Seorang guru sudah banyak menyumbangkan sesuatu bagi peradaban. Salah satu bentuk sumbangan yang bisa kita lihat adalah banyaknya buku ajar yang dipakai di dunia pendidikan. Â
Menulis merupakan tingkat literasi paling tinggi setelah mendengar, berbicara dan membaca. Meskipun menulis tidak mudah namun harus tetap dilakukan. Kita memberikan sesuatu bagi peradaban. Tanpa meninggalkan tulisan manusia akan semakin mudah dilupakan.
Buku ajar terbentuk dari bahan ajar. Bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang digunakan untuk membantu guru  dan siswa dalam kegiatan belajar-mengajar. Bahan ajar dapat berupa seperangkat materi yang disusun secara sistematis dari bahan tertulis ataupun tidak tertulis.
Bahan ajar memiliki dua bentuk. Biasanya bentuk bahan ajar terdiri dari dari dua bagian besar. Bahan ajar cetak dan bahan ajar non cetak.
Bahan ajar cetak terdiri buku teks, buku referensi, dan monograf. Model ini juga bisa berupa bahan ajar mandiri. Atlas, diagram, dan brosur juga merupakan bagian dari bahan ajar cetak
Sedangkan bahan ajar non-cetak ada yang berbasis internet. Kita menemukan model ini, misalnya, dalam Web Based Courses dan e-learning. Pola lain dari bahan ajar non cetak adalah pembelajaran berbantuan komputer, slide, video/TV , audio, dan radio.
1. Posisi Bahan Ajar Terhadap Buku AjarÂ
Saya sudah menjelaskan bahwa buku ajar merupakan salah satu bentuk bahan ajar. Untuk memahami pernyataan mari kita lihat defenisi buku ajar.
Buku ajar adalah buku ilmiah berupa uraian materi pembelajaran yang disusun secara logis dan sistematis dengan bahasa yang lugas, digunakan dosen dan siswa dalam pembelajaran (Pannen & Purwanto, 2001)
Nah dari defenisi di atas dapat disimpulkan bahwa cikal bakal dari buku ajar adalah bahan ajar yang sudah disiapkan secara logis dan sistematis.
Pertanyaaan bagi kita sekarang adalah mengapa buku ajar penting dalam pembelajaran. Ada beberapa alasan yang bisa saya kemukan di sini.
- Guru lebih banyak waktu untuk memberi bimbingan kepada siswa
- Siswa dapat belajar sekalipun tidak ada guru
- Siswa dapat belajar kapan dan di mana saja
- Siswa tidak terlalu tergantung kepada guru sebagai satu-satunya sumber informasi
- Siswa bisa belajar dengan kecepatan masing-masing sesuai dengan potensi
Pembelajaran harus memiliki tujuan, strategi dan penilaian. Selain itu pembelajaran harus mengacu pada trilogi pembelajaran. Bahwa syarat minimal terjadinya pembelajaran adalah siswa, materi yang diajarkan, guru.