Dengan merokok, seorang perokok memiliki gairah untuk bekerja sedangkan tanpa rokok dirinya seperti mayat berjalan. Jadi, berhenti merokok berarti menggali sendiri lubang kuburan. Hehehehe
Sebagian perokok juga beranggapan bahwa rokok adalah istri keduanya. Dalam konteks ini, rokok dilihat sebagai teman setia di setiap aktifitasnya. Ibarat seorang istri yang selalu setia menemani dikala susah dan senang, demikianlah rokok menjadi teman yang setia di kala susah dan senang.
Argumentasi lain yang tidak kalah menariknya mengapa para perokok bertahan dengan kegiatan merokok adalah merokok mati, tidak merokok juga mati. Pada suatu saat orang yang tidak merokok juga akan tetap mati. Demikian pula halnya dengan orang yang merokok tetap mati di suatu saat.
Banyak alasan mengapa rokok sulit dihentikan oleh para perokok. Rokok adalah kebutuhan hidup. Rokok juga dianggap sebagai istri yang selalu setia menemani dirinya di setiap aktifitas. Semua orang pasti akan tetap mati. Kematian bukan oleh karena merokok atau tidak.
Membedah Sudut Pandang Perokok
1. Rokok sebagai kebutuhan
Mengutip situs Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Ada banyak hal yang terkandung di dalam sebatang rokok.
- Acetone (Penghapus Cat)
- Naphtylamine (Zat Karsinogenik)
- Methanol (Bahan Bakar Roket)
- Pyrene (Pelarut Industri)
- Dimethylnitrosamine (Zat Karsinogenik)
- Naphtalene (Kapur barus)
- Cadmium (Dipakai accu mobil)
- Carbon Monoxide (Gas dari knalpot)
- Benzopyrene (Zat Karsinogenik)
- Vinyl Chloride (Bahan Plastik PVC)
- Hydrogen Cyanide (racun untuk hukuman mati)
- Toluidine (Zat Karsinogenik)
- Ammonia (pembersih lantai)
- Urethane (Zat Karsinogenik)
- Toluene (Pelarut Industri)
- Arsenic (Racun Semut Putih)
- Dibenzacridine (Zat Karsinogenik)
- Phenol (antiseptik/pembunuh kuman)
- Butane (Bahan Bakar Korek Api)
- Polonium -210 (bahan radioaktif)
Jika melihat dengan jeli kandungan yang ada pada sebatang rokok di atas maka setiap orang pasti sepakat mengatakan bahwa rokok bukanlah bahan pokok atau pengganti makanan bagi manusia. Jadi pendapat rokok sebagai pengganti makanan perlu ditinjau kembali.
2. Isteri kedua
Pandangan ini agak sulit dipertanggungjawabkan. Istri adalah manusia yang berjenis kelamin perempuan. Menyamakan rokok dengan istri adalah kekonyolan. Walaupun dalam konteks sebagai "teman", rokok bisa dijadikan sebagai pembanding yang sepadan. Tetapi tidak bisa mengeneralisir kesamaan antara keduanya
3. Argumentasi para perokok soal kematian
Mengutip Liputan6.com, WHO mencatat bahwa ada 225.700 orang Indonesia meninggal per tahun akibat rokok. Angka kematian yang sangat besar. Data ini mau mengatakan bahwa jika 225.700 tidak merokok maka jumlah jiwa sebanyak itu masih hidup di Indonesia per tahunnya. Bahwa merokok atau tidak tetap mati perlu dikaji ulang.Â
Solusi untuk menekan jumlah perokokÂ
Ada dua cara untuk menekan semakin meningkatnya konsumsi dan jumlah perokok di Indonesia.
- Jadikan rokok sebagai barang mewah. Para perokok melihat rokok adalah sebuah kebutuhan. Jika rokok adalah sebagai kebutuhan maka apapun tantangannya, perokok akan selalu mencari cara untuk mendapatkannya. Jadi, Harga rokok naik tidak jadi masalah bagi perokok.
Pemerintah harus berani untuk menaikkan status rokok sebagai barang mewah. Itu berarti harga rokok harus dinaikkan setara harga mobil atau emas. Dalam konteks ini, perokok akan melakukan perhitungan yang sangat ekstra hati-hati terhadap kenaikan rokok.
Perlakuan terhadap rokok sebagai barang mewah diberlakukan untuk semua jenis rokok. Para perokok pandai untuk menyesuaikan dirinya dengan harga rokok. Kalau sebelumnya merokok rokok jenis A maka karena harganya sudah mahal perokok mencarikan penggantinya. Sekurang-sekurang disesuaikan dengan pendapatan
- Penyuluhan. Salah satu cara yang paling ampuh untuk menekan jumlah perokok di Indonesia adalah melalui penyuluhan. Hasrat ingin merokok berasal dari dalam diri perokok. Sudut pandang yang digunakan perokok di atas adalah bukti bagimana cara pandang perokok melihat rokok dalam kehidupannya. Hasrat merokok lebih kuat jika dibandingkan dengan harga rokok. Jadi, pola pikir yang perlu dibenahi.
Kenaikan cukai rokok bukanlah cara terbaik untuk menekan konsumsi rokok dan jumlah perokok di Indonesia. Cara terbaik yang harus dilakukan adalah bagaimana mengubah mind set perokok tentang rokok itu sendiri.Â