Inti dari materi pertemuan ke-4 adalah bagaimana cara mengubah karya ilmiah menjadi sebuah buku. Pengalaman penelitian dibuat dan dikemas menjadi sebuah buku agar bisa dikenal dan bermanfaat bagi orang lain.
Tema "Menulis Buku dari Karya Ilmiah"Â hanyalah sebuah kajian teoristis dan bikin pusing mengingat tidak ada standarisasi konversi karya tulis ilmiah (KTI) menjadi buku. Namun demikian, dari berbagai pengalaman yang telah disampaikan oleh para widyaiswara, Peneliti LIPI, Â pakar menulis akhirnya mengerucut pada standar isi buku. Standar tersebut sifatnya tetap fleksibel. Beda penulis kadang beda persepsi.
Apa itu Karya Tulis Ilmiah?
Peraturan Kepala LIPI Nomor 2, Tahun 2014 mendefenisikan karya tulis ilmiah sebagai tulisan hasil litbang dan/atau tinjauan, ulasan (review), kajian, dan pemikiran sistematis yang dituangkan oleh perseorangan atau kelompok yang memenuhi kaidah ilmiah.
Apa sajakah yang termasuk KTI
Secara umum KTI dapat dibagi atas dua jenis yaitu KTI Nonbuku dan KTI Buku.
KTI Nonbuku terdiri dari beberapa jenis antara lain : (1) KTI bidang akademis untuk mendapatkan gelar : tugas akhir, skripsi, tesis, disertasi; (2) KTI hasil penelitian : PTK, PTS, best practice, makalah, artikel, jurnal; (3) KTI berupa ulasan atau resensi
Sedangkan KTI Buku terdiri dari: (1) Buku Bahan Ajar : diktat, modul, buku ajar, buku referensi; (2)Buku Pengayaan : monografi, buku teks, buku pegangan, buku panduan; (3) Buku kompilasi : bunga rampai, prosiding.
Ternyata tidak semua KTI itu berupa buku. Memang secara wujud, PTK, PTS, Tugas Akhir, skripsi, tesis, desertasi itu berupa buku, namun bukan buku. Lebih tepatnya adalah laporan hasil penelitian dan sifat publikasinya pun terbatas.
Bagaimana struktur penulisan KTI
Umumnya struktur penulisan karya tulis ilmiah dapat dilihat pada gambar berikut :
Struktur di atas umumnya dijadikan sebagai standar dalam menyusun bab-bab dalam KTI. Meskipun untuk KTI sejenis skripsi, tesis, desertasi, dan tugas akhir memiliki gaya yang berbeda di setiap kampus.
Perbedaan laporan KTI dan KTI yang dikonversi menjadi buku
Secara subtansi isi, tidak ada perbedaan isi laporan KTI dengan isi buku hasil konversinya. Karena sejatinya isi buku mencerminkan keseluruhan isi laporan KTI
Secara sistematika, tentunya gaya penulisan KTI dengan penulisan buku tentu berbeda. Ada penyesuaian-penyesuaian sistematika KTI yang dikonversi menjadi buku dengan tujuan agar kesannya tidak kaku. Misalnya penomoran tiap sub bab-sub bab.
Secara Bahasa, meski sama-sama ilmiah, hasil konversinya tentu harus dimodifikasi sehingga bahasa dalam bukunya lebih luwes, bersifat lugas dan tidak lagi mencantumkan kata-kata seperti: penelitian ini, peneliti, teman sejawat, penulis.
Bagaimana cara mengkonversi KTI menjadi buku
- Memodifikasi Judul
Judul KTI umumnya mengandung unsur : variabel penelitian, objek penelitian, dan seting penelitian (baik tempat maupun waktu).
Judul buku hasil konversi seperti judul buku-buku yang punya daya tarik dan daya jual harus menarik, unik, mudah diingat, dan mencerminkan isi buku. Kemenarikan judul buku sifatnya subjektif.
Contoh buku konversi dari hasil penelitian narasum sebagai berikut:Â
- Memodifikasi Sistematika dan Gaya Penulisan
KTI Nonbuku yang berupa laporan hasil penelitian umumnya ditulis dengan sistematika dan penomoran yang baku seperti yang telah diuraikan di atas.
Nah, pada saat laporan tersebut dikonversi menjadi buku, maka harus dimodifikasi gayanya sesuai dengan gaya penulisan buku. Tidak tampak lagi adanya sub bab-sub bab yang membuat isi buku seolah-olah terpisah-pisah.
