Senja merangkak perlahan menjemput malam.
Kupikir kita menutup hari ini dengan senyum.
Sebab beberapa menit yang lalu kita masih bercanda ditemani kopi sore
Tak kusangka engkau menutup hari dengan kicauan kemarahan.
Tentang Rokok yang kujepit di antara kedua jemari tangan kananku ini
Katamu: "Sayang, aku telah menyiapkan asbak di atas meja. Asbak itu kubelikan buatmu untuk membuang abu rokokmu. Aku dari dulu melarangmu rokok sebab engkau telah mengambil sebagian jatah dari uang belanja susu.. Kotoran di depan mukamu tak kau acuhkan. Asap merusak paru-parumu dan keluarga"
Aku seolah tak mendengar kicauan dari bibir berlipstik ungumu.
Aku menyalakan komputer dan menuliskan sebait puisi untukmu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H