Kusaksikan tarian nan indah gemulai
Di awal dari kaki bukit
Membelah tanah membasahi bumi
Bunyi iringan terlahir sendiri dari pintu yang mengeruak tabir
Aliran tarian air tak kunjung putus
Melenggak lenggok mengikuti daerah rendah
Saling berpegangan tangan
Menyanyikan lagu yang bergemuruh
Terkadang kumpulan penari air itu terbagi menjadi dua. Ada yang bertanya dengan ekspresi pura-pura bingung. "Mengapa kita terbelah? Bukankah kita satu adanya?" Yang lain menjawab:  "Tenanglah, kita membelah mengikuti irama aliran.Barangkali ada yang membutuhkan kita di arah utara dan ada yang membutuhkan kita di arah selatan. Kita sangat dibutuhkan di delapan penjuru mata angin. Kita tetap bersatu. Kita lahir dari rahim yang sama yaitu rahim bumi. Kita  akan kembali ke samudera keabadian di atas sana."
Tarian terus mengalir maju dan tak ada yang kembali ke hulu.
Tetap saling berpegangan tangan
Terkadang merayu batu membawa pasir
Merangkul akar pohon yang telanjang di atas air
Menghidupkan turbin listrik
Tarian air melambaikan  tangan kepada jembatan penyeberang
Bertepuk tangan dengan gayung gadis desa yang ingin membersihkan diri
Tersenyum kepada petani sawah yang sedang mengairi Sawah
Memberikan punggung kepada perahu-perahu kecil
Tarian air itu berubah seketika
Di saat arak-arakan tarian itu bergabung di samudera
Menjadi asin tetapi menghidupi biota laut
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H