- Modifikasi Bab I
Bab I yang biasanya PENDAHULUAN boleh tetap dipertahankan judulnya dengan PENDAHULUAN , boleh PEMBUKA atau kata lain yang menggambarkan kemenarikan buku
Pada konversi PTK yang dibuat, pendahuluan nisa diubah dengan FENOMENA PEMBELAJARAN TIK yang tentunya berisi mengenai fenomena sebagaimana isi poin latar belakang dalam naskah laporan aslinya ditambah dengan fenomena kekinian agar pentingnya isi buku dapat ditonjolkan sejak awal sehingga pembaca merasa tertarik untuk membaca keseluruhan isi buku
Adapun secara struktur, tidak diperlukan lagi sub bab - sub bab seperti latar belakang, permasalahan, tujuan, manfaat dalam bentuk angka-angka. Fokusnya lebih mengeksplor latar belakang
- Modifikasi Bab II
Contoh isi bab II dari PTK dapat disusun sebagai berikut:
Susunan bab dan sub bab di atas bisa diubah dalam gaya penulisan buku sehingga menjadi beberapa bab, yaitu :
- Modifikasi Bab III
Substansi bab 3 sebenarnya lebih terfokus pada metode, teknik pengumpulan data (instrumen) serta analisis data. Jika berupa PTK berisi langkah-langkah tindakannya
Ada beberapa alternatif yang dapat diterapkan. Benar-benar menghilangkan bab III, menginclude bab 3 di bab 2 atau menarasikan bab 3 di awal bab pembahasan
Menghilangkan bab 3 maksudnya keseluruhan isi bab 3 dihilangkan, sebab bunyi bab 3 sebenarnya bisa dicermati dari isi pembahasannya
bab 3 di bab 2 maksudnya konsep pokok terpenting dari bab 3 digabung dalam bab 3.
Misal dari contoh ini, langkah-langkah tindakan saya include di Bab V dengan sub Tahapan Penerapan Every One is Teacher Here Menggunakan Model Tindakan Kelas
Menarasikan bab 3 di awal bab pembahasan maksudnya menyampaikan substansi isi bab 3 sebagai awal pembahasan
sebagai contohnya berikut ini :
Namun narasi tersebut butuh kehati-hatian. Jika untuk kepentingan kenaikan pangkat bagi guru ASN, maka narasi tersebut perlu dipertimbangkan untuk dicantumkan
- Modifikasi Bab IVÂ
Bagian ini sejatinya merupakan bagian inti isi buku, sesuai dengan judul buku. Bab IV tidak lagi menggunakan judul Hasil Penelitian dan Pembahasan, namun disesuaikan dengan konteks buku. Judul buku menjadi pilihan sebagai judul Bab IV
Dalam contoh yang diberikan, Bab VI STRATEGI TIM QUIZ DALAM PEMBELAJARAN TIK. Pada buku bab IV dapat dimasukkan tabel, grafik, foto-foto kegiatan maupun hasil penelitian yang menyatu dalam buku. Bab IV tidak lagi berisi data mentah seperti nilai dari setiap siswa berikut namanya. Foto pun hanya sekedar yang dibutuhkan sebagai pendukung.Misalnya saya pernah mengedit buku hasil lomba Dharma Wanita SMK se Provinsi Jawa Timur. Foto-fotonya full karena memang berisi cara membuat kerajinan, makanan
- Â Modifikasi Bab V
Pada laporan hasil penelitian, bab V biasanya diberi judul PENUTUP. Judul tersebut dapat dipertahankan.Hanya saja, isi bab tidak hanya simpulan dan rekomendasi (saran) saja, namun ditambahkan temuan yang terkait dengan hasil penelitian. Saya pernah mengedit desertasi yang bagian penutupnya komplit terkait dengan implikasi substansi isi buku
- Modifikasi Lampiran
Lampiran yang disertakan hanyalah instrument penelitian atau data matang yang mendukung, bukan data-data mentah.
Hal-hal apa saja yang perlu diperhatikan saat mengkonversi KTI menjadi buku
- Pertama, keaslian laporan hasil penelitian.Â
Tindakan Plagiat tidak dibenarkan terlebih karya seperti PTK kadang tidak dicek keasliannya. Namun saat diterbitkan jadi buku, maka penulis harus yakin betul bahwa karya yang akan diterbitkan memang oroginal punya penulis sendiri. Kalau karya seperti skripsi, tesis apalagi desertasi akan langsung ketahuan jika plagiat karena sudah ada generate machine untuk pengecekannya
- Kedua , menghindari kompilasi yang terlalu banyak.
Include saja pendapat pada ahli yang mendukung substansi ini, sisanya mengembangkan dengan analisis dari sudut pandang penulis. Mengapa demikian, saat penulis menerbitkan buku dari hasil KTI-nya sedang otomatis dia sedang menyuguhkan bahan pustaka kepada pembaca. Kegiatan sekedar meng-copas pendapat asli para pakar perlu dihindari dengan mengubah gaya penulisan kutipan
- Ketiga memilah dan memilih data yang dipublikasikan. Data matang saja yang disajikan agar buku berbobot dan tidak bombastis
- Keempat, modifikasi bahasa buku
Hindari pemakaian penanda transisi menurut hal itu sesuai dengan pendapat lebih lanjut si A menyatakan berdasarkan hal tersebut termasuk menyebutkan kata penelitian ini, peneliti, bahkan penulis
- Kelima, hindari pengambilan sumber kutipan berantai atau pendapat yang kurang dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah.
- Keenam, wajib menuliskan semua daftar Pustaka yang dipakai sebagai rujukan dalam buku untuk mendukung keabsahan buku.
- Ketujuh, memperhatikan kaidah penyusunan buku ber-ISBN khususnya jika akan dinilaikan untuk KP sesuai Buku 4 PKB
Sumber:Â Tulisan ini adalah rangkuman materi dari Eko Daryono, S.Pd. dan hasil diskusi Kelas Belajar Menulis Nusantara PGRI pada WAG KBMN PGRI 28.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H