemecahan masalah, serta merefleksikan pembelajaran.

Dalam PBL, guru berperan sebagai fasilitator dan mentor yang membantu siswa untuk mengembangkan keterampilan dan pengetahuan yang diperlukan untuk memecahkan masalah yang kompleks. 

PBL juga memungkinkan siswa untuk belajar mandiri dan mengambil kendali atas proses pembelajaran.

2. Project-Based Learning (PjBL) 

Project-Based Learning adalah metode pembelajaran yang menekankan pada pengalaman belajar yang aktif dan kolaboratif melalui pengembangan proyek nyata. 

Dalam PjBL, siswa belajar melalui pengalaman praktis dalam mengembangkan dan menyelesaikan proyek yang relevan dengan kehidupan mereka.

Proses pembelajaran dalam PjBL meliputi beberapa tahapan, antara lain:

  • Identifikasi topik proyek: Guru atau fasilitator PjBL memperkenalkan topik proyek yang menarik dan relevan dengan kehidupan siswa.
  • Perencanaan proyek: Siswa merencanakan proyek, termasuk tujuan, jadwal, dan sumber daya yang dibutuhkan.
  • Pelaksanaan proyek: Siswa bekerja sama untuk mengembangkan proyek, memecahkan masalah yang muncul, dan mengumpulkan data dan informasi yang dibutuhkan.
  • Evaluasi proyek: Siswa mengevaluasi proyek mereka sendiri dan menerima umpan balik dari guru atau teman sekelas.
  • Presentasi proyek: Siswa mempresentasikan proyek mereka kepada teman sekelas/publik.

Dalam PjBL, siswa memainkan peran aktif dalam proses pembelajaran dan pemecahan masalah, dan mereka belajar melalui pengalaman praktis dalam mengembangkan dan menyelesaikan proyek. PjBL memungkinkan siswa untuk mengembangkan keterampilan berpikir kritis, kreativitas, komunikasi, dan kolaborasi, serta keterampilan belajar mandiri dan pemecahan masalah.

Guru dalam PjBL berperan sebagai fasilitator yang membantu siswa dalam mengembangkan proyek mereka, memberikan umpan balik, dan memantau kemajuan siswa. PjBL juga memungkinkan siswa untuk belajar secara mandiri dan mengambil kendali atas proses pembelajaran mereka sendiri.

3. Inquiry-Based Learning (IBL)

Inquiry-Based Learning (IBL) adalah metode pembelajaran yang menekankan pada pengalaman belajar yang aktif dan berpusat pada pertanyaan atau inquiry. 

Dalam IBL, siswa belajar melalui proses penemuan dan eksplorasi dengan mengajukan pertanyaan dan mencari jawaban atas pertanyaan tersebut.

Proses pembelajaran dalam IBL meliputi beberapa tahapan, antara lain:

  • Identifikasi pertanyaan: Guru atau fasilitator IBL memperkenalkan topik atau masalah dan membantu siswa untuk mengajukan pertanyaan yang relevan.
  • Pencarian informasi: Siswa mencari informasi melalui berbagai sumber, seperti buku, jurnal, wawancara, atau observasi.
  • Analisis informasi: Siswa menganalisis informasi yang telah mereka kumpulkan dan membuat kesimpulan atau jawaban atas pertanyaan yang diajukan.
  • Refleksi: Siswa merefleksikan proses pembelajaran dan hasil yang telah dicapai.

Dalam IBL, siswa berperan sebagai pembelajar aktif yang mengambil kendali atas proses pembelajaran mereka sendiri. 

Siswa belajar melalui pengalaman praktis dalam menemukan dan menguji jawaban atas pertanyaan yang mereka ajukan. 

IBL memungkinkan siswa untuk mengembangkan keterampilan berpikir kritis, kreativitas, komunikasi, dan kolaborasi, serta keterampilan belajar mandiri dan pemecahan masalah.

Guru dalam IBL berperan sebagai fasilitator yang membantu siswa dalam mengajukan pertanyaan yang relevan, memberikan umpan balik, dan memantau kemajuan siswa. IBL juga memungkinkan siswa untuk belajar secara mandiri dan mengambil kendali atas proses pembelajaran mereka sendiri.

4. Collaborative Learning

Collaborative Learning adalah metode pembelajaran yang menekankan pada pengalaman belajar yang aktif dan kolaboratif melalui kerja sama antara siswa. Dalam collaborative learning, siswa bekerja bersama dalam kelompok kecil untuk mencapai tujuan pembelajaran yang ditetapkan.

Proses pembelajaran dalam collaborative learning meliputi beberapa tahapan, antara lain:

  • Pembentukan kelompok: Guru atau fasilitator collaborative learning membentuk kelompok kecil yang terdiri dari beberapa siswa.
  • Penetapan tujuan: Kelompok menetapkan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai dan merencanakan cara untuk mencapainya.
  • Pengerjaan tugas: Kelompok bekerja bersama untuk menyelesaikan tugas atau masalah yang diberikan.
  • Evaluasi: Kelompok mengevaluasi hasil kerja mereka sendiri dan memberikan umpan balik kepada teman sekelompok.

Dalam collaborative learning, siswa belajar melalui interaksi dengan teman sekelompok. Kolaborasi antara siswa memungkinkan mereka untuk saling mengajar dan belajar satu sama lain, serta membangun keterampilan sosial dan kerja tim. Collaborative learning juga memungkinkan siswa untuk mengembangkan keterampilan berpikir kritis, kreativitas, dan komunikasi.

Guru dalam collaborative learning berperan sebagai fasilitator yang membantu siswa dalam membentuk kelompok yang efektif, memberikan arahan dan umpan balik, serta memantau kemajuan siswa. Collaborative learning juga memungkinkan siswa untuk belajar secara mandiri dan mengambil kendali atas proses pembelajaran mereka sendiri.

Keempat metode pembelajaran di atas  sangat berkaitan dengan projek penguatan profil pelajar pancasila.

Pada IBL, siswa diajak untuk melakukan penyelidikan terhadap topik tertentu melalui proses pengumpulan data dan analisis, sehingga memungkinkan siswa untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang topik yang sedang dipelajari. Dalam projek penguatan profil pelajar pancasila, siswa dapat menerapkan metode ini untuk memperoleh pemahaman yang lebih dalam tentang nilai-nilai Pancasila melalui penelitian dan analisis terhadap dokumen-dokumen dan sumber-sumber yang relevan.

Pada PjBL, siswa bekerja sama dalam kelompok untuk menciptakan sebuah proyek atau produk yang berkaitan dengan topik pembelajaran. Dalam projek penguatan profil pelajar pancasila, siswa dapat menerapkan metode ini dengan menciptakan sebuah produk atau proyek yang mempromosikan nilai-nilai Pancasila dan memberikan manfaat bagi masyarakat.

Sementara dalam Collaborative Learning, siswa bekerja sama dalam kelompok untuk mencapai tujuan pembelajaran yang ditetapkan. Dalam projek penguatan profil pelajar pancasila, siswa dapat menerapkan metode ini dengan bekerja sama dalam kelompok untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang nilai-nilai Pancasila dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.

Dengan menerapkan keempat metode pembelajaran dalam projek penguatan profil pelajar pancasila, siswa akan memperoleh pengalaman belajar yang aktif, kreatif, dan bermakna. Hal ini dapat membantu siswa memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang nilai-nilai Pancasila dan mendorong mereka untuk menerapkan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan sehari-hari.

Sedangkan peran guru sebagai fasilitator atau pendamping dalam proses pembelajaran yang berpusat pada siswa. 

Guru tidak lagi menjadi satu-satunya sumber pengetahuan di kelas, namun lebih sebagai pembimbing yang membantu siswa dalam memperoleh informasi, mengembangkan keterampilan, dan mendorong kemandirian siswa dalam belajar.

Namun, guru harus memiliki kemampuan dan keterampilan yang memadai untuk memfasilitasi pembelajaran yang berpusat pada siswa. 

Guru merancang dan mengembangkan materi pembelajaran yang relevan dengan kebutuhan siswa serta mendorong siswa untuk aktif berpartisipasi dalam proses pembelajaran.

Selain itu, guru perlu menerapkan berbagai metode pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik siswa, seperti Inquiry-Based Learning, Project-Based Learning, atau Collaborative Learning. Guru juga perlu mampu memfasilitasi penggunaan teknologi dan sumber belajar yang dapat membantu siswa dalam memperoleh informasi dan mengembangkan keterampilan.

Dalam Kurikulum Merdeka, guru berperan sebagai mentor atau pembimbing siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran. Guru memberikan arahan, umpan balik, dan dorongan positif kepada siswa agar mereka dapat mengembangkan potensi dan kemandirian dalam belajar. Oleh karena itu, guru terus mengembangkan diri melalui pelatihan dan pengembangan profesionalisme agar mampu memfasilitasi pembelajaran.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun