Mohon tunggu...
EVRIDUS MANGUNG
EVRIDUS MANGUNG Mohon Tunggu... Lainnya - Pencari Makna

Berjalan terus karena masih diijinkan untuk hidup. Sambil mengambil makna dari setiap cerita. Bisikkan padaku bila ada kata yang salah dalam perjalanan ini. Tetapi adakah kata yang salah? Ataukah pikiran kita yang membuat kata jadi serba salah?

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Kayu Lapuk Itu

25 November 2022   09:57 Diperbarui: 25 November 2022   10:06 789
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pada hamparan ladang ini,  aku berdiri tegak sebagai kayu lapuk yang tak dihargai lagi. Pencari kayu bakar tak melirikku sebab aku dianggap tak berguna. Itu pikirku. Sebab bila dirimu lewat engkau hanya mungkin mengatakan: "Kayu ini sudah lapuk". Lalu sesegera mungkin meninggalkanku.

"Hei kawan, Janganlah cepat pergi dan berlalu. Perhatikan tanaman di sekitarku. Bertumbuh subur. Atau kembalikan memorimu pada beberapa tahun silam. Engkau memujiku. Dan memtongku menjadi bahan bangunan yang kokoh. Tempat tinggalmu sekarang"

Demikian kayu lapuk itu mengingatkan kepada semua orang yang lewat. Menghargai kehidupan kapan saja dan dimana saja. Menilai berguna bukan oleh karena produktif dari sudut pandang tertentu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun