Aku hanya bisa memandang sebuah pintu yang tertutup rapat
Sebuah pintu yang terbuat dari kayu aras
Tidak ada cela untuk mengintip apa isi dibaliknya
Terkunci dengan gembok baja
Tak berani pula aku mengetuknya
Pemiliknya selalu saja menanyakan siapa yang mengetuk pintunya
Terkadang pula pemiliknya mendengar ketukan tetapi pura-pura tidak mendengarkannya
Aku seperti disiksa menunggu kematian di luarnya berlama-lama
Tak mungkin pula aku membawa palu
Memporakporandakan pintu aras ini
Mencungkil henselnya
Atau merusakkan gagangnya
Aku hanya bisa pasrah
Berharap pemiliknya berubah sikapnya
Selalu bersedia mendengarkan ketukan
Mempersilahkan aku masuk
Mengijinkan aku keluar
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H