Mohon tunggu...
EVRIDUS MANGUNG
EVRIDUS MANGUNG Mohon Tunggu... Lainnya - Pencari Makna

Berjalan terus karena masih diijinkan untuk hidup. Sambil mengambil makna dari setiap cerita. Bisikkan padaku bila ada kata yang salah dalam perjalanan ini. Tetapi adakah kata yang salah? Ataukah pikiran kita yang membuat kata jadi serba salah?

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cinta Tanpa Pernak Pernik

1 Februari 2023   12:24 Diperbarui: 1 Februari 2023   18:44 611
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi. (lukisan Basuki Abdullah via galeri-nasional.or.id)

Mengapa engkau menggendong adikmu? Sang Kakak mencari-cari jawaban. Tidak menemukan jawaban. Kenapa ya? Hanya ada senyum di bibirnya.  Cinta ya cinta. Tak dapat dijelaskan. Hanya bisa dirasakan dan dilakukan.

Siang semakin panas. Matahari tak ditutupi jubah hitam seperti hari kemarin. Dedaunan layu. Aspal jalan panas. Keringat bercucuran. Kipas kertas diayunkan. Udara terasa gerah. Suara-suara celoteh dari rumah-rumah bernada sama. Panas.

Aku duduk di teras rumah. Aku sebagaimana dengan yang lainnya sempat mengucapkan kata-kata keluhan. Menanti datangnya rintik-rintik hujan yang berjatuhan di atas atap.

Dari kejauhan nampak seorang anak perempuan menggendong adiknya. Berjalan tanpa sandal di pinggir jalan beraspal. Menepuk-nepuk kecil pundak adiknya. Berharap sang adik berhenti menangis. Tetapi sayang sekali, adiknya tidak melayani harapannya.

Tak ada keluhan terucap dari mulut. Hanya ada sedikit kecewa di sudut bibir. Adiknya tidak berhenti menangis. Tetapi ia berjalan terus tanpa henti dan terus menepuk lembut pada pundak adiknya.

Di bawah naungan pepopohan, dia berhenti sebentar. Tetapi tidak melepaskan gendongan. Adik kecintaan lantas berhenti menangis. Menikmati angin sepoi yang berhembus perlahan. Diciumnya pula pipi  adiknya. Dipeluknya pula dengan gemes.

Ada rasa yang mengalir deras di hati. Menyaksikan peristiwa ini. Sungguh luar biasa. Aku menghampiri kedua anak itu. Bertanya pada kakaknya.

"Mengapa engkau menggendong adikmu?", tanyaku

Dia hanya diam. Tidak bisa menjelaskan.

"Bukankah lebih baik jika adikmu berjalan sendiri", tanyaku lagi

Anak perempuan itu tetap diam. Hanya senyum yang diberikan.

Aku tak memaksanya menjawab. Sebab aku juga sadar bahwa cinta tidak bisa dijelaskan. Menjelaskan cinta hanyalah sebuah omong kosong belaka. Mendefenisikan cinta berarti meyempitkan maknanya. Cinta hanya butuh tindakan. Tindakan yang tidak memperhitungkan saya dapat apa. Tidak ada hitungan matematis. Lakukan. Dan hanya lakukan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun