Mohon tunggu...
EVRIDUS MANGUNG
EVRIDUS MANGUNG Mohon Tunggu... Lainnya - Pencari Makna

Berjalan terus karena masih diijinkan untuk hidup. Sambil mengambil makna dari setiap cerita. Bisikkan padaku bila ada kata yang salah dalam perjalanan ini. Tetapi adakah kata yang salah? Ataukah pikiran kita yang membuat kata jadi serba salah?

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Anak Panah Kemarahan

19 Oktober 2022   11:41 Diperbarui: 19 Oktober 2022   12:08 214
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Anak panah kemarahan kau tembakkan

Menancap sangat dalam di hati ini

Lalu mencabik bagian demi bagian rasa tiada taranya

Aku hanya menatap memohon pengampunan

Pedih perih memberontak di kalbu

Ingin berpekik

karena sakit tak terkira

Lalu aku diam

Dalam diam menikmati kesakitan

Dan tetap membiarkan anak panah demi anak panah

Ditancapkan di setiap sudut hati

Walaupun semuanya menimbulkan sakit 

Berharap anak panahmu habis lalu engkau diam pula

Meletakkan tabung panah dan busurnya di dadamu

Menyadari hidup ini adalah sementara

Kemarahanpun sementara pula

Tidak ada kesalahan yang tidak bisa dimaafkan

Memafkan tidak harus menimbulkan pedih perih

Sebab pedih perih menimbulkan kesakitan

Cukup dengan menyadari rasa marah, anak panah kemarahan tak perlu ditembakkan

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun