Mohon tunggu...
EVRIDUS MANGUNG
EVRIDUS MANGUNG Mohon Tunggu... Lainnya - Pencari Makna

Berjalan terus karena masih diijinkan untuk hidup. Sambil mengambil makna dari setiap cerita. Bisikkan padaku bila ada kata yang salah dalam perjalanan ini. Tetapi adakah kata yang salah? Ataukah pikiran kita yang membuat kata jadi serba salah?

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

5 Sikap yang Tepat Menghadapi Pro Kontra Pamer Kekayaan

13 Maret 2023   12:31 Diperbarui: 13 Maret 2023   21:21 1191
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Pamer Kekayaan| Sumber: pixabay.com

Fenomena flexing atau pamer kekayaan mencuat ke permukaan sejak kasus anak pejabat melakukan tindakan penganiayaan kepada D (nama inisial). Mungkin saja kejadian tersebut menjadi dasar mengapa Kompasiana mengangkat tema pamer kekayaan sebagai topik pilihan.

Pamer kekayaan dalam faktanya masih menjadi perdebatan. Masyarakat terbelah menjadi dua. Sebagian besar ada yang menyetujui namun sebagiannya lagi tidak menyetujui sikap pamer kekayaan. 

Sebelum kita membahas lebih lanjut jalan tengah di balik pro kontra pamer kekayaan, terlebih dahulu kita lihat definisi pamer. 

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kata pamer diartikan sebagai tindakan yang menunjukkan (mendemonstrasikan) sesuatu yang dimiliki kepada orang lain dengan maksud memperlihatkan kelebihan atau keunggulan untuk menyombongkan diri:

Dari definisi KBBI kita menarik kesimpulan bahwa jika dilihat dari sisi tujuan maka tindakan pamer dianggap sebagai perilaku yang kurang baik dan kurang sopan. Mau pamer apa saja termasuk kekayaan

Namun definisi pamer tidak serta merta diterima oleh semua orang. Topik ini bisa saja menimbulkan pro kontra. Sebelum saya bahas alasan mengapa ada yang setujudan ada yang tidak setuju dengan sikap pamer kaekayaan, mari kita lihat faktor pemicu mengapa fenomena Pamer kekayaan terjadi.

1. Faktor pemicu atau motif dari sikap pamer kekayaan

Ada beberapa alasan yang mungkin bisa menjadi motif dari suka pamer. Ada yang suka pamer untuk mendapatkan perhatian dan pengakuan dari orang lain. Atau demi meningkatkan rasa percaya diri dan harga diri.

Ada alasan lain mengapa orang suka pamer. Ada yang hanya mau memperlihatkan keberhasilan atau pencapaian mereka kepada orang lain. Ada juga yang ingin memperoleh status sosial yang lebih tinggi di mata orang lain.

Namun alasan mendapatkan dukungan atau persetujuan dari orang lain atas apa yang mereka lakukan juga merupakan salah satu faktor pemicunya. Ada yang ingin menunjukkan kemampuan atau keahlian yang dimiliki, . mencari perhatian dari lawan jenis atau kelompok sosial tertentu dan Untuk memperoleh keuntungan atau keuntungan finansial. Alasan pamer yang terakhir ini yang lagi viral. Memperlihatkan kemewahan atau kekayaan yang dimiliki.

2. Pro Kontra Terhadap Sikap Pamer Kekayaan

a. Argumentasi kelompok yang setuju dengan sikap pamer kekayaan

Pro dan kontra terhadap sikap pamer kekeayaan tidak bisa dihindarkan. Bagi yang setuju pasti punya alasan mengapa berbuat demikian. Misalnya dengan perbuatan pamer kekayaan mereka menunjukkan keberhasilan dan prestasi mereka kepada orang lain. Mereka mau tunjukkan kepada dunia bahwa inlah hasil kerja kami. Bukan dari hasil mencuri barang milik orang lain.

Bagi yang pro pamer kekayaaan merasa bahwa mereka pantas mendapat pengakuan dan apresiasi atas hal tersebut. Anda harus mengakui bahwa kami hebat dan tidak boleh macam-macam.

Mereka juga mungkin percaya bahwa menunjukkan kekayaan dapat meningkatkan status sosial dan reputasi mereka di mata orang lain, sehingga mereka merasa lebih dihormati dan diakui di masyarakat.

Satu lagi alasan mengapa kelompok pro suka pamer. Cara untuk menarik perhatian atau mendapatkan dukungan dari kelompok sosial atau orang-orang tertentu, seperti calon pasangan atau klien bisnis.

b. Argumentasi kelompok yang tidak setuju dengan sikap pamer kekayaan 

Namun sebagian besar orang tidak suka pamer kekayaan. Beberapa alasan mengapa orang tidak suka pamer kekayaan, misalnya takut dianggap sombong. Menunjukkan kekayaan dapat memberikan kesan sombong atau merendahkan orang lain yang kurang beruntung secara finansial.

Kelompok kontra takut menunjukkan kekayaan secara terbuka karena hal tersebut dapat membuat seseorang menjadi sasaran pencurian atau kejahatan, dan menghilangkan privasi atau keamanan pribadi.

Beberapa orang mungkin merasa tidak nyaman atau terganggu dengan perilaku pamer kekayaan, dan merasa bahwa ini menunjukkan kurangnya kesopanan atau kesadaran sosial.

Beberapa orang mungkin memiliki nilai-nilai yang berbeda tentang bagaimana cara terbaik untuk menunjukkan keberhasilan atau kesuksesan, dan merasa bahwa menunjukkan kekayaan tidak sepantasnya dilakukan.

Menunjukkan kekayaan dapat mengubah hubungan seseorang dengan orang lain, dan mengarah pada perasaan cemburu atau iri dari teman atau keluarga.

3. Jalan Tengah Bersikap 

Pro dan kontra nampaknya tidak akan berakhir. Dalam fenomena seperti ini dibutuhkan sebuah sikap yang tepat. Jalan tengah yang mengimbangi dua pandangan yang berbeda. Untuk itu saya menawarkan beberapa solusi berikut.

  • Mengakui pencapaian atau kesuksesan dengan rendah hati dan menghindari kesan sombong atau merendahkan orang lain.
  • Menunjukkan prestasi atau karya yang telah dilakukan, bukan hanya menunjukkan kekayaan atau barang mewah yang dimiliki.
  • Berbagi keberhasilan dengan cara yang pantas dan sopan, seperti mengajak teman atau keluarga untuk merayakan bersama atau memberikan sumbangan untuk amal.
  • Menjaga privasi dan keamanan pribadi, dan tidak menunjukkan kekayaan secara terbuka atau berlebihan.
  • Membangun hubungan yang sehat dengan orang lain, tanpa harus menunjukkan kekayaan sebagai cara untuk memperoleh persetujuan atau dukungan.

Selain sikap di atas perlu juga sikap bijak dalam menggunakan medsos. Sebaiknya media sosial digunakan untuk sharing kebaikan. Sebisa mungkin apa yang diunggah dan apa yang ditulis sudah dipikir matang-matang. Karena apa yang diunggah ke media sosial bisa jadi multi tafsir bagi yang melihatnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun